Poros
Maritim dan MP3EI Christianto Wibisono ; Pengamat Ekonomi |
KOMPAS, 23 Juli 2021 (8
Oktober 2014)
ISTILAH poros maritim dan
tol laut lahir pada debat calon presiden, 5 Juli 2014. Setengah abad lalu, pada
27 Agustus 1964, Presiden Soekarno
melantik Kabinet Dwikora dan mendirikan Kompartemen Mari- tim dengan
Mayor Jenderal KKO Ali Sadikin sebagai Menko Maritim merangkap Menteri
Perhubungan Laut. Ali Sadikin menjabat Menteri Perhubungan Laut sejak 13 November 1963,
merupakan yang kedua dalam sejarah RI menggantikan Abdulmutalib Danuningrat. Ditelusuri lebih jauh,
Kabinet Karya pimpinan Djuanda yang berciri kabinet profesional nirpartisan
mendirikan Kementerian Pelayaran pada 9 April 1957 dengan Komodor Mohammad
Nazir sebagai Menteri Pelayaran pertama dan terakhir. Tahun 1957 merupakan
tonggak bersejarah bagi bangsa Indonesia dalam arti baik ataupun buruk.
Secara emosional, buruh yang didalangi Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia
mengambil alih semua perusahaan Belanda pada Desember 1957. Pengambilalihan
KPM yang jadi tulang punggung pelayaran interinsuler berdampak pada
kekosongan dan kehancuran sistem logistik nasional Indonesia. Sejak itu,
perlu setengah abad sebelum kapasitas armada perhubungan Indonesia kembali
setara dengan era KPM. Namun, biaya sistem logistik Indonesia sudah telanjur
termahal sedunia. Ini tecermin dari fakta ongkos angkut jeruk pontianak ke
Jakarta lebih mahal daripada jeruk mandarin dari Shanghai ke Tanjung Priok. Secara konsepsional, PM
Djuanda berhasil merumuskan konsep negara kepulauan yang memerlukan 25 tahun
hingga disetujui PBB menjadi Deklarasi UNCLOS 1982. Dua pakar terkemuka yang
merupakan tritunggal bersama Djuanda dalam perjuangan Wawasan Nusantara ini
adalah Mochtar Kusumaatmadja dan Hasjim Djalal. Kabinet Dwikora yang
dikocok ulang 24 Februari 1966 menjadi malapetaka buat Bung Karno karena
semakin memperkuat arus demonstrasi kekuatan anti Bung Karno. Kabinet 100
menteri itu hanya berumur 32 hari dan dikocok ulang lagi pada 28 Maret 1966.
Hari itu, Kompartemen Maritim di bawah Ali Sadikin hanya berumur 19 bulan dan
dibubarkan 28 Maret 1966. Ali Sadikin turun pangkat jadi Deputi Menteri pada
Kabinet Dwikora III. Sebulan kemudian Bung Karno melantik Ali Sadikin jadi
Gubernur DKI pada 28 April 1966. Era
Abdurrahman Wahid Pada Kabinet Persatuan
Nasional, barulah Presiden Abdurrahman Wahid membentuk Departemen Kelautan
dan Perikanan dengan menteri pertama Sarwono Kusumaatmadja. Menteri Kelautan kedua
pada Kabinet Gotong Royong Megawati adalah Rokhmin Dahuri. Menteri ketiga
Laksamana Freddy Numberi pada Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. Pada KIB II, menteri keempat Fadel Muhammad, yang
diganti oleh Sharif Cicip Sutardjo pada 19 Oktober 2011. Jelang pembentukan kabinet
oleh presiden terpilih Jokowi, ide pembentukan Kementerian Maritim jadi
keniscayaan. Dalam kaitan pro-kontra, sebagian pakar dan politikus
memosisikan Poros Maritim tak cocok dengan Rencana Induk Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) serta proyek Jembatan Selat
Sunda (JSS). Pada 22 September 2014,
sejumlah tokoh Indonesia timur mencetuskan deklarasi jalur rempah sebagai
tandingan atas jalur sutra yang dijalani Marco Polo. Dalam konteks sejarah
dan geopolitik, kita wajib merenungkan posisi geostrategis kita secara
realistis dan asertif. Laut sebagai jalan tol, bukan pemisah. Karena itu,
jangan bikin jembatan (berorientasi darat). Yang perlu direnungkan adalah
bagaimana menyinergikan kontinental dan maritim sebagai alternatif saling
menunjang, bukan bertentangan. Sekarang ada pipa darat
dari Myanmar ke Kunming, Tiongkok, sehingga migas dari Timur Tengah cukup
diangkut dengan kapal dari Teluk Persia ke Teluk Benggala di Myanmar dan
langsung pipa darat ke barat daya Tiongkok. Baru-baru ini dires- mikan jalan
darat Vietnam-India dan jalan raya Vietnam-Tiongkok. Jalur sutra darat
memungkinkan orang dari Singapura naik kereta api atau mobil ke Malaysia lalu
ke Tiongkok. Terus dengan The Orient Express masuk jalan Trans-Siberia,
Vladivostok, hingga Moskwa. Tentu paralel dengan jalur sutra darat dari
Tiongkok ke Eropa rintisan Marco Polo. Dalam konteks itu, proyek
JSS yang tak pernah direstui MP3EI secara konkret (karena justru dipermasalahkan
Menteri Keuangan, tak pernah terealisasi pada era Presiden SBY) bisa
diperdebatkan. Apakah Jawa dan Sumatera terus akan dihubungkan hanya melalui
feri, seperti di Kowloon, Hongkong? Kritis terhadap JSS dan
MP3EI sah-sah saja. Namun, menutup pintu diskusi mencari kebijakan strategis
fundamental berjangka panjang tentu bukan pilihan baik. Sejarah pengambilan
putusan kebijakan negeri ini dalam membongkar pasang atau menolak dan
menerima suatu kebijakan tak akan menguntungkan dalam jangka panjang jika
diputuskan subyektif. Hanya karena apriori tidak menghargai lawan politik
atau oposisi! Poros Maritim tentu tidak
bisa hanya slogan sebab keteledoran nasionalisasi KPM malah menghancurkan
sistem logistik nasional yang malah jadi bumerang, menjadikan biaya logistik
RI termahal sedunia 57 tahun setelah aksi populis itu. Poros Maritim
benar-benar menuntut perubahan paradigma, orientasi, motivasi, aspirasi, dan
inspirasi yang harus dipenuhi secara konkret dan bukan sekadar wacana. Poros Maritim harus didukung
seluruh aset negara bangsa Indonesia yang bisa merealisasikan ide bangsa yang
hidup dari sumber daya maritim, bersinergi dengan sumber daya manusia daratan
yang telanjur lamban dan kurang proaktif. Revolusi mental yang dicanangkan
presiden terpilih tentu harus dibaca dalam semangat mentas dari mental lama
business as usual. Birokrasi seenaknya menjadi predator dan penghambat
kreativitas masyarakat. Birokrasi harus jadi fasilitator memberdayakan
potensi kreatif masyarakat di pelbagai bidang kehidupan. Perlu diskusi sehat,
terbuka, dan lugas soal bagaimana merealisasikan ide poros maritim tepat
sasaran dan tepat momentum serta sinkron dengan arus utama geopolitik abad
XXI: jalur sutra atau jalur rempah. Yang terpenting jalur mental harus bersih
dan beriktikad baik agar tidak ”mental (terpental)” dari hukum besi ekonomi
politik yang tidak bisa dimanipulasi: 2+2 harus sama dengan 4 dan tidak boleh
menjadi ”terserah bapak”, seperti zaman ABS Orde Baru. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar