Tema
Lomba Artikel yang Diselenggarakan BPIP Relevan dan Kontekstual Karyono Wibowo ; Direktur Eksekutif Indonesian Public
Institute |
DETIKNEWS, 15
Agustus 2021
Pesan yang
bisa ditangkap dari dua tema lomba penulisan artikel yang digelar Badan
Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) antara lain adalah memperkokoh
nasionalisme. Tujuannya untuk memperkuat wawasan kebangsaan serta moderasi
beragama. Tema, 'Hormat
Bendera Menurut Hukum Islam' dan 'Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum
Islam' ini justru tidak hanya kontekstual tapi juga relevan. Selain
dilaksanakan dalam rangka memperingati hari Santri, momentumnya juga
bertepatan dengan perayaan HUT Kemerdekaan RI ke 76. Esensinya, dua
tema tersebut menggabungkan antara aspek keagamaan dengan kebangsaan.
Penyelenggara lomba dalam hal ini BPIP mungkin ingin mengetahui seberapa luas
pandangan peserta dalam memahami relasi agama (islam) dengan nilai-nilai
kebangsaan, Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika sebagai
konsensus nasional. Namun dalam
konteks Lomba Penulisan Artikel ini cakupan pembahasannya dipersempit tentang
hormat bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya menurut hukum islam. Dalam
perspektif kebebasan akademik, tidak ada yang salah dari tema itu. Tetapi
karena ada unsur politisasi yang masif dan sistematis, isunya menjadi
bergeser. Saya tidak
percaya tema tersebut bermaksud membenturkan agama dengan nasionalisme
seperti yang dikatakan Fadli Zon. Pihak yang menyebut tema lomba yang dibuat
BPIP membenturkan agama dan nasionalisme justru logika berpikirnya
terbalik-balik. Pasalnya, BPIP
justru memiliki tanggung jawab untuk memberikan pemahaman bahwa Pancasila
merupakan dasar negara yang mempersatukan semua golongan. Saya yakin
pandangan BPIP justru nilai-nilai Pancasila tidak bertentangan dengan agama. Tugas BPIP
juga sangat jelas, sebagai lembaga yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden, BPIP membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan
pembinaan ideologi Pancasila, melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh dan
berkelanjutan, dan melaksanakan penyusunan standarisasi pendidikan dan
pelatihan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, serta memberikan
rekomendasi berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan atau regulasi yang
bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga tinggi negara,
kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial politik, dan
komponen masyarakat lainnya. Kembali pada
polemik tentang tema lomba yang dinilai tidak kontekstual. Hemat saya, tema
tersebut justru kontekstual karena realitasnya ada sebagian umat islam tidak
melakukan hormat bendera karena dianggap bid'ah. Masalah ini juga masih
menjadi perselisihan para ulama, ada ulama yang melarang secara mutlak dan
ada ulama yang memperbolehkan. Maka dalam hal
ini, Fadli Zon, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera dan sejumlah pihak yang
mempersoalkan tema tersebut telah mengesampingkan fakta dan cenderung mempolitisasi.
Tapi bukan hal aneh jika ditelusuri jejak rekam pihak yang mempersoalkan tema
lomba tersebut sebagian besar adalah orang-orang yang sejak awal menyerang
eksistensi BPIP. Kelompok ini kerap menyerang BPIP secara frontal. Menurut saya,
lebih baik BPIP bergeming mempertahankan tema tersebut. Karena dalam
perspektif ideologi mereka ini memang berbeda dengan BPIP. Nampak sekali
mereka khawatir dengan kehadiran BPIP.
● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar