Rabu, 12 Mei 2021

 

Bipang Ambawang, Sensitivitas Konteks, dan Distorsi Pesan

Cyprianus Anto Saptowalyono ;  Wartawan Kompas

KOMPAS, 8 Mei 2021

 

 

                                                           

Pidato Presiden Joko Widodo saat mengajak masyarakat yang rindu kuliner khas daerah atau yang biasanya mudik membawa oleh-oleh agar tidak ragu memesannya secara daring menuai keriuhan di media sosial. Perhatian warganet terutama terarah pada penyebutan salah satu menu dalam pidato tersebut, yakni bipang ambawang. Manajemen komunikasi, terutama dalam melakukan pengecekan dan pengecekan ulang materi sambutan yang hendak disampaikan, dinilai penting, terutama menyangkut sensitivitas pesan di publik.

 

Sebagai gambaran, sambutan lengkap Presiden Joko Widodo yang menyebut soal bipang ambawang tersebut dapat dilihat di akun Youtube Kementerian Perdagangan yang mengunggah tayangan berjudul 05.05 Hari Bangga Buatan Indonesia. ”Produk lokal apa yang digunakan Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semua hari ini? Tas, sepatu, jaket, atau apa? Jaket dan sepatu yang saya pakai ini adalah hasil produk lokal dan kualitasnya sangat baik. Karena itu, saya bangga buatan Indonesia dan saya juga membelinya secara online,” kata Presiden saat mengawali sambutannya.

 

Sambutan itu disampaikan Presiden dalam rangka Hari Bangga Buatan Indonesia yang diresmikan pada Rabu (5/5/2021), satu pekan menjelang Lebaran. Karena itulah, Presiden pun kembali mengingatkan keputusan pemerintah melarang mudik Lebaran karena ingin menjaga keselamatan masyarakat.

 

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga menyampaikan, masyarakat yang merindukan kuliner khas daerah, untuk sementara, bisa memesan secara daring.  ”Untuk Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara yang rindu kuliner khas daerah atau yang biasanya mudik membawa oleh-oleh, tidak perlu ragu untuk memesannya secara online. Yang rindu makan gudeg jogja, bandeng semarang, siomay bandung, empek-empek palembang, bipang ambawang dari Kalimantan, dan lain-lainnya tinggal pesan. Dan, makanan kesukaan akan diantar sampai ke rumah,” ujar Presiden.

 

Atau, kalau ingin mengirimkan oleh-oleh atau hadiah bagi keluarga yang jauh; pakaian, cendera mata, dan berbagai jenis barang lainnya, tinggal memesan dan mengirimnya secara online sehingga dapat diterima keluarga atau sahabat di mana pun mereka berada.

 

”Jadi, tanpa mudik, kita tetap bisa bersilaturahmi dan mempererat persaudaraan. Dan, ini juga bentuk peran serta kita semuanya untuk menggerakkan perekonomian nasional. Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian, melalui semangat cinta produk lokal, saya meresmikan Hari Bangga Buatan Indonesia,” kata Presiden Joko Widodo.

 

Presiden pun mengajak masyarakat memakai pakaian dan produk lokal, seperti sepatu, tas, dan yang lainnya, setiap Rabu sebagai wujud kebanggaan terhadap produk buatan Indonesia. ”Semoga Hari Bangga Buatan Indonesia akan membawa bangsa ini menjadi bangsa yang semakin besar yang mencintai dan menghargai karya kreativitas dan inovasi produk karya anak bangsa,” ujar Presiden.

 

Kekayaan kuliner Nusantara

 

Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman ketika dimintai penjelasan, Sabtu (8/5/2021) sore, terkait pidato sambutan Presiden Joko Widodo yang menyebut soal bipang ambawang menuturkan bahwa akan ada penjelasan dari Kementerian Perdagangan terkait hal tersebut.

 

Dalam pernyataannya yang disampaikan melalui akun Youtube Kementerian Perdagangan, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menuturkan bahwa pernyataan Presiden Joko Widodo tentang bipang ambawang harus dilihat dalam konteks secara keseluruhan. ”Pernyataan Bapak Presiden ada dalam video yang mengajak masyarakat Indonesia untuk mencintai dan membeli produk lokal,” katanya.

 

Lutfi menuturkan, pernyataan Presiden Joko Widodo tersebut ditujukan kepada seluruh masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama, dan budaya yang memiliki kekayaan kuliner Nusantara dari berbagai daerah. Setiap makanan memiliki kekhasan dan menjadi makanan favorit lokal.

 

”Jadi, sekali lagi, kuliner khas daerah yang disebut Bapak Presiden dalam video tersebut adalah untuk memromosikan kuliner Nusantara yang memang sangat beragam. Tentu kuliner tersebut dikonsumsi, disukai, dan dicintai oleh berbagai kelompok masyarakat yang juga beragam. Mari kita bangga dan promosikan kuliner Nusantara yang beragam sehingga bisa menggerakkan ekonomi, terutama UMKM,” papar Lutfi.

 

Meski demikian, lanjut Lutfi, Kementerian Perdagangan selaku penanggung jawab dari acara tersebut sekali lagi memastikan tidak ada maksud apa pun dari pernyataan Presiden Joko Widodo. ”Kami mohon maaf sebesar-besarnya jika terjadi kesalahpahaman karena niat kami hanya ingin agar kita semua bangga terhadap produksi dalam negeri, termasuk berbagai kuliner khas daerah dan menghargai keberagaman bangsa kita,” katanya.

 

Distorsi

 

Pengajar Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Gun Gun Heryanto, ketika dihubungi menuturkan, ramainya tanggapan terkait pidato Presiden Joko Widodo yang memasukkan bipang ambawang mengingatkan kembali arti penting manajemen komunikasi, terutama dalam melakukan pengecekan dan pengecekan ulang materi sambutan yang hendak disampaikan kepada publik.

 

”Hal ini terutama menyangkut sensitivitas pesan tersebut di khalayak. Secara keseluruhan, sebenarnya pesan tersebut berorientasi pada pesan mudik supaya kemudian masyarakat tidak mudik. Dan, ada aspek emotional appeal yang dibangun di situ, di mana sentuhan emosi itu dengan mengangkat kuliner-kuliner daerah,” tutur Gun Gun.

 

Apabila ditarik benang merah dari pernyataan tersebut, lanjut Gun Gun, bisa dipahami bahwa Presiden Jokowi ingin memberi peneguhan agar masyarakat di tahun ini tidak mudik. Presiden sekaligus ingin memberi semacam pesan ringan soal kuliner khas daerah.

 

”Cuma masalahnya itu, kan, konteksnya adalah mudik Lebaran. Dan bipang (ambawang) itu, kan, babi panggang. Jadi, di situ pesannya menjadi sangat distortif. Dengan demikian, yang akan ramai bukan soal pesan tidak mudiknya. Pernyataan Presiden itu seolah-olah tidak mengetahui (bipang ambawang tersebut) kuliner jenis apa yang kemudian menjadi paradoks,” ujar Gun Gun.

 

Menurut Gun Gun, masuknya bipang ambawang dalam pidato tersebut mendistorsi benang merah pesan utama soal larangan mudik. Hal ini terlihat dari kecenderungan di media sosial yang justru ramai dengan tanggapan bernada sinis.

 

Gun Gun mempertanyakan mengapa tidak ada proses pengecekan dan pengecekan ulang di materi sambutan. ”(Hal ini) karena itu, kan, sifatnya video yang direkam dan pasti narasinya disiapkan. Tampaknya sederhana, tetapi ini menunjukkan, untuk kesekian kalinya, inner circle (lingkar dalam) Presiden dalam menyiapkan narasi komunikasi itu buruk,” ujarnya.

 

Pesan yang seharusnya elegan, positif, dan sekaligus memberi peneguhan agar warga tidak mudik malah menjadi negatif di media sosial. Hal ini, lanjut Gun Gun, mirip-mirip dengan kejadian tahun lalu ketika terjadi polemik menyangkut istilah mudik dan pulang kampung.

 

Gun Gun menuturkan, pernyataan Presiden Joko Widodo terkait pulang kampung itu disampaikan dalam dialog yang sifatnya spontan. ”Dan, apa yang disampaikan itu juga polisemi, multimakna. Namun, kalau (pernyataan terkait bipang ambawang) ini, kan, direkam dan disiapkan. Jadi, saya agak menyesalkan saja soal manajemen komunikasi menyangkut mana yang harus dinaikkan dan mana yang tidak,” katanya.

 

Apabila melihat gerak tubuh, lanjut Gun Gun, Presiden Joko Widodo terlihat seperti membaca teks di depannya saat menyampaikan pidato yang berisi soal bipang ambawang tersebut. Ada perbedaan gerak tubuh antara seseorang yang menyampaikan sesuatu secara spontan dan membaca manuskrip atau teks di depannya.

 

”Secara komunikasi politik, menurut saya, yang disayangkan adalah ini kan pesan yang seharusnya simpatik, tetapi kemudian justru menjadi blunder. Kalau dibaca dalam konteks yang lebih serius, mengapa inner circle Presiden sering sekali membikin hal kayak gini. Hal ini menunjukkan komunikasi publik di sekitar Istana itu udah berkali-kali dikritik begitu lagi. Pengulangan yang berkali-kali, menurut saya, ada something wrong (sesuatu yang salah),” ujar Gun Gun. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar