Freeport Jiipe Dahlan Iskan : Mantan CEO Jawa Pos |
DISWAY, 18 Juli 2022
INILAH
salah satu monumen besar Presiden Jokowi: proyek hilirisasi produk Freeport.
Jadi kenyataan. Hampir. Saya
ke lokasi proyek itu pekan lalu. Saya ingin tahu apakah rencana besar itu
benar-benar dilaksanakan. Dari
proyek ini akan dihasilkan 30 ton emas murni. Juga 600.000 ton tembaga.
Dengan kemurnian 99,9 persen. Lalu perak, 200 ton. Masih banyak produk lain seperti
platinum dan paladium. Hampir semua produk kimia tambang dihasilkan di situ.
Kecuali lithium. Lokasi
proyek ini di Gresik, dekat Surabaya. Yakni di kawasan industri Jiipe: Java Integrated Industrial Port Estate.
Di pinggir laut. Di bibir Selat Kamal. Dari
Jiipe ini bisa terlihat, dengan jelas, sisi barat Pulau Madura. Proyek
Jiipe ini seluas 3.000 hektare. Dulunya tambak tradisional. Ditambah hasil
reklamasi seluas 400 hektare. Di tanah reklamasi inilah pelabuhan Jiipe
dibangun. Pelabuhannya dalam: draftnya 14 meter. Kapal kelas Panamax bisa
sandar di sini. Tahap
pertama pelabuhan itu sudah jadi. Bahkan sudah difungsikan. Material proyek
banyak yang didatangkan lewat pelabuhan baru ini. Berarti,
ke depan, seluruh kondensat dari Freeport di Papua dikapalkan ke lokasi ini.
Tidak lagi dikirim ke berbagai negara seperti Jepang dan Korea. Di
Jiipe, kondensat itu diproses. Menghasilkan emas. Juga tembaga. Juga perak.
Juga hasil tambang lainnya. Kapan
semua itu bisa dilakukan di Jiipe Gresik? Paling lambat pertengahan 2024.
Sebelum Pilpres. Kalau terus dikebut. Presiden
Jokowi masih akan sempat meresmikannya. Presiden
Jokowi sudah tiga kali ke Jiipe. Sejak peletakan batu pertama. Perkembangan
proyeknya terus dimonitor. Tentu Presiden Jokowi sendiri yang akan
meresmikannya kelak. Proyek
itu kini memang lagi dikebut. Tiang-tiang pancang lagi dihujamkan ke bumi.
Diperlukan 22.000 titik pancang di proyek itu. Tiap titik tidak hanya satu
tiang pancang. Bisa tiga atau empat. Betapa larisnya produk tiang pancang
Adhi Karya maupun Wijaya Karya. Apalagi kedalaman pancang itu bisa 45 meter. Tidak
semua lahan Jiipe untuk Freeport. Tapi lahan untuk hilirisasi produk Freeport
itu luas sekali. Seluas 1 km2. Atau 100 hektare. Tahun depan, ketika proyek
mencapai tahap puncak, sekitar 14.000 karyawan akan bekerja di situ. Intinya,
hilirisasi Freeport ini tidak lagi hanya gagasan atau keputusan. Sudah sedang
dilaksanakan. Keputusan
hilirisasi semua produk tambang itu sebenarnya sudah diputuskan tahun 2008.
Waktu itu Freeport sudah lebih ''maju'' dari sektor nikel atau bauksit.
Setidaknya Freeport sudah mengolah tanah Papua yang dikeruk itu (ore) menjadi
kondensat. Pengolahannya dilakukan di dekat Timika. Kondensat itu diekspor.
Lewat pelabuhan Timika. Waktu
itu, nikel dan bauksit masih ekspor dalam bentuk tanah dan air (ore). Hanya
sebagian kecil yang diolah oleh PT Antam. Dunia
nikel terus berusaha mengulur waktu, agar tetap dibolehkan ekspor ore.
Pemerintah awalnya gentar. Takut kehilangan penghasilan devisa. Kini
setelah dipaksakan, hilirisasi nikel harus dicatat sebagai sukses besar.
Meninggalkan Freeport. Lalu
giliran Freeport yang harus mengejar. Awalnya Freeport berusaha mengulur
waktu. Agar tetap diizinkan ekspor dalam bentuk kondensat. Alasannya: Freeport
kan sudah mengolah ore menjadi kondensat. Dalam
proses ore menjadi kondensat ini Freeport hanya mengambil sekitar 30
persennya. Sisanya ditinggal di Papua. Dalam bentuk limbah hasil cucian. Setelah
saham Freeport dikuasai Indonesia (51 persen) keputusan hilirisasi itu pindah
ke tangan pemegang saham mayoritas. Done! Diputuskanlah
hilirisasi 100 persen. Dilakukan di dalam negeri. Di Gresik. Di Jiipe. Kawasan
industri Jiipe ini milik dua kongsi: PT AKR Group (60 persen) dan BUMN
Pelindo (40 persen). Tapi kepemilikan kawasan pelabuhannya dibalik: Pelindo
60 persen, AKR 40 persen. Kini
sudah banyak industri yang masuk ke Jiipe. Sari Roti pun sudah punya pabrik
di sana. Saya baru tahu bahwa Sari Roti itu perusahaan Jepang. Berkongsi
dengan Salim Group. Bank
Indonesia juga akan membangun gedung di sini: lahannya 17 hektare. Grup
Djarum pun sudah masuk. Mungkin untuk masa depan industri elektroniknya yang
maju pesat. "Dengan
adanya bahan baku seperti emas, tembaga, dan perak di sini, pabrik-pabrik
yang terkait bahan baku itu baiknya ke sini," ujar Naresh Anchalia,
direktur operasi Jiipe. Ke hilirnya banyak sekali turunannya. Tentu
hasil terbanyak proyek Freeport itu nanti adalah slak. Jumlahnya bisa 1,1
juta ton/tahun. Sebenarnya ini jenis limbah. Tapi limbah itu ada harganya.
Pabrik semen sangat membutuhkan. Industri konstruksi memerlukannya: 1,1 juta
ton tahun. AKR
adalah perusahaan lama. Milik orang Surabaya: Soegiarto Adikoesoemo. Di tahun
1970-an Soegiarto sudah mendirikan pabrik sorbitol: PT Sorini. Itu pabril
sorbitol pertama di Indonesia. Bahan bakunya singkong. Sorbitol adalah bahan
baku pasta gigi. Juga bahan baku obat-obatan. Agar mencapai level food grade. Sorini
lantas ekspansi ke Tiongkok. Ia mendirikan pabrik sorbitol yang lebih besar
di Liuzhou, dekat Guilin. Grup
AKR terus ekspansi ke bidang kimia. Berdirilah Aneka Kimia Raya. Lalu masuk
ke bahan bakar minyak. Pompa bensin terbanyak setelah Pertamina adakah milik
AKR. Pabriknya
yang di Tiongkok lantas dijual. Total. Soegiarto fokus usaha di Indonesia. Ia
mengembangkan industrial estate di Gresik itu. Kini
manajemen AKR di tangan generasi kedua. Soegiarto punya menantu yang hebat:
Haryanto Adikoesoemo. Pimpinan puncak grup ini dipegang oleh sang menantu. Keluarga
ini adalah simbol tertinggi hubungan kerukunan dan kepercayaan antara
menantu-mertua. Soegiarto adalah mertua terbaik. Haryanto adalah menantu
terbaik. Dan sukses besar. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar