Anwar Ibrahim,
Negarawan Pembaharu yang Telah Lama Dinantikan Irman Gusman : Ketua DPD RI 2009-2016, Ketua Dewan
Pembina Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau, dan Ketua Center for Empowerment
& Development of Indonesia (CEDI) |
REPUBLIKA, 26 November 2022
Keberhasilan sahabat
Indonesia Dato’ Seri Anwar Ibrahim menduduki kursi Perdana Menteri ke-10
Malaysia merupakan kabar gembira yang telah lama dinantikan. Bahkan telah
lama pula diprediksi bahwa dialah figur negarawan yang paling tepat untuk
memimpin Malaysia memasuki era baru, yaitu era Malaysia yang benar-benar
demokratis mengikuti tuntutan zaman. Kemenangan Anwar, yang
direstui oleh Raja Yang Dipertuan Agung Al Sultan Abdullah, untuk membentuk
pemerintahan baru itu sekaligus juga menjanjikan akan hadirnya paradigma baru
dalam perpolitikan Malaysia yang multiras dan multikultur itu. Yaitu cara
pandang yang lebih modernis dan Islami sesuai nilai-nilai luhur ajaran Islam
yang adil terhadap semua pihak dan menjadi rahmat bagi semua rakyat Malaysia
dan umat manusia, bahkan menjadi acuan baru tentang falsafah rahmatan lil
alamin dalam politik dunia Islam yang diperkaya dengan balutan budaya Melayu. Reaksi kegembiraan
terhadap kemenangan Anwar Ibrahim tak hanya datang dari negerinya sendiri.
Indonesia, melalui Presiden Joko Widodo, merupakan negara tetangga yang cepat
menyampaikan ucapan selamat dan berharap agar pemerintahan baru di Malaysia
akan meningkatkan hubungan persahabatan di segala bidang dengan Indonesia. Perdana Menteri Singapura
Lee Hsien Loong juga menyampaikan ucapan selamat atas terpilihnya Anwar
Ibrahim sebagai Perdana Menteri, disusul Presiden Turkiye Recep Tayyib
Erdogan yang “menginterupsi” konperensi pers Anwar dengan ratusan wartawan
internasional saat ia menyampaikan ucapan selamat kepada kepala pemerintahan
Malaysia tersebut. Menjawab ucapan selamat tersebut, PM Anwar Ibrahim katakan
ia sepakat dengan Presiden Erdogan untuk meningkatkan hubungan di segala bidang,
khususnya di bidang ekonomi, militer, dan pendidikan, serta bekerja sama
dalam memberantas terorisme di dalam negeri dan terorisme internasional. Banjir ucapan selamat
kepada PM Anwar Ibrahim akan terus berdatangan dari berbagai pelosok dunia,
karena ketokohannya sebagai negarawan diakui di mancanegara. Anwar adalah
pemimpin dunia Islam dan intelektual Muslim yang pemikiran dan
gagasan-gagasannya dalam memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan rakyat
sudah lama diakui di komunitas internasional. Dia bukan pemimpin “jago
kandang” yang inward-looking; dia adalah pemimpin pejuang berwawasan global
yang diakui di banyak negara, sekalipun harus menunggu 24 tahun sebelum
menduduki posisinya saat ini. Dari perspektif kegigihan perjuangannya, Anwar
Ibrahim mungkin bisa kita samakan dengan Nelson Mandela yang menduduki pucuk
kepemimpinan pemerintahan setelah dizalimi dan dipenjarakan. Bahkan sampai
tiga kali Anwar dipenjarakan. Tapi bagi seorang Anwar Ibrahim, penjara
hanyalah batu loncatan untuk semakin tinggi ia melambung, dan kini terbukti. Itulah sikap seorang
negarawan sejati yang patut diteladani oleh para pemimpin di berbagai negara
lain. Semakin digencet, semakin kuat ia berdiri dan meneruskan perjuangannya
demi apa yang ia yakini sebagai kebenaran yang harus diterjemahkan ke dalam
langkah-langkah politiknya untuk kemaslahatan rakyat. Tak banyak pemimpin
mempunyai karakter negarawan pejuang seperti Anwar. Bahkan jarang pula
ditemukan di dunia Islam. Kalau 10 tahun lalu dunia Islam melihat Presiden
Erdogan sebagai sosok pemimpin pemberani, kemenangan Anwar Ibrahim kini
mengalihkan pandangan dunia ke Malaysia. Di sana telah muncul Anwar
Ibrahim yang diharapkan bukan saja sebagai Perdana Menteri Malaysia yang akan
semakin mengakrabkan persahabatan dengan berbagai negara, tetapi juga sebagai
pemimpin dunia Islam yang bisa dijadikan acuan dalam memperjuangkan
nilai-nilai ajaran agama tentang keadilan sosial, perhatian terhadap kaum
terabaikan, serta perlawanan terhadap perselingkuhan antara politik dan hukum.
Bahkan kemenangannya telah pula merombak tradisi politik Malaysia yang
sebelumnya didikte oleh sim salabim kekuasaan serta monopoli patronase
politik yang selalu menghalangi langkahnya menuju tampuk kekuasaan eksekutif. Yang juga menarik dari
leadership style Anwar Ibrahim adalah dia bukanlah pemimpin yang mempunyai
stigma negatif terhadap negara-negara Barat. Meskipun dia sendiri adalah
seorang Muslim yang taat, paham Alquran, pandai berbahasa Arab dan fasih
berbahasa Inggris. Karena memang sejatinya Anwar yang saya anggap sebagai
mentor politik serta negarawan sejati itu merupakan a rare perfect blend dari
intelektualisme Islam, figur pemimpin Melayu yang kokoh pendiriannya, serta
negarawan yang lengkap pengetahuan, pengalaman serta soft skill politiknya. Sejak 1987 saat pertama
kali saya berkenalan dengannya, Anwar memang seorang leader dan guru politik
yang wawasannya bagaikan sumur yang tak pernah kering. Ia banyak memberikan
nasihat dan berbagi pengalaman dengan saya dan dari pengalamannya malang melintang
di dunia politik, dapat saya timba banyak pelajaran, termasuk kesabarannya,
keyakinan yang kokoh tentang visi yang diperjuangkannya, serta kegigihan dan
keberaniannya melawan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang dianggapnya
tidak mendatangkan manfaat terbesar bagi rakyatnya. Naiknya Anwar Ibrahim ke
pucuk pimpinan pemerintahan di Malaysia juga membawa harapan bahwa negarawan
ini dapat menawarkan nilai-nilai Islam dengan kearifan budaya Melayu sebagai
salah satu opsi solusi untuk mengatasi berbagai masalah di dunia. Bukan hanya
untuk mencapai kesejahteraan material tetapi juga menciptakan keseimbangan
dengan kesejahteraan immaterial serta kesetaraan dan keadilan. Sebab leadership style
Anwar Ibrahim sesungguhnya melampaui batas-batas etnis dan rasial, serta
sekat-sekat keagamaan dan budaya. Dengan visi globalnya serta kepemimpinan
dan kepribadiannya yang kuat, Perdana Menteri Anwar Ibrahim diharapkan akan
memelopori hadirnya era baru bukan saja di Malaysia, tetapi juga di kawasan
ASEAN yang haus akan strong democratic leadership untuk dijadikan acuan. Konstelasi hubungannya
yang luas dengan para pemimpin di berbagai negara Barat juga diharapkan akan
bisa menghapus politik Islamophobia serta stigma-stigma negatif terhadap
dunia Islam, mengingat positioning-nya selama ini sebagai seorang leader
inspiratif yang tidak inward-looking, sekaligus sebagai pembaharu yang
modernis, yang sesungguhnya sangat dibutuhkan di dunia Islam, juga di ASEAN. Sebagai pemimpin kelas
dunia, Anwar telah lama menimba kearifan dari para tokoh di banyak negara,
termasuk dari Indonesia, seperti Muhammad Natsir dan Buya Hamkah, meskipun
dia sendiri merupakan seorang pengagum karya sastra Barat. Menduduki kursi
Perdana Menteri di usianya yang 75 tahun, Anwar tentu akan mengerahkan segala
kemampuannya untuk mengubah wajah Malaysia menjadi lebih baik sebagai legacy
yang telah lama dinantikan rakyat Malaysia. Clean and good governance
tentu akan melandasi budaya pemerintahannya dan ia akan menerjemahkan semua
agenda perjuangannya selama ini ke dalam kenyataan sebab, itulah yang
dinantikan rakyat Malaysia yang telah cukup lama diombang-ambingkan oleh
politik menopoli kekuasaan. Sudah cukup lama Anwar dihambat sebagai the voice
of the oppressed dan the voice of true freedom and democracy. Dan sekaranglah
saatnya ia membuktikan kepada rakyat Malaysia bahwa apa yang ia perjuangkan
selama ini adalah untuk kepentingan mereka. Tantangan terdekat yang ia
hadapi adalah memastikan dukungan mayoritas di parlemen untuk menyetujui
RAPBN tahun depan, sebab belanja negara, termasuk untuk pembayaran gaji
pegawai negeri, polisi dan militer harus dikeluarkan pada bulan Januari 2023.
Maka sidang parlemen pada 19 Desember nanti akan merupakan pertarungan yang
cukup sengit bagi PM Anwar Ibrahim dan Pakatan Harapan yang perlu merangkul
lima koalisi lainnya untuk memuluskan langkahnya ke depan. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar