Perjuangan
2 T Dahlan Iskan ; Mantan CEO Jawa Pos |
DISWAY, 31 Juli 2021
AKHIRNYA saya bertemu
dengan orang yang sangat dekat dengan Heryanti, putri bungsu Akidi Tio –yang
menyumbang Kapolda Sumsel Rp 2 triliun itu. Kemarin malam saya hubungi
dia. Kemarin pagi saya ajak bicara lagi. Dia orang Padang yang lahir di
Sumsel. Juga punya darah Langkat. Dia cantik sekali. Pintar
sekali. Menguasai bahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan Belanda. Pekerjaannyi
pun sangat terhormat –sekarang ini. Suatu saat saya akan buka
siapa Si Cantik itu: Anda pun akan bilang "Oh....dia!". Anda tahu
wanita itu. Hampir orang se-Indonesia juga tahu siapa suaminyi. Sehari sebelum bertemu Si
Cantik, saya diliputi penuh keraguan: jangan-jangan sumbangan Rp 2 triliun
itu pepesan kosong. Betapa terbantingnya Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra
Heri. Betapa terpukulnya masyarakat Tionghoa se-Indonesia. Apalagi, dua hari lalu,
saya mendapat info sinis ini: jangankan uang Rp 2 triliun, bayar utang Rp 3
miliar pun tidak bisa. Sudah bertahun-tahun. Setiap ditagih selalu dijawab
sebentar lagi, tidak lama lagi, bulan depan, minggu depan, dan sebangsa itu. Tangan saya pun gemetar
ketika mendapat kepastian bahwa Heryanti memang punya utang itu. Yang belum
terbayar itu. Bukan hoax. Ditambah lagi begitu
banyak pengusaha Tionghoa yang saya hubungi: semua tidak tahu siapa Aki
–panggilan Akidi Tio. Lebih lagi ketika Prof Dr dr Hardi Darmawan tidak mau
lagi menjawab telepon saya. Padahal beliau lah orang pertama yang dihubungi
Heryanti. Untuk mengantarkannyi ke Kapolda –menyerahkan bantuan itu, secara
simbolis. Saya pun down: alangkah
mengecewakannya bila semua itu pepesan kosong. Maka saya terus bergerilya
mencari sumber yang bisa diandalkan. Saya memang mendapatkan nomor telepon
Heryanti tapi tidak berhasil saya kontak. Sampailah akhirnya saya
menemukan wanita cantik –dengan lima ''i'' itu. Si Cantik ternyata sangat
kasihan pada Heryanti. Dua hari terakhir media mulai meragukan kebenaran
sumbangannyi itu. "Kenapa media
begitu?" tanya Si Cantik kepada saya. Memang benar adanya, Si Cantik
pernah memberi pinjaman Rp 3 miliar kepada Heryanti. Tapi tidak benar dia
sampai stres akibat pinjaman yang tidak kunjung dikembalikan itu. Juga tidak
benar suaminyi sampai meninggal akibat memikirkan uang itu. Sang Suami –orang
terhormat di Palembang dan sangat ganteng– memang meninggal akhir tahun lalu.
Tapi akibat sakit jantung. Bukan karena stres memikirkan uang tersebut. Boleh dikata, ketika Sang
Suami memberikan pinjaman tersebut, hatinya gembira. Juga dengan perasaan
pasti akan dibayar. Pasangan pribumi
Minang-Palembang itu memang sangat dekat dengan Heryanti yang Tionghoa.
Termasuk dengan salah satu kakak Heryanti yang bernama Agwan. Saking dekatnya sampai
mereka punya usaha bersama. Kelak akan saya ceritakan bentuk usaha mereka
itu. Bagaimana mereka bisa
berteman dekat? "Heryanti itu
orangnya sangat baik. Kami tidak merasa dia itu Tionghoa. Dia juga tidak
merasa kami ini pribumi. Hubungan kami tidak tersekat soal ras. Heryanti itu
sudah seperti pribumi," ujar Si Cantik kepada saya. "Jadi uang Rp 2
triliun itu ada?" tanya saya. "Ada. Mungkin paling
lambat Senin lusa cair," jawabnyi. "Dari mana Anda tahu
Senin bisa cair?" "Saya baru saja
telepon Heryanti. Dia bilang begitu," jawabnyi. "Jadi Anda bisa terus
telepon ke Heryanti?" ''Bisa. Tidak ada masalah.
Tadi malam pun saya telepon dia," jawabnyi. "Bagaimana Anda bisa
begitu optimistis uang itu pasti cair?" "Saya percaya dia.
Dia bilang begitu," jawabnyi lagi. "Tapi dulu pun dia
kan juga sering bilang ''bulan depan'' atau ''minggu depan'' ..." "Iya sih. Tapi kali
ini bicaranya kan dengan kapolda. Mana bisa sembarangan," jawabnyi. Bahwa utang itu belum
terbayar, katanyi, bukan karena dia tidak mau membayar. Uangnya ada. Tapi
masih di bank di Singapura. Uang itu milik ayah
Haryanti, Akidi Tio. Yang meninggal tahun 2009 lalu, di umur 89 tahun. Istri
Aki meninggal empat tahun sebelumnya. Uang itu hasil usaha Aki
dengan partner bisnis di Singapura dan Hongkong. Mereka juga punya aset dalam
bentuk gedung-gedung. Ada cerita khusus
bagaimana Heryanti sampai tahu bahwa ayahnyi punya uang di Singapura. Bahkan
juga di Hongkong. Bagaimana dia bisa tahu, kelak juga akan saya ceritakan. Yang jelas anak-anak Aki
yang lain juga tahu soal uang di Singapura itu. Hanya saja mereka sudah
''putus harapan''. Uang itu tidak akan bisa dicairkan. Kalau toh bisa harus
dengan usaha yang luar biasa dan biaya yang besar. Dulu, suami Si Cantik rela
meminjami Heryanti uang Rp 3 miliar juga untuk biaya pengurusan uang besar
itu. Di antara 7 bersaudara,
tinggal Heryanti yang masih tidak mau menyerah. Dia terus berusaha
mendapatkannya. Mungkin Heryanti mendapat kabar dari Singapura bahwa uangnya
sudah bisa diambil –sehingga berani menghadap kapolda. Si Cantik sendiri pernah
ikut Heryanti ke Singapura. Dan ke Hongkong. Ikut mendampingi pengurusan itu.
Dia dukung penuh Heryanti. Tidak sedikit pun ragu pada kebaikan Heryanti. Sebagai wanita yang
berpendidikan sangat-sangat tinggi –dan punya kemampuan bicara lima bahasa
asing– Si Cantik yakin usaha Heryanti akan berhasil. Mungkin Senin depan. Atau
Senin depannya lagi... --- Ada pertanyaan titipan
dari pembaca wanita Disway: apakah benar foto wanita cantik, di dalam pesawat
pribadi, yang mengenakan arloji Rp 25 miliar, yang beredar luas di medsos,
itu Heryanti? (Lihat foto). "Hahaha.... Bukan!
Heryanti itu orangnya sederhana, humble dan biasa-biasa saja," jawab Si
Cantik. (Dahlan Iskan) ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar