Evaluasi
”Detektif” Program Kampus Mengajar JC Tukiman Taruna ; Pengajar Pascasarjana pada Matakuliah
Community Development Planning; Ketua Dewan Penyantun Unika Soegijapranata
Semarang |
KOMPAS, 23 Juni 2021
Sekadar mengingatkan,
Program Kampus Mengajar (PKM) secara resmi dimulai pada 25 April 2021 dan
segera akan berakhir pada 25 Juni 2021. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi
untuk perbaikan ke depan. Evaluasi mandiri ini bercorak ”detektif” dalam arti
hanya fokus mendeteksi gejala perubahan yang terjadi di locus-nya, yakni
sekolah-sekolah target, terutama ada-tidaknya gejala perubahan pada
pembelajaran guru dan pembinaan pengawasnya. Dalam rangka mengurangi
kemungkinan salah deteksi, evaluasi mandiri atas PKM ini sengaja memilih
pengawas sekolah dasar (SD) yang berprestasi sejak dulu sebagai guru, kepala
sekolah, ataupun sekarang sebagai pembina pembelajaran guru-guru SD. Maka,
evaluasi detektif ini hanya terfokus pada satu daerah binaan di suatu
kecamatan; dan gejala perubahan yang terdeteksi juga terfokus pada diri
mahasiswa, guru, dan pengawas. Pembekalan
awal Salah satu titik lemah PKM
ini (harap jangan mengambinghitamkan karena adanya pandemi Covid-19) ialah
pembekalan awal yang rupanya tidak komplet/matang. Akibatnya, pada diri
mahasiswa, misalnya, justru cenderung lebih ingin ”cari pengalaman” daripada
siap transfer pengetahuan dan kolaborasi dengan guru-guru dalam hal metode
pembelajaran, misalnya. Ada kelompok mahasiswa
sekadar menyajikan model-model pembelajaran (pasti teori), lalu guru-guru
diminta menuliskan model pembelajaran mana yang pernah guru lakukan di
kelasnya berikut alasannya. Berhenti di situ saja sebab yang kemudian terjadi
ialah guru kembali mengajar di kelasnya seperti biasa, dan mahasiswa sekadar
pesan apabila ada kesulitan, silakan bertanya. Apa yang selanjutnya
terjadi sudah dapat diduga, yakni guru tidak cenderung bertanya, sebaliknya
mahasiswa semakin jarang datang ke sekolah karena merasa tidak ada pertanyaan
apa pun dari guru. Jelas, belum terjadi gejala perubahan apa pun dan di pihak
siapa pun karena ada kecenderungan saling menunggu. Guru menunggu apa yang
akan dilakukan mahasiswa selanjutnya setelah membeberkan berbagai metode
pembelajaran. Di sisi lain, mahasiswa
menunggu ada pertanyaan dari guru. Perubahan sekecil apa pun akan terjadi
apabila ada salah satu pihak memulainya secara konsisten. Ada contoh menarik di satu
sekolah, yaitu terkait dengan HOTS (higher order thingking skill atau konsep
berpikir tingkat tinggi), dan dapat menegaskan bahwa gejala perubahan dapat
mulai terjadi ketika hal-hal yang dirasakan sebagai kebutuhan guru/sekolah
terjawab oleh mahasiswa dalam PKM ini. Seperti diketahui, saat
ini, terutama guru sedang sangat membutuhkan penjelasan komplet tentang model
HOTS, dan yang paling dibutuhkan guru ialah cara membuat atau menyusun
pertanyaan, berikut cara penilaiannya, sesuai dengan syarat berpikir lebih
tinggi. Tegasnya, guru-guru ingin semakin terampil mengajukan pertanyaan dan
menilai sesuai ”tuntutan” HOTS. Gejala perubahan yang
terjadi di sekolah ini, antara lain, ialah dua tiga guru semakin senang
mengajak siswanya terus bermain-main pertanyaan model HOTS. Apabila gejala
perubahan seperti ini terus berlanjut, niscaya baik guru maupun siswa akan
semakin terangsang oleh model HOTS ini. Peran
pengawas Pembekalan awal bagi
mahasiswa yang akan terlibat dalam PKM akan semakin terfokus dan menunjang
perubahan di sekolah itu apabila ada langkah deteksi awal oleh kampus terkait
dengan kebutuhan riil guru/sekolah (school needs). Maksudnya, pihak kampus
perlu mengawali pembuatan peta kebutuhan riil dan terfokus setiap sekolah
terkait dengan pembelajaran guru dan kepemimpinan kepala sekolah, misalnya;
dan atas dasar peta kebutuhan sekolah itu mahasiswa diberi pembekalan awal
yang riil dan terfokus juga sesuai dengan peta kebutuhan setiap sekolah
sebelum terjun langsung ke sekolah. Ke depan, PKM sebaiknya
benar-benar difokuskan ke sekolah berakreditasi C, maka mau tidak mau program
ini harus juga berpikir tentang cara-cara mengoptimalisasikan peran pengawas.
Di sinilah peran utama dosen dalam konteks PKM ini, yaitu mendorong pengawas
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara semestinya, yakni pembinaan
pembelajaran guru dan kepemimpinan kepala sekolah di daerah binaannya. Evaluasi detektif atas PKM
yang dirumuskan oleh pengawas mengerucut pada empat substansi. Pertama,
gejala perubahan terjadi pada guru/sekolah di daerah binaan pengawas yang
memang aktif dan mau terlibat dalam PKM. Kedua, ada pengambil kebijakan di
tingkat kabupaten dan pengawas di tingkat kecamatan, tidak tahu apa yang
sebenarnya sedang terjadi di sekolah terkait dengan PKM karena informasi dan
komunikasi berhenti pada koordinator wilayah pengawasnya. Ketiga, setiap kampus
adalah penentu sukses tidaknya PKM, dan semata-mata kuncinya ada pada
terfokus serta lengkapnya pembekalan awal. Keempat, perlu dibuat daftar
kegiatan harian yang disusun bersama antara pihak mahasiswa PKM dan sekolah
untuk menghindari saling menunggu. Ke depan, perubahan pada diri mahasiswa
perlu dirumuskan lebih rinci dan terfokus juga, terutama terkait dengan
bagaimana dan komunikasi harian seperti apa saja telah dilakukan terhadap
pihak guru dan lainnya di sekolah yang bersangkutan. Simpulannya, PKM ”tahap
permulaan” telah terjadi dan menemukan beberapa evaluasi detektif saat ini,
dan pasti akan semakin komplet deteksinya apabila dilengkapi daerah lain.
Karena itu, evaluasi ini perlu dilanjutkan karena akan menunjang percepatan
konsep Kampus Merdeka sejauh setiap kampus benar-benar tepat menjawab
kebutuhan riil sekolah dalam hal pembelajaran guru, kepemimpinan kepala
sekolah, dan peran pembinaan pengawas sekolah. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar