Defragmentasi
Pendidikan Vokasi Indonesia Wikan Sakarinto ; Direktur Jenderal
Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan |
KOMPAS,
01 Maret
2021
Istilah vokasi rasa-rasanya belum memiliki
nama sepopuler jalur pendidikan lain di telinga masyarakat secara umum,
seperti pendidikan akademis dan pendidikan profesi. Pendidikan vokasi
merupakan pendidikan yang menitikberatkan pada penguasaan keahlian atau
keterampilan terapan tertentu. Sejak dahulu hingga kini, pendidikan vokasi
erat dikaitkan dalam penyelenggaraannya agar memiliki kedekatan dengan dunia
usaha dan dunia industri (DUDI) dengan konsep link and match atau taut-suai. Konsep link and match antara pendidikan
vokasi dan dunia industri ini sebenarnya pertama kali diperkenalkan pada era
1990-an oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro dan
Menteri Tenaga Kerja Abdul Latief pada saat itu, yaitu periode 1993-1998. Transformasi
penyelenggaraan pendidikan vokasi Jalur-jalur pendidikan vokasi selama
bertahun-tahun tersebar di sejumlah strata dan jalur pendidikan dengan
berbagai variasi bidang keilmuan atau bidang keahlian yang terus berkembang. Namun, kini kita perlu memahami vokasi
sebagai kesatuan yang utuh bahwa vokasi sebenarnya tidak hanya identik dengan
diploma dalam kerangka pendidikan tinggi vokasi, tetapi juga sekolah menengah
kejuruan (SMK) sebagai pendidikan menengah vokasi, bahkan pendidikan
nonformal dengan kerangka kursus dan pelatihan yang juga merupakan bagian
dari vokasi. Bahkan, kini vokasi terus berkembang dengan
pengembangan keilmuan terapan jenjang sarjana terapan (D-IV), magister
terapan, bahkan hingga doktor terapan. Ikhtiar menyinergikan pendidikan vokasi
yang semakin intens telah diawali dengan amanat Instruksi Presiden Nomor 9
Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam Rangka
Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia. Hingga hari ini bahkan usaha menyinergikan
pengembangan vokasi telah dimanifestasikan pemerintah dengan membentuk
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi di bawah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2019 tentang Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat jenderal baru ini ditujukan
sebagai ”penjahit” utama pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia. Konsep link and match pendidikan vokasi
perlu dipahami seyogianya adalah tertaut-suai secara internal dahulu sebelum
tertaut-suai dengan pihak eksternal. Untuk menata dan menyinergikan
penyelenggaraan pendidikan vokasi yang selama ini tersebar dan dianggap
terfragmentasi, maka perlu adanya proses defragmentasi untuk merapikan dan
menyatukan arah gerak bersama dalam rangka penguatan internal untuk
menautsuaikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri, baik lokal,
nasional, maupun internasional. SDM
dan ekonomi Potensi pendidikan vokasi di Indonesia
sangatlah besar untuk bisa membawa bangsa ini dari negara berkembang menuju
negara yang maju dan kuat. Vokasi menjadi jembatan untuk mempercepat
pembangunan nasional. Pemenuhan kebutuhan pasar kerja yang
bermuara pada penambahan kekuatan ekonomi nasional secara cepat dan tepat
jelas bisa dilakukan dengan penyelenggaraan pendidikan vokasi yang
tertaut-suai dari awal dengan dunia usaha dan dunia industri. Pendidikan vokasi secara berkelanjutan juga
akan menghasilkan pekerja yang memiliki kemampuan ekonomi lebih baik sehingga
menaikkan kualitas kehidupan mereka dan akhirnya ikut berkontribusi menaikkan
perekonomian bangsa. Vokasi berpotensi memegang peran kunci
dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja yang berpengaruh dalam menjaga
stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional. Lulusan vokasi saat ini diproyeksikan tidak
hanya untuk bekerja, tetapi juga memiliki kemampuan untuk berwirausaha dan
tentunya juga melanjutkan studi. Kebijakan pengembangan vokasi saat ini juga
telah diarahkan untuk memiliki pola pikir (mindset) start from the end.
Artinya, vokasi harus bisa menghadirkan solusi-solusi permasalahan di
masyarakat dengan berbagai tantangannya. Globalisasi, disrupsi teknologi, hingga
pandemi saat ini menjadi fokus vokasi untuk bisa memberikan
alternatif-alternatif pemecahan masalah, tentunya dalam konteks menghadirkan
sumber daya manusia yang andal dan berkualitas. Taut-suai
secara substansial Vokasi sejak dulu dituntut untuk adanya
pengembangan kerja sama melalui kemitraan dengan dunia usaha dan dunia
industri, tetapi perlu digarisbawahi bahwa kini kerja sama tersebut tidak
hanya sekadar seremonial nota kesepahaman (memorandum of understanding/MOU),
foto-foto, dimuat di media, dan di atas kertas belaka. Namun, kini kerja sama tersebut dilakukan
secara substantif dengan paket-paket konkret implementasi taut-suai
pendidikan vokasi dalam segala aspek penyelenggaraan, mulai dari penyusunan
kurikulum bersama, magang yang tidak hanya oleh siswa tetapi juga pendidik,
pengajar, serta instruktur dari industri, sertifikasi kompetensi berstandar
industri, project based learning, riset terapan berorientasi luaran produk,
hingga komitmen serapan lulusan. Pendidikan vokasi hari ini sangat didorong
untuk secara seluas-luasnya membuka diri bersinergi secara nyata dengan dunia
usaha, dunia kerja, dan dunia industri. Konsep kebebasan taut-suai yang
substansial ini bila ditarik secara garis besar merupakan bagian dari
spektrum kebijakan Merdeka Belajar dalam konteks penyelenggaraan pendidikan
vokasi yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Insentif
perpajakan Sinergitas menyokong pengembangan
pendidikan vokasi hari ini dilakukan juga secara gotong royong untuk bisa
membuka kesempatan partisipasi seluas-luasnya untuk bersama mengembangkan
vokasi. Seperti yang diketahui, pemerintah melalui
kebijakan insentif perpajakan bahkan juga telah diarahkan untuk ikut
mendukung pengembangan vokasi, yang dituangkan dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 128/PMK.010/2019 tentang Pemberian Pengurangan Penghasilan
Bruto atas Penyelenggaraan Kegiatan Praktik Kerja, Pemagangan, dan/atau
Pembelajaran dalam Rangka Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Berbasis Kompetensi Tertentu, yang kita kenal dengan program ”Super Tax
Deduction”. Hadirnya insentif pajak bagi wajib pajak
badan ini merupakan langkah nyata yang akan mendorong lebih banyak dunia
usaha dan dunia industri untuk terlibat dalam upaya pengembangan pendidikan
vokasi. Oleh karena itu, selain didukung oleh
kebijakan, penting juga menumbuhkan kesadaran dan minat masyarakat secara
luas, termasuk dunia usaha dan dunia industri itu sendiri, untuk melakukan
investasi jangka panjang di bidang pengembangan pendidikan, khususnya vokasi. Pendidikan vokasi akan melahirkan
tenaga-tenaga terampil di masa depan sehingga selanjutnya akan mendukung
akselerasi bangsa ini serta mendorong percepatan pembangunan nasional menuju
Indonesia maju. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar