Wawancara Preisden
Myanmar Jika Indonesia Memimpin ASEAN Abdul Manan : Jurnalis Majalah Tempo |
MAJALAH TEMPO, 04
Desember 2022
POLITIKUS Liga Nasional
untuk Demokrasi (NLD) mendirikan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) setelah
militer Myanmar, Tatmadaw, di bawah pimpinan Jenderal Min Aung Hlaing
melakukan kudeta pada 1 Februari 2021. Duwa Lashi La diangkat sebagai Wakil
Presiden NUG pada 16 April 2021 dan menjadi penjabat presiden setelah
Presiden NUG Win Myint ditahan junta militer. Berikut ini petikan wawancara
Presiden Myanmar dengan wartawan Tempo, Abdul Manan dan Daniel Achmad, secara
daring pada Jumat, 25 November lalu, dari lokasi yang tak disebutkan dengan
alasan keamanan, tentang masa depan Myanmar, tentang Indonesia yang tahun
depan memimpin ASEAN. Bagaimana
situasi terbaru di Myanmar? Negara kami menghadapi
situasi yang mengerikan karena junta militer Myanmar tidak menerima mandat
demokrasi dan melawan kehendak rakyat. Sedari awal orang tidak menerima
kudeta militer dan mereka melakukan protes damai. Alih-alih mendengarkan
keinginan rakyat, junta malah memulai perang melawan rakyat di seluruh
negeri. Militer membunuh 2.500 orang serta menangkap dan menahan 13 ribu
orang. Militer memerangi orang-orang di seluruh negeri dan membakar rumah
mereka. Baru-baru ini, di Negara Bagian Kachin, mereka melakukan serangan
udara terhadap konser musik sehingga menewaskan 60 orang dan melukai lebih
dari 100 orang. Baru-baru ini terjadi serangan di Negara Bagian Rakhine yang
menewaskan 12 orang, termasuk ibu hamil dan anak-anak. Mereka membakar 30
rumah di seluruh Myanmar tanpa alasan. Bagaimana
Anda melihat lima butir konsensus Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara
(ASEAN) untuk mengatasi masalah Myanmar? Kami percaya lima butir
konsensus yang disepakati dan dikeluarkan pemimpin ASEAN adalah kesepakatan
yang sangat masuk akal dan bisa diterapkan. Namun kami belum melihat ada
kemajuan. Tapi, dalam konferensi tingkat tinggi pemimpin ASEAN terakhir,
mereka menunjukkan sedikit kemajuan, seperti menetapkan batasan waktu dan
tidak mengizinkan wakil militer di pertemuan tingkat rendah ASEAN. Namun
militer mengabaikan perjanjian tersebut dan masih mengebom desa-desa dan
membunuh warga sipil. Mereka tidak menghormati perjanjian tersebut dan,
karena itu, kami perlu menekan militer agar menyetujuinya. Apa
bagian terlemah dari lima butir konsensus itu? Soal dialog inklusif.
Militer tidak bisa mengimplementasikan kesepakatan yang bersifat dialog
inklusif karena mereka tidak menghormati dan tidak mau mematuhinya. Jika ada
dialog inklusif, kita bisa menyelesaikan masalah. Kedua, komunitas ASEAN
harus memahami bahwa militer ini selalu melakukan tarik-ulur, membuang-buang
waktu, untuk mengalihkan perhatian orang. Kami tahu apa yang selalu mereka
lakukan, bagaimana mereka mengulur waktu, dan menyebarkan kebohongan untuk memenangi
permainan mereka. Apakah
gaya kepemimpinan Kamboja pada tahun ini berpengaruh? Mungkin Kamboja percaya
mereka akan mampu membujuk militer untuk mengikuti usulnya, tapi militer
Myanmar sebenarnya menolak usul itu. Indonesia akan menjadi Ketua ASEAN. Kami
percaya (kepada Indonesia) dan kami memiliki hubungan dengan Indonesia. Kami
juga memiliki kesamaan nilai dan mereka (Indonesia) lebih bersimpati kepada
rakyat (Myanmar). Kami percaya situasinya akan berubah dan (Indonesia) akan
belajar dari Kamboja. Jika Indonesia bersimpati kepada rakyat dan menghormati
keinginan rakyat Myanmar, kita bisa menyelesaikan masalah ini. Dalam
pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN pada 13 November lalu, Kamboja juga
menerima usul untuk tidak mengundang Myanmar ke pertemuan tingkat menteri.
Cara Kamboja menangani masalah Myanmar juga banyak berkembang. Apa
yang Anda harapkan dari kepemimpinan Indonesia? Indonesia memiliki
kesamaan nilai demokrasi dengan kami. Jika Indonesia berdiri bersama kami,
rakyat Myanmar, berarti juga berdiri di sisi demokrasi. Ini mungkin karena
kita memiliki pengalaman yang sama: berada di bawah kediktatoran dalam waktu
yang lama. Kami yakin kepemimpinan Indonesia akan membuat banyak kemajuan. Yang hendak kami minta
adalah, pertama, Indonesia mendukung pengungsi internal. Militer telah
menghancurkan seluruh negeri. Banyak pengungsi yang membutuhkan dukungan.
Kedua, Indonesia dapat bekerja sama dengan negara tetangga seperti Thailand
untuk bantuan lintas batas. Ketiga, militer telah memberi
gangguan total selama berkuasa. Mereka tidak peduli penderitaan orang yang
tak memiliki makanan atau tempat tinggal. Kita harus menghentikan kebrutalan
ini. Pada saat yang sama, kami membutuhkan bantuan untuk menolong rakyat.
Orang-orang Myanmar diabaikan haknya dalam mendapatkan pendidikan dan layanan
kesehatan di seluruh negeri. Indonesia juga dapat mengorganisasi
masyarakat sipil Indonesia dan Myanmar. Selain memberikan tekanan politik,
Indonesia perlu memberikan tekanan ekonomi. Selama militer Myanmar memiliki
sumber daya keuangan, itu akan mereka gunakan untuk menekan rakyat, membunuh
rakyat. Mereka perlu terlibat dengan NUG, NUCC (The National Unity
Consultative Council), CRPH (Committee Representing Pyidaungsu Hluttaw),
serta kelompok sipil dan etnis lain untuk memberikan apa yang mereka
perlukan, seperti pelatihan peningkatan kapasitas, pelatihan teknis. Jika
dapat mengorganisasi dukungan semacam ini, itu akan sangat membantu. Sejauh
mana PBB perlu terlibat? Kami telah terlibat dengan
PBB, tapi mereka juga memiliki batasan. Ada beberapa negara dengan hak veto
yang menghalangi proposal kami. Karena itu, ASEAN harus menjadi agen untuk
menyelesaikan masalah ini. ASEAN adalah organisasi yang paling bertanggung
jawab karena Myanmar berada di kawasan ASEAN. Jika ASEAN bisa mendorong isu
krisis Myanmar di PBB, itu akan lebih membantu. Ada
yang mengusulkan Myanmar dikeluarkan dari ASEAN... Negara-negara ASEAN
mencintai Myanmar dan menganggapnya sebagai anggota keluarga. Saya pikir
bukan ide bagus untuk mengeluarkan Myanmar dari ASEAN. Alih-alih mengusir
Myanmar, mereka bisa mengecualikan junta militer. Jika mereka mengucilkan
junta, mereka harus mulai terlibat secara formal dengan NUG sebagai
perwakilan pemerintah yang sah. Strategi
perjuangan apa yang dipakai NUG? Dari awal revolusi, kami
menggunakan dua strategi. Pertama, mendapatkan legitimasi internasional
sebagai pemerintah rakyat Myanmar. Kedua, menggunakan tekanan militer
terhadap junta untuk menguras kekuatan militernya. Kami memiliki banyak sumber
daya manusia. Mudah bagi kami untuk merekrut tentara. Satu-satunya masalah
adalah kami tidak memiliki cukup senjata dan peralatan militer. Kami tidak
memiliki kekuatan finansial yang cukup untuk persiapan dan logistik. Jika
kami bisa menyediakan senjata yang cukup, tidak sampai tiga-empat bulan kami
bisa mengalahkan mereka. Kami memiliki lebih dari 100 ribu tentara siap
tempur. Yang kami butuhkan adalah kekuatan finansial dan senjata. Konsep
negara seperti apa yang disiapkan NUG? Kami sudah bersepakat
untuk membangun negara masa depan yang lebih demokratis. Setelah pemerintahan
sementara ini, akan ada pemerintahan transisi. Di bawah pemerintahan transisi
itu semua pemangku kepentingan, setiap etnis minoritas, akan bersatu. Apa
peran militer di masa mendatang? Ada prosedur internasional
yang bisa kami kita ikuti, seperti reformasi sektor keamanan. Mereka akan
diikutsertakan dalam proses tersebut. Yang terpenting, militer harus berada
di bawah kepemimpinan sipil. Kami harus mereformasi militer Myanmar. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar