Literasi
dan Kemampuan Digital untuk Pembangunan Inklusif Yose
Rizal Damuri: Steering Committee Indonesia Fintech
Society (IFSoc), Direktur Eksekutif CSIS Indonesia |
KOMPAS, 19 Juli 2022
Salah
satu dampak utama pandemi adalah semakin masifnya penggunaan teknologi
digital di dalam kehidupan kita. Teknologi
digital telah mengubah cara masyarakat berinteraksi, melakukan transaksi
ekonomi, pendidikan, mendapatkan hiburan dan pelayanan kesehatan, hingga
melakukan aktivitas pekerjaan. Teknologi
digital juga telah berkontribusi pada peningkatan inklusi keuangan. Laporan
Google, Temasek, dan Bain (2021) memperkirakan ekonomi digital menyumbang 70
miliar dollar AS bagi perekonomian Indonesia secara total. Bahkan,
McKinsey (2019) memperkirakan adanya 10 juta lapangan pekerjaan baru di
Indonesia yang diciptakan oleh inovasi ekonomi digital. Tentunya,
tantangan baru pun muncul dengan ekonomi digital yang kian berkembang.
Berbagai pengetahuan dan keterampilan baru menjadi prasyarat agar masyarakat
mampu mendapatkan manfaat optimal. Inklusi keuangan yang tinggi akan
memberikan manfaat jika literasi digital dan literasi keuangan juga bisa
ditingkatkan. Isu
ini sedemikian penting sehingga Indonesia mengangkat literasi dan kemampuan
digital sebagai salah satu agenda prioritas yang dibawa sebagai tuan rumah
G20 tahun ini. Indonesia akan mempresentasikan Toolkit Pengukuran Literasi
dan Kemampuan Digital (CSIS, 2021), agar negara G20 dan negara lainnya dapat
menganalisis kondisi kemampuan digital mereka dan keluar dengan kebijakan
yang sesuai. Toolkit
ini menjelaskan kemampuan digital di empat elemen penting: infrastruktur
penunjang, literasi, pemberdayaan, dan keterampilan dalam pekerjaan. Infrastruktur,
baik fisik maupun institusi, menentukan sejauh mana literasi dan kemampuan
digital dapat berkembang. Literasi menentukan bagaimana individu dan
masyarakat bisa menggunakan teknologi itu secara bijak. Aspek pemberdayaan
dan keterampilan menjelaskan sampai sejauh mana teknologi digital dapat
digunakan untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat. Toolkit
tersebut sudah digunakan untuk melihat kondisi keterampilan dan literasi
digital di daerah Jabodetabek (CSIS, 2021). Studi dilakukan dengan
mewawancarai individu dan perusahaan yang dipilih secara random untuk melihat
kemampuan digital, baik dari sisi ketersediaan (individu) maupun permintaan
(perusahaan). Meski pengukuran ini tak dilakukan di seluruh pelosok
Indonesia, terdapat berbagai temuan menarik yang bisa dijadikan dasar bagi
kebijakan pengembangan. Kesenjangan
literasi Setidaknya
terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat literasi dan kemampuan
digital. Salah satunya, kelompok umur. Pengukuran
di Jabodetabek menemukan bagaimana kelompok usia muda secara signifikan
memiliki tingkat literasi digital yang lebih tinggi dibandingkan kelompok
masyarakat senior. Perbedaan ini terjadi hampir di seluruh kategori, dari
mulai yang berkaitan dengan pengenalan ICT, kebutuhan komunikasi, hingga soal
keamanan digital. Perbedaan
tingkat literasi digital di masyarakat juga terlihat pada latar belakang
pendidikan. Survei yang dilakukan CSIS (2021) menemukan jurang yang besar
antara masyarakat berpendidikan SMA sederajat dan sarjana, dengan masyarakat
yang hanya mengenyam pendidikan primer. Perbedaan terbesar terletak pada
kategori komunikasi dan kolaborasi digital, hal yang memang sering digunakan
dalam dunia kerja. Ini
perlu dijadikan catatan bagi pemerintah, terutama bagaimana upaya untuk
memperkenalkan literasi digital sejak dini dan juga memberikan fokus kepada
pemakai usia lanjut. Dengan demikian, teknologi digital bisa digunakan
kelompok pendidikan mana pun untuk pemberdayaan dan berpeluang untuk
meningkatkan kesejahteraan kondisi ekonomi. Kabar
baiknya adalah tidak ditemukan kesenjangan besar antara laki-laki dan perempuan.
Ini mengindikasikan bahwa teknologi digital dapat bersifat netral dan tak
bias jender sehingga pengembangannya dapat dioptimalkan untuk mengurangi
gender gap di Indonesia. Sifat netral dari kemampuan digital juga terlihat
pada sisi permintaan dari perusahaan. Di
area yang lebih spesifik untuk pekerjaan, studi tersebut juga memperlihatkan
bahwa keterampilan digital telah menjadi faktor utama yang dibutuhkan,
terlepas dari jenis pekerjaan ataupun sektor industri. Permintaan ini sangat
terlihat pada kemampuan dasar digital, seperti kemampuan untuk berkolaborasi
dan penggunaan office suites. Meski
kebutuhan akan keterampilan tingkat tinggi masih terbatas, ke depan terlihat
bahwa keterampilan yang lebih kompleks dan spesifik juga akan semakin
dibutuhkan. Karena itu, sudah jadi kewajiban bagi pekerja, pencari kerja,
ataupun yang nantinya akan masuk pada lapangan kerja untuk memiliki
kemampuan-kemampuan digital tersebut. Institusi pendidikan juga harus dapat
merespons kebutuhan akan kemampuan digital yang lebih kompleks dan spesifik
di masa mendatang. Pemberdayaan
ekonomi Selain
untuk pekerjaan, kemampuan digital juga merupakan hal penting untuk
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sebagai contoh, lebih dari 55 persen
responden menyatakan sudah menggunakan aplikasi layanan keuangan digital,
yang berkontribusi kepada peningkatan inklusi keuangan. Hampir
75 persen responden sudah menggunakan platform e-commerce. Ini menjadikan
teknologi digital dapat memberikan kesempatan peningkatan penghasilan, serta
memberikan peluang bagi masyarakat untuk utilisasi aset dan kemampuan mereka
yang sebelumnya kurang dimanfaatkan. Diperlukan
berbagai pengetahuan dan kemampuan spesifik agar platform ini bisa digunakan
secara optimal. Kemampuan yang diperlukan untuk pemberdayaan ini tak terbatas
pada penggunaan perangkat digital, tetapi juga meliputi berbagai kemampuan,
seperti kreativitas dan kemampuan komunikasi. Dari
penggunaan toolkit tersebut di Jabodetabek, terlihat tingkat literasi dan
kemampuan digital masih perlu ditingkatkan serta jurang kemampuan
antarkelompok pun masih terlihat, bahkan untuk daerah Ibu Kota. Literasi
dan keterampilan yang mencukupi merupakan syarat perlu untuk meningkatkan
inklusi keuangan dan mewujudkan pembangunan ekonomi yang inklusif. Ini jadi pekerjaan
rumah yang perlu segera mendapat perhatian dari semua pihak yang terkait ● Sumber :
https://www.kompas.id/baca/opini/2022/07/18/literasi-dan-kemampuan-digital-untuk-pembangunan-inklusif |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar