Kampus
Disruptif
Arif Satria ; Rektor Institut Pertanian Bogor
|
KOMPAS,
19 April
2018
Pada awal April 2018 ini
Kementerian Perindustrian meluncurkan “Making Indonesia 4.0” yang berisi peta
jalan revolusi industri 4.0 di Indonesia. Peristiwa ini bagian dari upaya
merespons apa yang ditulis Klaus Schwab dalam The Fourth Industrial Revolution (2017).
Kalau peta jalan industrialisasi
telah tersusun, bagaimana dengan peta jalan pendidikan tinggi untuk merespon
Revolusi Industri 4.0? Bagaimana posisi perguruan tinggi (PT) dalam peta
perubahan ini dan bagaimana strategi adaptasi terhadap perubahan ini?
Kini kita telah berada di era
Revolusi Industri 4.0 yang, menurut Klaus Schwab, sungguh berbeda dari era
sebelumnya. Revolusi Industri 1.0 dicirikan tumbuhnya mekanisasi dan energi
berbasis uap dan air. Revolusi Industri 2.0 dicirikan berkembangnya energi
listrik dan produksi massal. Revolusi Industri 3.0 dicirikan tumbuhnya
industri berbasis elektronika, teknologi informasi, serta otomatisasi.
Revolusi Industri 4.0 dicirikan dengan berkembangnya Internet of/for Things
yang diikuti teknologi baru dalam data sains, kecerdasan buatan, robotik,
cloud, cetak tiga dimensi, dan teknologi nano, yang telah mendisrupsi
inovasi-inovasi sebelumnya.
Dengan perkembangan teknologi
tersebut, kini orang bisa berjualan tanpa harus punya toko. Orang bisa
berbisnis taksi tanpa harus punya mobil. Kondisi inilah yang telah membuat
hilangnya sejumlah pekerjaan. Namun, sebenarnya era baru ini telah
menciptakan berbagai jenis pekerjaan baru yang menggantikan pekerjaan lama.
Di AS, ada 3.508 yang hilang tapi ada 19.263 jenis pekerjaan baru yang
dibuat. Sementara pada tingkat global, ada sekitar 75 juta hingga 375 juta
pekerja perlu beralih ke pekerjaan baru dengan keahlian baru (Global
Institute Analysis Mc Kinsey, 2017).
Dinamika perubahan di atas semakin
tak terelakkan. Namun, persoalannya, percepatan perubahan teknologi lebih
tinggi daripada apa pun, khususnya kultur, kebijakan publik, riset, maupun
pendidikan. Inilah yang dalam sosiologi dikenal dengan istilah kesenjangan
budaya, yang menunjukkan bahwa perubahan kebudayaan material belum diikuti
oleh kebudayaan non-material. Pertanyaannya, apakah PT akan mampu
beradaptasi?
Dampak
dan Strategi
Di mana posisi PT dalam empat
tahapan revolusi industri di atas? Secara kasat mata tampaknya kebanyakan PT
di Indonesia belum masuk dalam pola pikir Revolusi Industri 4.0. Hal ini bisa
dilihat dari sejumlah ciri konvensionalnya dalam keilmuan dan riset,
kurikulum, metode dan teknologi pembelajaran, manajemen organisasi dan proses
bisnisnya.
Dengan melihat ciri-ciri tersebut
bisa jadi PT kita masih pada zona Revolusi Industri 3.0. Namun, kehidupan
sehari-hari dosen dan mahasiswanya mungkin sudah memasuki era 4.0, di mana
konektivitas sudah makin tak berjarak, melek media sosial, bisa memanfatkan
teknologi kecerdasan buatan, menyenangi realitas virtual, cenderung aktif
membaca media daring, dan mulai aktif dalam bisnis daring.
Persoalannya, kehidupan keseharian
tersebut belum sepenuhnya mampu ditransformasikan ke dalam praktik secara
institusional PT. Dengan demikian sebenarnya ada kesenjangan antara pola
kehidupan personal dengan institusi PT. Secara personal sebagian sudah
mencirikan generasi Revolusi Industri 4.0, tapi secara institusi masih
berciri tahap Revolusi Industri 3.0. Pertanyaannya, langkah apa yang mesti
dilakukan PT untuk bisa segera memasuki era 4.0 ini?
Faktor disrupsi tak hanya bertumpu
pada perubahan teknologi akibat Revolusi Industri 4.0, tetapi juga perubahan
struktur demografi, perubahan iklim, globalisasi, serta perubahan peta
geopolitik. Oleh karena itu, strategi PT menghadapi disrupsi mestinya juga
memerhatikan sejumlah faktor tersebut.
Beberapa
langkah penting
Ada beberapa langkah penting
sebagai berikut. Pertama, perubahan pola pikir atau orientasi PT dari
“konsumen” ke “produsen” dalam bentuk karya ide, pemikiran, pengetahuan,
teori atau barang. Perubahan ini akan tercermin dari neraca aktivitas
keseharian kita: apakah akan lebih diwarnai aktivitas mengunggah (upload)
atau mengunduh (download). Seringnya kita mengunggah akan jadi bukti bahwa
kita adalah pemain di era disrupsi ini. Selama ini kita hanya penonton
perubahan dengan lebih banyak aktivitas mengunduh.
Di sinilah mestinya PT memiliki
orientasi mengunggah dengan memperbanyak karya riset dan inovasi untuk
menginspirasi dan memberi manfaat bagi publik, baik pada level lokal maupun
global. PT dari hasil risetnya mampu memproduksi pengetahuan dan teori baru
sehingga memberi warna bagi ilmu pengetahuan dunia. Perubahan orientasi ini
penting seiring harapan publik sejak dulu yang menganggap PT adalah sumber
perubahan, penentu kecenderungan, dan bukan penonton perubahan. Mestinya PT
bisa berciri 5.0 di saat industri baru memasuki 4.0.
Kedua, pengembangan keilmuan baru
yang lebih transdisiplin dan peta jalan riset yang responsif terhadap
Revolusi 4.0 dan faktor disrupsi lainnya. Ilmu data, kecerdasan buatan,
drones, robotik, teknologi nano, kompleksitas dan sustainability sciences
perlu didorong. Dalam pertanian, pertanian presisi melalui smart agriculture
and fisheries harus dikembangkan. Di sinilah diperlukan program studi atau
peminatan baru yang mengenalkan keilmuan baru. Namun, dimensi kemanusiaan
tetap harus mewarnai sejumlah inovasi..
Ketiga, transformasi kurikulum
yang adaptif terhadap tumbuhnya generasi milenial dan tantangan disrupsi. Di
sinilah perlu integrasi dan harmonisasi kurikulum dengan ekstra kurikuler
yang mampu memperkuat karakter, kompetensi, dan soft skill mahasiswa yang
kompatibel dengan tuntutan perubahan. Di era disrupsi ini, soft skill
milenium dan jiwa kewirausahaan harus diperkuat karena jiwa inilah yang akan
dapat mendukung orientasi sebagai “produsen”. Mahasiswa perlu dirangsang
untuk mengembangkan bisnis rintisan (start up).
Keempat, teknologi pembelajaran
yang adaptif terkait kultur milenial. Beberapa kampus besar dunia telah mengembangkan
massive open online courses (MOOCs). Dengan demikian mata kuliah yang
disampaikan secara daring sudah jadi tuntutan. Tapi perlu juga dipikirkan
bagaimana model daring tetap mampu menyentuh penguatan karakter dan soft
skill mahasiswa.
Kelima, perlu kelincahan
organisasi PT dalam mengelola sumber daya, menangkap peluang-peluang baru,
serta membangun kolaborasi.
Kelima hal tadi perlu regulasi
yang progresif untuk memayungi perubahan-perubahan yang ada di PT, sehingga
PT kita tidak saja bisa berciri 4.0 tetapi bisa melampaui jadi 5.0 dan
sekaligus sebagai penentu perubahan. ●
|
Buruan bergabung bersama kami di SEKOPPOKER
BalasHapusKarna Di SEKOPPoker Memiliki Promo yang sangat menarik
Bonus Deposit Member Baru 80,000
Bonus Deposit Weekend 50,000
Bonus Referral 20% (berlaku untuk selamanya
Rollingan Mingguan 0.3% (setiap hari Kamis)
Daftar sekarang juga hanya di Sekop123.com
sekop poker
sekop poker domino
deposit via pulsa
uang asli indonesia
sekoppoker88
poker88
domino88
capsa88
ceme88
bonus jackpot x3
deposit via telkomsel
deposit via xl
deposit via ovo
sekarang kalian bisa memainkan permainan seru
BalasHapusMainkan Poker Online di agens128
dengan minimal deposit hanya 10rb untuk Poker Online
dengan pelayanan cepat dan ramah dari cs kami :)
tunggu apa lagi segera bergabung bersama kami sekarang !!
Contact Kami :
BBM : D8B84EE1 / AGENS128
Line id : agens1288
WhatsApp : 085222555128
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
BalasHapusHarga Kaos Dakwah
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Punya Pasangan Sempurna Nggak Indah Kelihatannya
Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi togel hongkong mbah jambrong
BalasHapusBelum Pernah Menang Di Agen Poker Manapun?? Jangan Kecewa..Yuk cobain Donaco Poker...
BalasHapusPermainan Boleh Sama..Hokinya Beda Boss...
Info hub
WHATSAPP : +6281333555662
Artikel lama tapi masih kontekstual mas.
BalasHapus