Impian
Indonesia Emas Sukidi : Pemikir Kebinekaan |
KOMPAS, 21 Juli 2022
Pemilu
2024 harus menjadi mekanisme politik yang terbuka dan demokratis untuk
memilih pemimpin besar yang visioner. Yakni, pemimpin yang memiliki visi
tentang arah bangsa ke depan di tengah situasi perang dan ketidakpastian
ekonomi global. Dengan kesadaran penuh tentang perwujudan cita-cita Indonesia
merdeka yang telah diamanahkan oleh para ibu dan bapak pendiri bangsa,
pemimpin yang nanti kita berikan amanah harus bertekad kuat untuk mewujudkan
impian Indonesia Emas 2045, yang hanya tinggal 23 tahun lagi dalam
menyongsong 100 tahun kemerdekaan. Komitmen
pada perwujudan Indonesia Emas 2045 ini menjadi faktor pembeda antara dua
tipe pemimpin. Pemimpin yang berjiwa kerdil hanya menggelorakan retorika
politik tentang kebesaran bangsa Indonesia, dengan ukuran jumlah penduduk
yang besar dan kekayaan alam yang berlimpah ruah. Targetnya tak lebih dari
sekadar kepentingan politik elektoral semata. Namun,
pemimpin yang berjiwa besar tampil di hadapan rakyatnya dengan penuh
kejujuran dan kerendahan hati bahwa ada aspek penentu yang jauh lebih penting
dan menentukan di balik kemajuan suatu bangsa. Aspek itu terbukti pada negara
tetangga Singapura, dengan jumlah penduduk yang sangat kecil dan kekayaan
alam yang teramat minim, justru jauh lebih maju daripada Indonesia, baik dari
segi kesehatan, kualitas hidup, ketrampilan, maupun pendidikan. Sebagai
negara dengan peringkat ekonomi paling kompetitif di dunia, Singapura
berhasil memajukan ekonomi bangsanya yang berjalan secara pararel dengan
peningkatan kualitas pendidikan yang unggul dan berkelas dunia. Pendidikan
menjadi cerita sukses di balik kemajuan negara Singapura. Karena
itulah, pasti ada aspek yang menjadi faktor penting di balik kemajuan suatu
bangsa. “Aspek ini amat sering dibicarakan,” demikian petuah bijak pengusaha
TP Rachmat (2022), “Tapi sering kali perwujudannya terkalahkan oleh
aspek-aspek lain yang bersifat lebih mendesak. Aspek ini juga amat sulit
untuk disiapkan, karena sifatnya jangka panjang, perlu komitmen serta
konsistensi lintas generasi-lintas pemerintahan, yang gigih dan pantang
menyerah. Aspek itu adalah kualitas manusia. Kualitas manusialah yang akan
menjadi penentu dan pembeda bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kebesaran
bangsa.” Sungguh,
kualitas manusia menjadi salah satu, jika bukan satu-satunya, faktor penentu
dan pembeda di balik kemajuan Singapura. Potret Indeks Modal Manusia
Singapura menempati rangking tertinggi di dunia. Sementara Indonesia
tertinggal jauh, bukan hanya dalam skala rangking dunia, melainkan juga kalah
hanya dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara sekalipun, mulai dari
Vietnam, Brunei, Malaysia, hingga Thailand. Dengan
fakta brutal ini, pemimpin yang berjiwa besar harus menyadari sepenuhnya
tentang defisit modal manusia Indonesia. Pengakuan yang jujur atas
ketertinggalan kualitas manusia ini menyadarkan pemimpin yang berjiwa besar
itu untuk berinvestasi semaksimal mungkin pada pembangunan kualitas manusia.
Hanya dengan peningkatan kualitas manusia yang unggul dan berdaya saing
tinggi, Indonesia mampu berkompetisi dengan negara-negara maju lain dan mampu
meningkatkan kualitas hidup rakyatnya. Jika
pembangunan aspek kualitas manusia ini tidak menjadi prioritas pertama dan
utama para pemimpin Indonesia ke depan, kita sebenarnya hanya menunggu bom
waktu saja untuk menjadi bangsa yang gagal dalam mempersiapkan generasi
Indonesia emas 100 tahun kemerdekaan. Apalagi, pemimpin kita sering berpikir
jangka pendek, dalam hitungan Pemilu, dengan kurang begitu tertarik pada
investasi modal manusia, karena hasilnya perlu diraih dalam waktu yang
relatif lama. Hal ini berbeda dengan investasi modal fisik yang hasilnya
dapat dilihat dan dirasakan secepatnya, lalu dipamerkan atas nama warisan
kepemimpinan. Namun,
pemimpin yang mengabaikan investasi modal manusia justru hanya menghambat
pertumbuhan ekonomi, memperlebar kesenjangan, dan meningkatkan angka
kemiskinan. “Tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia Merdeka,” janji
Soekarno pada 1 Juni 1945, terbukti tidak mampu kita wujudkan hari ini dan
100 tahun Indonesia Merdeka nanti. Pemimpin
yang berjiwa besar itu semestinya bertekad kuat untuk melunasi janji-janji
kemerdekaan yang diamanahkan oleh para pendiri bangsa. Hanya dengan melunasi
janji-janji kemerdekaan itu, kita menjadi bangsa yang mampu menghormati dan
memuliakan jasa dan perjuangan para pendirinya dan sekaligus mampu menorehkan
kontribusi pada terwujudnya impian generasi emas 100 tahun Indonesia Merdeka. ● Sumber :
https://www.kompas.id/baca/opini/2022/07/21/impian-indonesia-emas |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar