Sebelum
Beli Aset Kripto, Cek Dulu Ini... Joice Tauris Santi ; Wartawan (Penulis
kolom “INVESTASI”) Kompas |
KOMPAS, 17 Mei 2021
Demam aset kripto semakin
terasa yang ditandai semakin banyaknya orang yang hendak membeli aset
tersebut. Mereka berharap harga aset akan terus naik dan mendapatkan
keuntungan. Sebelum membeli aset
kripto, ada baiknya pertimbangkan dulu beberapa hal ini. Fluktuasi harga mata
uang kripto yang saat ini sudah mencapai 4.000 koin dan token, sangat tinggi.
Harga dapat naik turun puluhan persen dalam hitungan menit. Naik turunnya
lebih terasa dibandingkan naik jet coaster. Pembelian aset kripto
sebaiknya dilakukan setelah memiliki investasi lain yang risikonya tidak
setinggi kripto. Misalnya, sudah memiliki tabungan untuk dana darurat,
memiliki polis asuransi jiwa untuk perlindungan, atau memiliki reksa dana
atau saham untuk investasi jangka panjang. Jika dana yang digunakan
untuk investasi jangka panjang seperti saham merupakan dana dingin atau dana
yang tidak dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari, maka dana yang akan
dibelikan aset kripto sebaiknya adalah "uang hilang". Maksudnya,
uang yang bisa direlakan investor jika merugi dan tidak akan mengganggu
kondisi keuangannya. Misalnya, seorang investor
mampu menanggung kehilangan uang sebesar Rp 1 juta. Jika uang itu lenyap
karena harga aset yang turun dalam, investor itu masih dapat memenuhi segala
kebutuhannya. Termasuk, kebutuhan untuk beristirahat dan tidur nyenyak
setelah kehilangan uang, karena masih adanya aset lain. Jika calon investor hanya
mampu kehilangan Rp 300.000, sesuaikan saja dengan kemampuan itu. Tidak perlu
memaksakan diri membeli aset kripto senilai Rp 1 juta, misalnya. Investor lawas dalam dunia
kripto tentu masih ingat, ketika Maret 2017 harga bitcoin melonjak dari
1.200-an dollar AS menjadi 5.000-an dollar AS per unit pada September.
Bitcoin adalah aset kripto yang sukses dan menjadi patokan bagi kripto
lainnya. Sejak itu, harga bitcoin
terus naik hingga akhirnya pada Desember 2017 mencapai 19.000 dollar AS per
unit. Kenaikan itu membuat orang berbondong-bondong membeli bitcoin. Ada yang
berutang, ada pula yang sampai melego rumah. Namun, pada
Januari-Februari 2018, harga bitcoin terpangkas sekitar 70 persen menjadi
6.000-an dollar AS saja. Harganya bahkan terus tergerus hingga akhirnya pada
Desember 2018 hanya tinggal 3.000-an dollar AS per unit. Dapat dibayangkan kerugian
para investor yang menggunakan dana operasional sehari-hari apalagi sampai
berutang, untuk membeli bitcoin pada harga tinggi tetapi kemudian harganya
terus melemah. Baru pada Juli 2020, harga
bitcoin menanjak kembali mencapai 11.000 dollar AS per unit. Bahkan terus
membukukan rekor harga baru hingga sempat mencapai 60.000 dollar AS per unit
pada April 2021. Akhir pekan lalu (15/5/2021), bitcoin ditransaksikan pada
kisaran 49.000 dollar AS per unit. Hal lain yang perlu
diperhatikan, selain mengunakan uang hilang, investor juga perlu memeriksa
tempat penyimpanan aset kriptonya. Dompet untuk menyimpan aset kripto dapat
berbentuk cold wallet yang tidak terhubung dengan internet alias luring (luar
jaringan) atau offline. Ada pula yang berbentuk hot wallet, yaitu penyimpanan
secara daring (dalam jaringan) atau online. Contoh cold wallet adalah
paper wallet, yakni selembar kertas yang berisi kunci dan kode QR yang bisa
digunakan untuk bertransaksi aset kripto. Kelemahannya, kode ini tidak
terenkripsi sehingga rawan digunakan pihak lain. Selain itu, rentan terjadi
kesalahan jika pengguna kurang memahami cara pemakaiannya. Misalnya,
seharusnya transaksi menerima tetapi tertukar menjadi transaksi mengirim atau
sebaliknya. Perangkat keras cold
wallet dapat juga berupa USB yang menyimpan data pengguna secara aman.
Kelebihan penggunaan USB, lebih tahan terhadap virus komputer karena tidak
pernah tersambung dengan jaringan internet. Dibandingkan cold wallet,
dompet hot wallet mudah digunakan dan mudah diakses karena terhubung dengan
internet. Namun, dari sisi keamanan, rentan diretas dan terkena virus. Hal penting lain yang
perlu diperhatikan adalah penjual aset kripto. Sejauh ini, ada 13 pedagang
aset kripto yang sudah terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi (Bappebti). Dengan pilihan yang cukup
banyak, calon investor dapat menelisik kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Misalnya, aspek biaya, keamanan, dan kemudahan penarikan aset
atau uang. Setelah itu, tentukan juga
rencana investasinya. Apakah akan membeli untuk disimpan bertahun-tahun
sembari berharap aset naik terus, atau untuk transaksi jual beli secara cepat
(trading) dengan memanfaatkan fluktuasi harga. Sebagaimana investasi pada
aset lainnya, penting untuk membekali diri dengan keterampilan analisis. Cara
analisis fundamental aset kripto tidak sama dengan cara analisis saham.
Fundamental saham berupa kinerja perusahaan. Sedangkan aset kripto dapat
bergerak liar naik atau turun hanya karena cuitan seorang Elon Musk,
misalnya. Sementara, cara analisis
teknikal kripto mirip dengan cara analisis saham. Menentukan area support dan
resisten serta menggunakan indikator seperti moving average dapat menjadi
langkah awal untuk menentukan kapan harus membeli atau menjual aset kripto. Selamat belajar. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar