Blessings
in Disguise
Imam Shamsi Ali ; Presiden Nusantara Foundation
|
KORAN
SINDO, 05 Maret 2018
“Mereka berencana, dan Allah
berencana. Tapi Allah adalah sebaik-baik perencana” (Al-Quran).
Dalam mengarungi samudra luas
perjuangan menghadirkan cahaya Ilahi ke sudut-sudut penjuru dunia, berbagai gelombang ombak menghalang
di tengah samudra luas itu. Gelombang samudra yang menggunung itu kerap kali
menjadikan jiwa-jiwa kerdil membangun pesimisme dan putus harapan.
Masih terbayang di hadapan mata,
terngiang di telinga suara-suara pesimisme dan kekerdilan itu ketika terjadi
9/11 beberapa tahun silam. Banyak yang beranggapan bahwa peristiwa itu akan
menjadi “kuburan” bagi dakwah dan Islam di Amerika dan dunia Barat umumnya.
Bahwa Islam telah mati, dan tidak mungkin lagi akan diterima di belahan bumi
Allah yang bernama Amerika itu.
Manusia rupanya gagal paham
jikalau yang memegang kendali bumi dan langit adalah Pencipta keduanya.
Kontrol pergerakan urat nadi alam semesta terkendali ketat di antara jari
jemari Yang Maha Qadiir (Kuat, Penentu). Maka persangkaan pesimis itu di
balik oleh Yang Maha Kuasa menjadi bangunan optimisme dan harapan setinggi
langit.
Peristiwa yang disebut-sebut
sebagai kuburan Islam, justeru berbalik menjadi momentum awal kebangkitan
dakwah di bumi Amerika. 9/11 dinilai puncak atau klimaks tumbuhnya kesalah
pahaman terhadapat Islam, yang mengantar kepada kematian pergerakan dakwah di
bumi ini.
Ternyata sangkaan itu berbalik
menjadi awal kebangkitan warga Amerika untuk memahami Islam yang
sesungguhnya.
Warga Amerika berbondong-bondong
mencari tahu apa sesungguhnya Islam itu. Alquran dan buku-buku menjadi bacaan
terlaris saat itu. Masjid-masjid dan pusat-pusat agama Islam (Islamic
centers) menjadi destinasi kunjungan yang laris. Pemimpin Muslim (imam)
menjadi obyek undangan ke mana-mana, termasuk kantor-kantor pemerintahan,
rumah-rumah ibadah agama lain, hingga media massa menjelaskan Islam yang
sejati.
Mereka mencari, mendalami,
memahami dan menghayati, dan akhirnya menemukan Islam yang sejati. Bahkan
banyak di antara mereka yang awalnya mencari Islam untuk tujuan negatif.
Masih teringat cerita suzan, warga
Philadelphia yang pernah mengambil S2 (Master Degree) di Oxford University
Inggris di bidang International Security beberapa tahun silam. Salah satu
subjek di bawah departemen itu adalah studi agama-agama dalam hubungannya
dengan international terrorism (terorisme internasional).
Suzan saat itu memiliki pemahaman
yang sangat buruk mengenai Islam. Bahkan dia benar-benar yakin jika Islam
adalah sumber terorisme dunia modern. Maka di kelas agama-agama dunia dan
terorisme internasional itu, dia betul-betul menaruh perhatian secara khusus
tentang di mana dasar dan arah Islam dalam menyebarkan terorisme dunia.
Diam-diam dia membeli Alquran dan
membacanya untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang relasi antara
terorisme dan Islam. Ternyata di luar bayangan dia, semakin dia mencari
keburukan Alquran, tanpa dia sadari hatinya semakin tersentuh dan tertarik
untuk mendalaminya.
Kurang dari dua tahun dia membaca
Alquran, bahkan sekembali ke US dan kerja di kota New York, Suzan masih
melanjurkan mencari hakikat Alquran itu. Dan menurutnya, yang saya temukan
“nothing but jewels” (semuanya mutiara-mutiara).
Suzan akhirnya memeluk Islam di
Islamic Center New York, lalu bekerja sebagai sebagai Executive Director di
sebuah organisasi nirlaba MCN (Muslim Community Networking) di Kota New York.
Cerita Suzan hanya satu dari
sekian fakta terbalik dari logika manusia. Bahwa sebuah peristiwa kelam,
bukan berarti selamanya membawa hasil kelam. Justru kobaran api menjadi
“penyelamat” (salaaman) bagi Ibrahim AS. Maka 9/11 juga yang dianggap kuburan
Islam itu berbalik menjadi momentum kebangkitan Islam di negara ini.
