Otong
Kace Dahlan Iskan ; Mantan CEO Jawa Pos |
DISWAY, 29
Agustus 2021
"Selamat
ya. Anda wartawan pertama yang menemukan identitas lengkap siapa Muhammad
Kace," tulis saya kepada Deni Mithun kemarin. Saya juga memuji pimpinan
harian Radar Pangandaran yang memuat tulisan Deni dengan karya jurnalistik
yang cukup baik. Sudah
seminggu saya mencari siapa sebenarnya Muhammad Kace yang menghebohkan itu
(Disway: Miris Ngeri). Gagal. Saya hubungi banyak aktivis Islam. Tidak ada
yang kenal. Saya hubungi banyak teman saya yang Kristen. Juga tidak tahu. Saya
benar-benar penasaran: siapa Muhammad Kace. Ternyata Deni-lah wartawan
pertama yang menemukan identitas lengkapnya. Deni
beruntung. Jumat dua hari lalu ia ditelepon Ketua Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Pangandaran H Otong Aminudin. Sang ulama baru saja nonton TV. Setelah
salat Jumat. Ia melihat ada berita ditangkapnya Muhammad Kace oleh polisi. Ia
lihat wajah Kace di layar TV. Langsung saja Otong menelepon Deni. "Orang
itu penduduk tetangga desa kita," ujar Otong kepada Deni. Lalu
Otong menceritakan bagaimana ia kenal Kace. Otong bersama warga desa sekitar
itu pernah ''mengusir'' Kace dari desa itu. "Tahun
berapa?" tanya saya pada Otong. Saya sendiri ikut menelepon Otong
kemarin. "Tahun
1997 atau 1998. Sebelum moneter-moneter itu," ujar Otong. Maksudnya,
sebelum krisis moneter 1998. "Mengapa
bapak ''usir'' Kace dari desa itu," tanya saya. "Ia
bikin masalah terus," ujar Otong. Yang
ia sebut ''bikin masalah'' ternyata mulai banyak warga desa itu yang pindah
agama. "Sudah ada sekitar 25 orang," ujar Otong. Waktu
itu Pangandaran belum menjadi kabupaten. Masih kecamatan. Masih jadi bagian
dari Kabupaten Ciamis. Baru tahun 2012, daerah di pantai Selatan Jawa Barat
itu menjadi kabupaten. Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti
berasal dari sini. Markas besar Susi Air di sini. Di sebuah landasan pinggir
laut yang wujudnya hamparan rumput yang bisa didarati pesawat. Kalau
Kabupaten ini maju, kelak, pantainya ibarat Ipanema dan Copacabana di Rio de
Janeiro, Brasil. Di lengkung timurnya bisa melihat matahari terbit. Di
lengkung baratnya bisa melihat matahari tenggelam. Sekarang
pantai itu masih kumuh –untuk ukuran daerah wisata modern. Rumah-rumah dan
pedagang kaki lima masih terlalu dekat ke pantai. Pangandaran juga masih jauh
dari mana pun. Kelak, kalau sudah ada jalan tol jalur selatan, Pangandaran
akan lebih menarik. Tapi ketika saat itu nanti tiba, mungkin, Pangandaran
sudah kian sulit dibenahi. Kini
ada tiga gereja di seluruh Kabupaten Pangandaran. Satu gereja Katolik, dua
gereja Kristen. Yakni Gereja Maranatha (Kerasulan Baru) dan gereja GPdI
Parapat. Ke gereja yang dekat perbatasan Cilacap inilah warga desa yang
dikristenkan Kace itu melakukan kebaktian di hari Minggu. Nama
desa kelahiran Kace itu adalah Limusgede. Masuk Kecamatan Cimerak. Tidak
sulit Deni menemukan desa itu. Deni orang Pangandaran. Istrinya juga asli
sana. Dari
Pangandaran, Deni naik motor ke arah barat. Sekitar 10 km. Lalu belok ke
utara, menyusuri jalan desa, juga sekitar 10 km. Deni
saya minta balik lagi ke desa itu, kemarin. Alumnus informatika Universitas
Siliwangi Tasikmalaya itu harus bertemu adik Kace yang masih tinggal di situ. Universitas
Siliwangi itulah yang sering dipelesetkan sebagai UGM –Universitas Gambar
Macan, karena logonya yang berupa kepala harimau. Deni
juga harus bertemu teman sekolah Kace. "Saya
teman sekolah Kosman," ujar Asep Saipudin kepada Deni. Kosman adalah
nama asli Kace di desa itu. "Sampai SMP saya masih bersamanya,"
ujarnya. Ayah
Kosman adalah kepala dusun di situ. Juga punya kebun kopi. Kosman sudah
dibelikan sepeda motor ketika SMP. Ia satu-satunya murid SMP itu yang punya
motor. "Kelas
2 SMP Kosman berhenti sekolah. Saya tidak tahu penyebabnya," ujar Asep.
Sejak itu Kosman pindah ke Pondok Pesantren Nurul Huda. Yang letaknya sekitar
10 Km dari desa itu. Deni
juga mendatangi Nurul Huda. Benar. Kosman pernah mondok di situ. Belajar
agama. Juga belajar membaca kitab kuning, seperti kitab Jurumiyah. Kosman
hanya setahun di Nurul Huda. Kebiasaan yang ia suka di pesantren itu adalah
salawatan –pujian kepada nabi yang dilagukan. Tidak
lama setelah keluar dari Nurul Huda, Kace kawin dengan gadis yang juga mantan
santriwati Nurul Huda. Perkawinan itu terjadi sekitar 1986. Belum
jelas apa pekerjaan Kace setelah kawin itu. Yang jelas ia segera punya dua
anak. Setelah itu sang istri menjadi TKW ke Arab Saudi. Berarti masa-masa
ditinggal istri inilah Kace menjadi misionaris. Yang lantas jadi sorotan
pemuka agama Islam di sana. Lalu Kosman diminta meninggalkan desa itu. Kosman
pindah ke kota Banjar, yang dulu juga masuk Kabupaten Ciamis, kini jadi kota
sendiri. Dari
Banjar ia pindah ke Bekasi. Lalu ke Jakarta. Dalam
sebuah publikasi online KRISTIANI.NEWS disebutkan, Kosman menjadi Kristen
karena ayahnya disembuhkan oleh doa seorang pendeta. Tapi tidak disebutkan
itu terjadi kapan. Yang
jelas penasaran saya kini sudah terjawab oleh liputan Deni Mithun, wartawan
Radar Pangandaran itu. "Nama
saya Deni Nurdiansah. Bukan Deni Mithun. Mithun itu nama pemberian
teman-teman," ujar Deni. Kata
mereka, Deni itu mirip bintang film Bollywood Mithun Chakraborty. (Dahlan Iskan) ● |
Sumber : https://www.disway.id/r/1782/otong-kace
Tidak ada komentar:
Posting Komentar