POLITIK AS
Kubu Trump Berpacu Mencegah Pemakzulan
Proses penyelidikan pemakzulan terhadap Presiden AS Donald Trump di Kongres AS sangat mungkin. Dukungan publik di AS juga meningkat. Untuk itu Demokrat sedang fokus pada basis pemakzulan, yakni isu soal permintaan Trump pada Ukraina untuk mengusut dugaan korupsi yang dilakukan Hunter Biden.
Menurut Ketua Komisi Intelijen House of Representative (DPR-AS) Adam Schiff (Demokrat California), kubu Demokrat fokus pada pelanggaran terkait pemilu 2020. Hunter Biden adalah putra mantan Wapres AS Joe Biden, salah satu bakal calon presiden AS dari Demokrat pada pemilihan presiden 2020.
Hukum AS melarang para presiden AS, juga politisi AS, meminta tolong negara asing jika mereka sama-sama bersaing menjadi pemimpin AS lewat pemilu. Ini intinya, patriotisme AS wajib dijunjung pemimpin dan politisi AS. Penekanan ini amat kuat terkait pemilu. Boleh saja ada kasus hukum atau cacat hukum oleh para politisi AS yang saling bersaing dalam proses pemilu tetapi kata “patriotisme” menabukan permintaan tolong pada negara asing.
Seiring dengan itu, Ketua DPR AS Nancy Pelosi meminta kubu Demokrat fokus pada isu patriotisme ini. Taktik DPR-AS, khususnya dari kubu Demokrat, sesuai pesan Pelosi, jangan melebar kemana-mana, fokus pada patriotisme, dimana ada masalah soal konstitusi. Jangan menjadikan isu pemakzulan ini sebagai misi politik partisan, demi kepentingan politik Demokrat.
Suara sangat memadai
Adam Schiff juga menjadi pemimpin dalam memproses pemakzulan ini. Untuk itu Schiff juga sedang berpacu dengan waktu. Segala bahan dan para saksi sedang didalami. Ada banyak isu pelanggaran dan kasus terkait Trump tetapi Schiff menegaskan fokusnya pada pelanggaran pemilu. “Fokus kami adalah kesalahan fundamental Presiden yang melanggar sumpah sebagai Presiden. Memaksa negara asing untuk mencampuri pemilu tidak akan berhasil, apapun argumentasi Presiden dan para pendukungnya,” kata Schiff.
Jika bahan sudah selesai disusun dan dianggap memadai, lewat Ketua Komisi Intelijen DPR-AS, Schiff, diajukanlah usulan pemakzulan ke DPR-AS. Selanjutnya DPR-AS beranggotakan 435 kursi akan melakukan voting. Dari total kursi ini Demokrat memiliki 235 kursi.
Dibutuhkan mayoritas sederhana atau sebanyak 218 suara untuk menyetujui pemakzulan di tingkat DPR AS. Sejauh ini menurut harian The New York Times, sudah ada 224 suara mendukung pemakzulan, yakni 223 Demokrat dan 1 suara dari kubu independen. Sejauh ini belum ada dukungan dari Republikan.
Dengan demikian proses pemakzulan bisa dipastikan lolos di tingkat DPR-AS. Jika lolos, Senat AS yang dikuasai Republikan, wajib menyelenggarakan sidang. Ketua Kubu Mayoritas di Senat AS Mitch McConnell sudah mengatakan, “Tidak ada pilihan selain melanjutkan apa yang disetujui DPR-AS.” Sebab demikianlah aturan hukumnya, kata McConnell.
Hasil persidangan ini akan menjadi dasar bagi Senat AS untuk menilai Trump. Ada total 100 kursi di Senat AS, sebanyak 53 kursi diduduki Republikan. Untuk kesimpulan apakah Trump harus mundur atau tidak sebagai Presiden, dibutuhkan suara mayoritas 66 suara. Bagi Demokrat yang hanya memiliki 45 kursi, ini sulit. Hal itu tidak masalah sebab hal terpenting bagi Demokrat proses persidangan berlanjut hingga warga AS berkesempatan menilai apakah Trump cocok berlanjut sebagai presiden.
Dukungan menguat
Namun demikian, bagaimana agar tidak terjadi proses tahapan pemakzulan, itulah yang sedang didalami kubu Trump. Sebab tidak ada juga jaminan bagi Republikan tidak berbalik arah. Dalam jajak pendapat, walau masih kecil porsinya, dukungan dari warga pendukung Republikanjuga naik soal pemakzulan.
Belum menjadi fenomena umum tetapi ada tokoh Republikan yang menyerukan agar Republikan berbalik arah. Mantan Senator AS dari Republikan-Arizona, Jeff Flake, di harian The Washington Post edisi 30 September menuliskan Trump layak dimakzulkan. “Wahai rekan saya dari Republikan, masih ada waktu untuk menyelamatkan nurani Anda.”
Bahkan jika Republikan tidak mendukung pemakzulan, Flake lewat tulisannya mendesak rekannya agar tidak mendukung lagi Trump pada pemilu 2020. “Berdasarkan apa yang kita ketahui soal aksi dan perilaku Presiden, jelas tidak ada alasan untuk mendukungnya,” demikian Flake.
Menghalangi
Inilah hal yang ditakutkan oleh Trump dan kubunya, isu pemakzulan bisa berkembang menjadi bola liar. Dan terjadilah segala aksi yang sudah jadi persepsi banyak orang selama ini, Trump tidak akan pernah surut nyali tentang perjuangan, apapun caranya. Menghadapi proses pemakzulannya, Trump semakin garang.
Trump tiada henti menyerang Demokrat dan pendukungnya serta mengatakan proses pemakzulan ini adalah serangan partisan atau kepentingan politik sepihak. Dia berani mengatakan upaya memakzulkannya adalah sebuah tindakan kriminal dan menegaskan semua pihak yang mendorong pemakzulan berpotensi ditangkap.
Televisi Fox News, yang disebut-sebut sebagai pendukung Trump, pun terus gencar menyuarakan pengusutan atas korupsi oleh Hunter Biden dalam bisnis di Ukraina. Kubu Trump menyebutkan pula bahwa ada aksi-aksi memata-matai Trump, termasuk oleh orang-orang kepercayaan Trump. Dia katakan hal ini berpotensi terjerat perbuatan kriminal.
Trump menyerang pembeber informasi soal percakapan teleponnya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang menjadi dasar pemakzulan. “Saya ingin menemui bukan saja penuduh (dalam hal ini whistleblower) tetapi juga orang-orang pemberi informasi pada si penuduh, sebab mereka menebar informasi secara ilegal dan umumnya salah,” kata Trump.
Adalah seorang agen intelijen CIA, menurut harian The New York Times, yang membeberkan percakapan telepon Trump dan Zelensky. Agen itu bukan kulit putih, seperti ditulis sendiri oleh si pembocor informasi dalam laporan tertulis, yang dikatakan si pembocor berasal dari para Staf Gedung putih dan para pejabat AS.
Trump sedang mengancam keamanan sang whistleblower, yang memerinci segala percakapan telepon Trump dengan Zelensky, yang disampaikan ke penjabat Direktur Intelijen Nasional Joseph Maguire. “Dari kejadian-kejadian pekan lalu, ada upaya membongkar siapa whistleblower dan ini mengancam keselamatan klien kami,” demikian Andrew Bakaj pengacara whistleblower yang identitasnya tidak diketahui, lewat pernyataannya pada hari Sabtu (28/9/2019).
Presiden Trump juga menawarkan uang 50.000 dollar AS pada siapa saja yang bisa menemukan sang whistleblower, walaupun hal itu dilakukan secara tidak langsung, demikian pengacara whistleblower.
Perang sipil dan kudeta
Anggota DPR-AS dari Republikan, Lindsey Graham, juga memojokkan si whistleblower. Graham mengatakan informasi yang disebar whistleblower itu sumir. Kubu Trump dan Trump menuduh Demokrat sedang mencoba mendestabilisasi negara dan mengatakan upaya pemakzulan Trump bisa mengarah pada perang sipil.
Kubu Trump pun gencar memasang iklan di situs Facebook, isinya kurang lebih hendak menunjukkan bahwa dia memiliki banyak pendukung fanatik. Dalam aksi terbaru, Trump mengobarkan isu bahwa proses pemakzulan ini adalah pengkhianatan pada warga AS yang memilihnya secara demokratis.
Padahal beredar hipotesa kuat bahwa Trump tidak menang murni, ada dugaan dukungan Rusia di balik itu. Namun, Trump mengobarkan dia adalah pilihan rakyat yang sah. Maka dari itu dia menyebutkan proses pemakzulan merupakan aksi kudeta.
Rudy Giuliani, pengacara Trump, ada di jajaran terdepan dalam upaya mementalkan pemakzulan. Giuliani terus saja berbicara soal kasus dugaan korupsi Hunter Biden. Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, mengatakan akan mencegah sekuat mungkin upaya Kongres AS untuk mendalami pelanggaran Trump terkait Ukraina. Pompeo menuduh Kongres telah menekan dan menegaskan hal itu tidak bisa ditolerir. Deplu AS malah kembali mencuatkan isu Hillary Clinton, bagian dari serangan pada Demokrat.
Penasihat senior Trump, Stephen Miller, lewat Fox News Sunday, juga menyerang Ketua DPR-AS Nancy Pelosi. “Orang ini penyabotase yang sedang mencoba mendelegitimasi pemerintah terpilih secara demokratis,” kata Miller.
Warga tidak heran
Televisi CBS memberitakan, banyak warga AS yang tidak heran dengan segala ulah atau taktik Presiden Trump. Trump pun mendapatkan serangan dari aktor Hollywood Robert De Niro. “Orang ini memang sebuah bencana, tidak layak jadi Presiden AS. Tingkah lakunya seperti gangster, dan belum kunjung berhenti dengan segala ulahnya,” demikian De Niro lewat televisi CNN.
Aksi Trump dan kubunya membuat politik AS terus memanas. Anggota DPR-AS dari Republikan Adam Kinzinger (Illinois) menuliskan di Twitter, “Saya telah mengunjungi negara-negara yang hancur akibat perang sipil. Saya tidak bisa membayangkan hal itu dikutip oleh seorang Presiden AS, ini sudah di luar kelaziman.”
Meski demikian kubu Demokrat bergeming. Informasi tambahan terus didalami untuk menguatkan pemakzulan. Mantan utusan khusus AS untuk Ukraina Kurt Volker, yang mundur pekan lalu, berencana berbicara di depan DPR-AS pada hari Kamis, 3 Oktober 2019. Volker adalah mantan ahli kebijakan luar negeri Republikan dan baru pekan lalu melepas statusnya itu. Dia seorang pengkritik Trump dan dekat dengan almarhum Senator Republikan John McCain.
Nyali beberapa orang dari kubu Demokrat juga tidak kalah kukuh. Senator Cory Booker (Demokrat) mengatakan kepada CNN, Trump bertindak bukan seperti pemimpin negara demokratis tetapi seperti diktator. Booker mangatakan, Trump telah menggunakan kekauatan AS untuk memburu kepentingan pribadi. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar