Memahami
Kalimat Inversi Antonius Galih Rudanto ; Penyelaras Bahasa Kompas |
KOMPAS,
27 Februari
2021
Kata inversi diserap dari bahasa Inggris,
inversion, dengan penyesuaian ejaan sufiks –(t)ion menjadi –si. Secara
leksikal, inversi berarti pembalikan susunan atau posisi dari kelazimannya. Dalam konteks linguistik, menurut Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia, kalimat inversi didefinisikan sebagai kalimat
yang predikatnya mendahului subyek atau, dengan kata lain, posisi predikat
berada di awal kalimat. Hal ini berbeda dari biasanya, yakni subyek berada di
awal kalimat. Berikut ini beberapa contoh kalimat dengan
predikat berada di awal atau mendahului subyek. Tanda koma (,) tidak perlu
dipakai antara predikat dan subyek kalimat. Contoh kalimat berikut diambil
dari beberapa media nasional. 1. Demikian pula Partai Gerindra. Subyek kalimat adalah Partai Gerinda. 2. Tidak ketinggalan tim dari Jakarta yang
berangkat dengan pesawat Hercules TNI AU. Subyek kalimat adalah tim dari Jakarta yang
berangkat dengan pesawat Hercules TNI AU. 3. Dari sekarang memang penting dipikirkan
oleh KPU bagaimana menyusun tahapan dan jadwal ke dalam Peraturan KPU (PKPU)
sebagai aturan turunan dari UU No 10/2016 tentang Pilkada. Subyek kalimat adalah bagaimana menyusun
tahapan dan jadwal ke dalam Peraturan KPU (PKPU) sebagai aturan turunan dari
UU No 10/2016 tentang Pilkada. 4. Selain itu, hingga kini belum diketahui
berapa lama vaksin Sinovac dapat memberikan proteksi. Subyek dari kalimat di atas adalah berapa
lama vaksin Sinovac dapat memberikan proteksi. 5. Belum dapat dipastikan apakah revisi UU
ITE ini dapat masuk ke dalam Prolegnas Prioritas 2021 ataukah tidak. Subyek kalimat di atas adalah apakah revisi
UU ITE ini dapat masuk ke dalam Prolegnas Prioritas 2021 ataukah tidak. Pada kalimat Demikian pula Partai Gerindra,
tentu tidak sulit menentukan subyek kalimat karena kalimat relatif pendek.
Sementara kalimat nomor 2-5, subyek kalimat relatif panjang dan posisinya
berada di belakang. Dalam ilmu kebahasaan diketahui, betapapun
panjang sebuah kalimat, berdasarkan fungsinya, pada akhirnya dan pada
hakikatnya, kalimat terdiri atas dua bagian besar, yakni subyek dan predikat.
Jika subyek kalimat—yang panjang tadi—sudah diketahui, otomatis yang lain
adalah bagian dari predikat. Pertanyaan berikutnya adalah apakah tanda
koma (,) dipakai untuk memisahkan frasa/kata keterangan dengan predikat/kata
kerja karena kata keterangan mengawali sebuah kalimat? Secara umum, tidak ada
masalah ketika konstruksi kalimat berupa S+P+K, tetapi berbeda ketika
konstruksi dibalik dengan bentuk K (keterangan)+P+S. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada
baiknya kita lihat penggunaan tanda koma dalam kaidah bahasa Indonesia. Penggunaan
tanda koma Tanda koma (,) dalam sebuah kalimat dipakai
untuk suatu rincian; untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimatnya; untuk memisahkan petikan langsung dalam kalimat; serta untuk
mengapit keterangan tambahan. Berdasarkan letak, tanda koma dipakai di
belakang kata penghubung antarkalimat (contoh: meskipun demikian,); sebelum
dan sesudah kata seru (contoh: , kan,); di belakang kata/frasa keterangan
yang muncul pada awal kalimat; sebelum kata penghubung (contoh: , tetapi);
dan terakhir tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat untuk menghindari salah baca. Pernyataan terakhir dari konsep penggunaan
tanda koma menyiratkan bahwa tanda koma secara tidak wajib bisa dihilangkan
dengan catatan tidak membuat pembaca kebingungan/salah baca. Contoh berikut adalah tanda koma dalam
kalimat—subyek kalimat ditulis miring—yang lebih baik dihilangkan karena
tidak akan terjadi salah baca. 1. Di lokasi yang sama juga dibudidayakan
ikan betok atau papuyu. (Bandingkan dengan Di lokasi yang sama, juga
dibudidayakan ikan betok atau papuyu.) 2. Di wilayah itu masih berkeliaran raja
hutan dan seisi satwa dilindungi lainnya. (Bandingkan dengan Di wilayah itu,
masih berkeliaran raja hutan dan seisi satwa dilindungi lainnya.) 3. Sejak pertengahan September 2020 juga
sudah dilaksanakan operasi yustisi penegakan protokol kesehatan tingkat
provinsi dan kabupaten/kota. (Bandingkan dengan Sejak pertengahan September
2020, juga sudah dilaksanakan operasi yustisi penegakan protokol kesehatan
tingkat provinsi dan kabupaten/kota.) Kalimat pertama dari setiap contoh di atas
terasa lebih mengalir dan tidak membuat pembaca terhenti karena tanda koma. Meski demikian, berbeda dengan kalimat yang
diawali dengan kata keterangan berupa anak kalimat (biasanya diawali dengan
kata penghubung subordinatif) dan kata penghubung antarkalimat, seperti meski
demikian, namun, akan tetapi, oleh sebab itu, ataupun sebaliknya, tanda koma
amat diperlukan. Berikut contoh kalimatnya, dengan subyek
(induk) kalimat ditulis miring. 1. Ketika pertambahan kasus Covid-19
terkendali, muncul semacam kepercayaan diri warga untuk membelanjakan uang. 2. Untuk itu, perlu kesiapan yang baik,
mulai dari ketersediaan vaksin beserta logistik pengirimannya, kesiapan
vaksinator, hingga kepastian vaksin mencapai individu sasaran sesuai peta
sebaran Covid-19. 3. Agar kebijakan tersebut dapat
ditransmisikan ke dalam kegiatan sektor riil yang menciptakan lapangan kerja,
perlu dipastikan peraturan pelaksana Undang-Undang Cipta Kerja harus dapat
menyelesaikan masalah birokrasi di pusat hingga di daerah. Dari banyak contoh kalimat di atas, kalimat
inversi sering digunakan dalam ragam bahasa jurnalistik. Kita pun sering
menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. Adapun beberapa kata (kerja)
dalam kalimat inversi yang sering muncul dan digunakan, antara lain, ada,
muncul, perlu, dan butuh. ● |
www.irfani-islam.in
BalasHapus