Tahun
Bahasa Nasional
Liliana Muliastuti ; Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta
|
KOMPAS,
16 April
2018
Pengarusutamaan bahasa-bahasa
di Indonesia menemukan momentumnya tahun ini. Saya berharap publik tergelitik
mewacanakan tahun 2018 bukan hanya sebagai tahun politik, juga tahun bahasa
nasional. Mengapa demikian?
Bahasa Indonesia adalah
bahasa nasional yang diberkati. Kenyataan itulah yang coba digaungkan kembali
melalui peristiwa penting di bidang kebahasaan tahun ini. Kongres Bahasa Indonesia XI—forum besar
lima tahunan—akan digelar di Jakarta, 28 Oktober-1 November 2018. Mengusung
tema ”Menjayakan Bahasa dan Sastra Indonesia”, kongres ini bertepatan dengan
peringatan 80 tahun Kongres Bahasa I
di Solo, 25-28 Juni 1938, dan 90 tahun Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Kedua
peristiwa ini menjadi penanda penting sejarah bahasa nasional.
Bahkan, sebelum Proklamasi
Kemerdekaan, bahasa Indonesia sudah dipilih sebagai bahasa pembentuk hati dan
pikiran keindonesiaan. Bahasa Indonesia adalah wujud kehendak untuk bersatu
(le dÉsir d’Être ensemble dalam
ungkapan Ernest Renan yang dulu sering dikutip Bung Karno) sebagai syarat adanya bangsa. Elemen
bahasa—bukan agama dan/atau ras—dipilih sebagai lambang kesatuan
negara-bangsa Indonesia yang bermartabat (www.badanbahasa. kemdikbud.co.id).
Berasal dari bahasa pergaulan Melayu (Melayu Pasar) di tengah masyarakat,
bahasa nasional ini berkembang secara alamiah, damai, dan menakjubkan di
tengah masyarakat multietnis dan multilingual.
Pada beberapa negara lain,
penetapan bahasa nasional bisa menjadi bahan konflik berkepanjangan. Kita
beruntung tak mengalami hal itu. Padahal, ada 700-an bahasa di
Indonesia. Bahasa daerah (tidak
termasuk dialek dan subdialek) di Indonesia yang telah diidentifikasi dan
divalidasi sebanyak 652 bahasa dari 2.452 daerah pengamatan.
Dengan fakta ini, adalah
sebuah anugerah bahwa kita begitu mudah menentukan bahasa nasional kita.
Dalam prosesnya kemudian, alih bentuk dari bahasa pergaulan sederhana menjadi
bahasa nasional sekaligus modern inilah yang membuat pakar sosiolinguistik,
Joshua Fisherman, takjub pada perkembangan bahasa Indonesia.
Dengan semua keberuntungan
itu, lalu mengapa kita masih harus mewacanakan tahun 2018 sebagai tahun
bahasa nasional? Secara umum kita tahu jawabannya. Sebagian kita masih meremehkan bahasa
Indonesia. Akibatnya, sejumlah ancaman terhadap eksistensi bahasa nasional,
termasuk bahasa daerah, masih menghadang kita.
Masih banyak pelanggaran
aturan perundang-undangan yang terkait bahasa nasional (UU No 24/2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan). Pelanggaran itu
mulai dari penggunaan bahasa asing dalam papan reklame dan iklan di ruang
publik, sampai pada kewajiban menggunakan bahasa Indonesia dalam forum-forum
resmi kenegaraan yang bersifat internasional.
Pelemahan
Pemerintah ikut andil
dalam pelemahan aturan berkaitan eksistensi bahasa Indonesia. Sebagai contoh,
UU No 24/2009 mengamanahkan ikhtiar menjadikan bahasa Indonesia sebagai
bahasa internasional. Namun, lewat peraturan di bawah UU, pemerintah malah
menghapus persyaratan wajib berbahasa Indonesia bagi tenaga kerja asing (TKA)
di Indonesia. Penghapusan persyaratan itu tercantum dalam Permenaker No
16/2015 tentang Tata Cara Penggunaan TKA. Permenaker ini merevisi
Permenakertrans No 12/2013 yang masih mencantumkan persyaratan wajib
berbahasa Indonesia bagi TKA.
Jika pemerintah terkesan
belum satu suara dalam memuliakan bahasa Indonesia, apa lagi warganya.
Kondisi ideal kebahasaan kita, sebagaimana digariskan UU No 24/2009,
seharusnya mengikhtiarkan terjadinya keseimbangan antara kebutuhan
”mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan menguasai
bahasa asing”.
Sayangnya, nalar ekonomi
sering kali jadi satu-satunya penentu keputusan di tengah iklim globalisasi
dan kapitalisme global seperti sekarang. Sewajarnya memang kita mempelajari
dan menguasai bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya untuk kepentingan kita
sendiri—mulai dari kepentingan praktis yang memberi manfaat ekonomi, sampai
kepentingan yang lebih strategis, seperti mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan pergaulan global. Namun, menjadi tidak wajar ketika kebutuhan
menguasai bahasa asing itu disikapi berlebihan dengan meminggirkan bahasa
Indonesia dan bahasa daerah lainnya.
Peminggiran bahasa
Indonesia dan bahasa daerah jadi paradoksal dengan Nawacita pemerintahan Joko
Widodo yang bersumber dari prinsip Trisakti Bung Karno. Ketiga prinsip
Trisakti, yakni ”berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan” adalah cita-cita ideal Indonesia yang maju,
kuat, mandiri, dan kokoh dengan kebudayaan nasionalnya.
Sejumlah bangsa lain
menjadikan bahasa nasionalnya sebagai ciri utama kepribadian bangsa. Orang
Perancis sangat bangga dengan bahasa Perancis. Begitu pula dengan orang
Jepang sangat bangga dengan bahasa Jepang. Mereka memahami bahasa berkaitan
erat dengan nalar dan perkembangan
peradaban bangsa mereka.
Begitu juga dengan bahasa
Indonesia. Dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah, terekam nalar dan pola
pikir khas bangsa kita. Perkembangan peradaban bangsa kita juga tercermin
dari keseriusan kita menjaga eksistensi bahasa nasional. Bahasa Indonesia
memiliki perangkat lebih dari cukup untuk mewadahi pikiran dan perasaan kita,
sebagaimana tercermin dari kesusastraan modern Indonesia.
Semua itu butuh
keteladanan. Jika kita tidak memberikan teladan yang baik dalam berbahasa
Indonesia kepada generasi muda, jangan salahkan mereka. Kebanyakan kita abai
menunjukkan kekuatan bahasa Indonesia kepada generasi yang lebih muda.
Kegagapan kita menghadapi arus deras media sosial, melimpahnya hoaks, dan
kebanalan di media sosial, jadi penanda kegagalan tersebut.
Mari berbenah bersama
untuk memuliakan kembali bahasa nasional. Sebelum segalanya menjadi
terlambat. ●
|
sekarang kalian bisa memainkan permainan seru
BalasHapusMainkan Poker Online di agens128
dengan minimal deposit hanya 10rb untuk Poker Online
dengan pelayanan cepat dan ramah dari cs kami :)
tunggu apa lagi segera bergabung bersama kami sekarang !!
Contact Kami :
BBM : D8B84EE1 / AGENS128
Line id : agens1288
WhatsApp : 085222555128
Dapatkan Penghasilan Tambahan Dengan Bermain Poker Online di www , SmsQQ , com
BalasHapusKeunggulan dari smsqq adalah
*Permainan 100% Fair Player vs Player - Terbukti!!!
*Proses Depo dan WD hanya 1-3 Menit Jika Bank Tidak Gangguan
*Minimal Deposit Hanya Rp 10.000
*Bonus Setiap Hari Dibagikan
*Bonus Turn Over 0,3% + 0,2%
*Bonus referral 10% + 10%
*Dilayani Customer Service yang Ramah dan Sopan 24 Jam NONSTOP
*Berkerja sama dengan 4 bank lokal antara lain : ( BCA-MANDIRI-BNI-BRI )
Jenis Permainan yang Disediakan ada 8 jenis :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar 66
Untuk Info Lebih Lanjut Dapat menghubungi Kami Di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com
bosku minat daftar langsung aja bosku^^