Salah satu pemain (aktor)
terpenting dalam proses ini adalah media massa. Tentu bukan sesuatu yang
mengejutkan. Dunia kita adalah dunia informasi dan komunikasi. Karenanya
media kerap kali menentukan warna dunia. Hitam bisa diputihkan. Dan putih
bisa dihitamkan dengan bantuan media.
Banyak kalangan juga yang ternyata
ingin menggunakan media untuk semakin menggali (apa yang dianggap) kuburan
Islam itu. Islam ditampilkan sebagai “sumber” segala permasalahan dunia.
Kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan, pelanggaran HAM dan hak-hak
wanita, hingga kepada kekerasan-kekerasan dan terorisme dunia. Di mana ada
kekerasan dan teror, di situ Islam berperan. Di mana ada Islam, akan timbul
kekerasan dan terorisme.
Media massa, termasuk film-film
Hollywood, penuh dengan nuansa itu. Di mana ada pemandangan terorisme dalam
sebuah film, atau kekerasan kepada minoritas dan wanita, Islam yang yang
ditampilkan. Jelas pengaruhnya nyata dan luar biasa. Warga Amerika menjadikan
media, termasuk film-film itu seolah sumber kebenaran. Sementara kitab-kitab
suci hanya bacaan seremonial di rumah-rumah ibadah.
Tapi sekali lagi, Allah
membolak-balik realita. Berbagai propaganda negatif itu berbalik menjadi
positif dengan kuasa Allah.
Beberapa waktu lalu, atas undangan
teman saya Russell Simmons, saya memberikan presentasi Islam di Hollywood.
Hadir banyak bintang untuk menghormati undangan Russell Simmons, yang lebih
dikenal sebagai “hip hop mogul” (raja hip hop).
Ternyata sambutannya luar biasa.
Mereka berjanji untuk memainkan peranan mereka secara lebih positif dalam
membangun imej positif Islam di dunia perfilman.
Dulu di Amerika untuk menampilkan
Islam di media massa begitu berat. Mereka tidak peduli dengan agama, apalagi
dengan Islam. Yang mereka akan tampilkan adalah hal-hal sensasi yang mudah
dijual (sellable) dan meraut keuntungan (profit).
Kini media memburu komunitas
Muslim ingin mencari tahu sumber-sumber Islam yang sesungguhnya.Saya sendiri
dengan segala keterbatasan kerap menjadi buruan itu. Bahkan media yang sangat
kental anti Islamnya, Fox News misalnya, selalu ingin mengundang saya sebagai
narasumber. Hanya saja saya yang membatasi diri karena sadar terkadang media
ingin sekadar mencari justifikasi (pembenaran) dari sebuah isu yang
disampaikan ke publik.
Tapi intinya adalah Islam menjadi
magnet dengan daya tarik tinggi di media massa saat ini. Bagi saya hal ini
merupakan “blessing in disguise” di tengah terpaan imej negatif itu. Saya
justru ingin media memburu umat ini. Biarkan mereka mengekspose apa dan
bagaimana sesungguhnya kehidupan umat ini.
Saya ingin media itu; tv, radio,
surat kabar dan majalah, maupun berita online mendatangi rumah-rumah Muslim,
kampung Muslim, negara-negara Muslim, dan melaporkan apa dan bagaimana ketika
Islam menjadi petunjuk hidup manusia. Dengan Islam itu bagaimana kehidupan
pribadi, keluarga, bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara umatnya?
Tantangannya kemudian adalah
siapkah dan mampukan umat ini menjadi representasi Islam sesungguhnya dengan
eksposur media itu? Jangan-jangan kita yang akan menjadi “misrepresentasi”
dari Islam yang sesungguhnya. Pada akhirnya,
seperti kata seorang ulama, Islam tersembunyi oleh prilaku umatnya. Semoga
tidak! ●
|
Selamat siang semuanya,
BalasHapusJual ginjal dan selamatkan hidup dan dapatkan uang, saya dokter alex dengan nama a
neughrogist
dalam Pembelian Ginjal, Apakah Anda ingin menjual ginjal Anda untuk menyelamatkan nyawa?
mencari kesempatan untuk menjual ginjal Anda dengan harga yang bagus sehingga Anda
dapat membayar hutang Anda? Ini adalah kesempatan bagi Anda untuk menjual ginjal Anda
600,000.00 $ ke atas. Semua donor yang tertarik harus menghubungi tim kami
informasi lebih lanjut melalui e-mail: dralexspeciallist@gmail.com Atau apa
aplikasi?
+2348162029187 Pastikan Anda tidak ragu untuk menghubungi kami sesuka kami
Yakin pastikan kami bekerja dengan Anda dan juga Kami akan memastikan bahwa Anda
nikmati berbisnis dengan kami
Email: dralexspeciallist@gmail.com