Mengajar
Generasi Milenial
Nanang Haroni ; Pemerhati Pendidikan;
Pengajar di Prodi Ilmu Komunikasi
Universitas Al Azhar Indonesia
|
MEDIA
INDONESIA, 26 Februari 2018
DALAM Teach like Finland atau Mengajar seperti Finlandia (2017),
Timothy D Walker membukukan pengalamannya dalam menemukan dan mengembangkan
hal-hal baru setelah pindah dari Amerika ke Finlandia. Walker mengisahkan
bagaimana ia mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat digunakan pendidik
untuk mempromosikan kegiatan belajar-mengajar yang menyenangkan. Walker tak
hanya menemukan cara terbaik untuk menjadi guru sesungguhnya dan bagaimana
seorang guru berkembang menjadi pendidik yang kreatif. Walker juga merasa
bahagia sehingga ia selalu berada dalam kemungkinan untuk mampu mendorong
siswa agar (juga) mengalami perkembangan kemampuan kognitif dan kreativitas.
Jangan lupa, tanpa
kehendak mendorong siswa untuk mengembangkan kreativitas, jangan berharap
dunia pendidikan dapat mengurangi problem sosial kemasyarakatan. Terpaku
dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) bukan
pilihan. Karena dunia berkembang dengan cepat, sementara juklak/juknis butuh
prosedur dan waktu khusus untuk disesuaikan (Baedowi, 2015). Di titik inilah,
para guru, dosen, pendeknya pendidik, harus terus mengembangkan
profesionalisme.
Guru
pembimbing
Mengutip Phenix, Buchori
(2011) merangkai tujuan pendidikan sebagai proses mengantarkan peserta didik
kepada kemampuan menghidupi diri sendiri, hidup bermakna/memaknai kehidupan,
dan kemampuan untuk hidup mulia serta memuliakan kehidupan. Profesionalisme
dikembangkan di atas pijakan itu.
Juga dikatakan Buchori,
dari aspek penekanannya ada dua jenis guru profesional. Pertama, guru yang
menekankan penguasaan materi pembelajaran dan kedua, lebih memperhatikan cara
atau metode belajar yang digunakan siswa. Yang pertama dapat dipandang
sebagai transmitter of knowledge atau guru ‘penerus pengetahuan’, sedangkan
yang kedua disebutnya sebagai guru ‘pembimbing’. Seorang ‘guru penerus
pengetahuan’ selalu bersemangat mengotak-atik materi pembelajaran, mencoba
hal-hal baru, mengembangkan kombinasi baru berbagai jenis materi hingga
mungkin menghasilkan kemasan-kemasan materi pelajaran baru dan segar bahkan
untuk suatu pelajaran klasik seperti sejarah.
Sementara itu, ‘guru
pembimbing’ memberi perhatian lebih pada masalah siswa daripada (pembaharuan)
materi pelajaran. Mereka terutama memperhatikan cara belajar dan siswa
sebagai pribadi yang menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan mereka,
selain prestasi akademiknya. Kisah inspiratif Miss Thompson yang ditulis
Elizabeth Silance Ballad dalam Home Life berjudul Three Letter from Teddy
rasanya mewakili gambaran guru demikian. Setelah menemukan fakta tentang
muridnya, Teddy, yang dia anggap pemalas di kelas, Miss Thompson berujar,
“Saya tidak lagi mengajar membaca, menulis, dan aritmatika. Saya mulai
mengajar siswa.”
Tipe lain, ‘guru
pembimbing belajar’, yang mengembangkan diri dengan terus-menerus memperdalam
pengetahuan serta keterampilan dalam proses belajar. Ia mampu mendiagnosis
kesulitan belajar, berkreasi, dan jika perlu, mengembangkan metode belajar
sebagai terapi. Bagaimana dengan ‘guru pembimbing siswa’? Guru tipe ini
sangat tertarik pada siswa sebagai pribadi-pribadi. Ia concern pada siswa
sebagai bagian dari kehidupan sosial, budaya, dan bidang lain. Ia memupuk
pandangan-pandangan logis tentang politik, agama, dan kalau perlu, mau mendengarkan
keluh kesah asmaranya secara sukarela.
Tipe terakhir, ‘guru
pembimbing perjalanan transisi kultural’. Ia membimbing siswa menjalani
proses transisi kultural, suatu proses yang sedang berlangsung dalam diri
kita sebagai bangsa, atau bahkan sebagai manusia di tengah kemajuan zaman.
Proses transisi kultural yang kompleks, akan sangat sulit dihadapi anak didik
seorang diri. Kita tahu, setiap perubahan, seperti yang terjadi karena
teknologi informasi, melahirkan kegamangan dan tantangan berat di berbagai
aspek kehidupan. Tugas pendidik membimbing agar siswa tidak tersesat dalam
rimba transisi ini.
Pembimbing
transisi kultural
Secara umum, mayoritas
pendidik hari ini sedang menghadapi para peserta didik dari gen Y dan Z, atau
generasi millennial yang sudah, tengah, dan masih akan terus berselancar di
tengah transisi budaya. Istilah milenial berasal dari millennials yang
diciptakan dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil
Howe, dalam beberapa buku mereka. Secara harfiah memang tidak ada demografi
khusus dalam menentukan kelompok generasi yang satu ini. Namun, para pakar
menggolongkannya berdasarkan tahun awal dan akhir. Ditilik dari domain
kehidupannya secara umum, generasi millennials (mereka yang lahir setelah
1981-an), hidup di dunia internet, selain rumah, sekolah, ruang publik lainnya.
Karakter anak milenial
terbentuk oleh zaman yang disebut Terry Flew (2016) sebagai era konvergen
media sosial, sebuah era yang media dikuasai siapa saja sebagai alat produksi
beragam pesan. Tidak ada lagi barrier, produksi dan reproduksi pesan dilakukan
dengan biaya murah, partisipatif dan masif oleh siapa pun. Di dunia seperti
inilah anak-anak didik kita hari ini ‘hidup’. Mereka ialah ‘penduduk asli’
dunia digital (native digital). Berapa pun rerata usia para pendidik hari
ini, jumlah mereka yang lahir sebelum era ‘80-an masih sangat signifikan.
Artinya, para pendidik umumnya merupakan pendatang di dunia digital (digital
immigrant). Ketika para guru (masih) berkutat dengan buku-buku dan media
cetak, para siswa hidup dan banyak ‘berguru’ secara mandiri melalui media
digital.
Tentu saja, mendidik di
era ini tidak mudah. Namun, barangkali, kita bisa mulai beberapa langkah.
Pertama, memastikan diri terus belajar atau bersedia meng-uprade pemahaman
serta keterampilan menggunakan media baru. Kedua, secara logis dan kreatif
menunjukkan betapa produk teknologi informasi sebagaimana teknologi apa
pun--ialah pisau bermata dua. Bisa membuat mereka lebih baik, atau
sebaliknya. Ketiga, menjadikan kekayaan dunia digital sebagai ruang belajar
bersama, alih-alih menegasikannya. Pemanfaatan e-learning, penugasan menulis
dengan bimbingan ketat melalui personal blog, mengembankan kreativitas lewat
film pendek, iklan, dan lain sebagainya sekadar contoh dalam konteks ini.
Keempat, perkuat jaringan, belajar bersama, sebagaimana (salah satu) ‘amanah’
era digital: perbanyak kolaborasi.
Hari ini, di dunia
digital, keinginan guru untuk terus belajar saya kira sangat dimanjakan oleh
ketersediaan berbagai informasi dan aplikasi yang mendukung. Banyak website
yang bisa dijadikan rujukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, bahkan
bisa secara praktis digunakan sebagai media ajar. Dengan sedikit penyesuaian,
seorang pengajar akan sangat tertolong menciptakan kelas yang dinamis dan
menarik. Tersedia pula berbagai aplikasi--gratis maupun berbayar--yang bisa
digunakan untuk berinteraksi dengan para siswa, berdiskusi, menyampaikan
tugas dan mengoreksinya secara simultan.
Akhirulkalam, kita harus
bertekad menjadi ‘guru pembimbing perjalanan transisi kultural’ para anak
didik, memperbaiki cara-cara kita mentransmisi pengetahuan, memperbaharui
metode, strategi dan pendekatan sebagai seorang pembimbing agar anak-anak
tumbuh mandiri, hidup mulia dan mampu memuliakan kehidupan. Semoga. ●
|
tantangan bagi generasi milenial di masa depan akan lebih banyak lagi gengs, terus melatih kreatifitas sama dengan berinvestasi untuk masa depan. semangat terus anak muda indonesia, boleh visist info kartu kredit jika kalian meras perlu support finansial yang lebih, prosesnya mudah dan cepat. selamat mencoba gengs :)
BalasHapusThanks infonya menarik banget. Oiya, ngomongin milenial, ternyata mereka juga sering loh buat kesalahan yang pada akhirnya bikin mereka susah untuk kaya. Apa aja kesalahannya, cek di sini: peluang milenial jadi kaya
BalasHapusPrediksi Bola Jitu 100% untuk Liga Champion.
BalasHapusBingungkan mau ikut Prediksi Bola Siapa yang akurat?
Dicoba saja dari hasilbola.vip
Kami berani JAMIN, Bakal ada masuk dana direkening anda.
Berikut Prediksi Bola yang barusan Update Hangat.
Prediksi Bola Zenit vs RB Leipzig 06 November 2019
https://hasilbola.vip/prediksi-sepakbola/baca/2839/zenit-vs-rb-leipzig-06-november-2019/
Prediksi Bola Barcelona vs Slavia Prague 06 November 2019
https://hasilbola.vip/prediksi-sepakbola/baca/2840/barcelona-vs-slavia-prague-06-november-2019/
Saya akan berikan Bonus Tips Prediksi Bola Akurat Silakan di coba langsung
Terima Kasih bagi yang menyukai komentar saya
Suka bermain Poker mau deposit via PULSA,atau Via E-MONEY???
BalasHapusMari bergabung bersama kami di Donaco Poker
Hub kami.
WHATSAPP : +6281333555662
CS 24 JAM