Dukun
Politik (Kuhana)
Nasaruddin Umar ; Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
|
MEDIA
INDONESIA, 02 Februari 2018
DALAM tradisi Arab jahiliah, setiap
pergantian pemimpin (suksesi) selalu diwarnai berbagai intrik politik.
Berbagai cara dilakukan para kandidat untuk meraih ambisi politik mereka.
Salah satu di antaranya ialah membayar dukun-dukun politik yang dalam tradisi
Arab disebut kuhana, bentuk jamak dari kata kahin yang berarti dukun. Kuhana
bukan hanya berfungsi untuk meramal masa depan tuannya, melainkan juga untuk
memberikan pertimbangan guna memuluskan kebijakan sang raja di dalam
menjalankan kebijakan-kebijakannya. Biasanya kuhana menjadi bagian yang tak
terpisahkan dengan istana. Setiap kebijakan istana biasanya dikonfirmasi
terlebih dahulu kepada kuhana, apakah akan aman atau resistan. Selanjutnya,
jika resistansinya tinggi, dicarikan cara bagaimana memuluskan pelaksanaan
kebijakan itu.
Kuhana sudah dikenal semenjak dahulu kala.
Para kuhana pernah memberitahu Raja Firaun kalau akan ada yang akan
menggantikannya sebagai raja dan calon penggantinya sudah di dalam kandungan,
sebentar lagi akan lahir. Firaun segera bereaksi dengan menginstruksikan
semua perempuan hamil dibunuh. Hanya ibunya Nabi Musa yang selamat karena
kandungannya tidak kelihatan meskipun usia kandungannya sudah tua. Setelah
para algojo menjalankan tugas, Firaun bertanya lagi kepada kuhana-nya, apakah
calon yang akan menggantinya sudah ikut mati. Maka, dijawab tidak sempat
dibunuh dan sekarang sudah lahir menjadi bayi yang sehat. Akhirnya semua bayi
diinstruksikan untuk dibunuh.
Satu-satunya bayi yang selamat ialah Musa,
karena ketika algojo memerika rumahnya, ia dimasukkan ke oven pembakaran roti
yang sedang menyala. Namun, para algojo tidak sempat membuka oven itu karena
mengira tidak mungkin ada anak yang bisa hidup di dalam pembakaran roti yang
sedang menyala. Begitulah seterusnya sampai Nabi Musa betul-betul
menggantikan posisi Firaun menjadi penguasa Mesir saat itu.
Laris
Dalam zaman pemerintahan Muawiyah dan
Abbasiah, praktik kuhana memegang peran penting. Menjelang suksesi
kepemimpinan, para anggota kerajaan berlomba-lomba mencari kuhana untuk
menentukan nasib hidupnya. Para kahin pasti akan kaya raya menjelang suksesi
karena terlalu banyak yang memanfaatkan jasanya. Cerita-cerita yang sama juga
sering terdengar setiap kali terjadi suksesi di Tanah Air. Banyak sekali
kandidat yang berlomba-lomba mencari jasa sang kahin. Bisa dibayangkan, pasti
sang kahin akan kaya mendadak karena kahin saat ini menjadi sebagai lembaga
jasa. Apalagi tahun ini sering disebut tahun politik bagi Indonesia,
mengingat pilkada akan berlangsung serentak di sejumlah provinsi dan
kabupaten/kota. Biasanya menjelang pemilu dukun politik (kuhana) ikut laris.
Para kuhana memiliki berbagai kemampuan
supernatural sebagai akibat amalan-amalan khusus yang telah diperoleh melalui
guru atau pembimbing spiritualnya. Biasanya untuk sampai menjadi kahin yang
mumpuni harus melewati beberapa tahapan ritual, mirip yang dilakukan orang
yang ingin memperoleh ilmu kanuragan. Ada juga sebagian kecil memperolehnya
dengan cara wangsit, mirip dengan ilham. Kuhana pada umumnya dikenal lebih
dekat kepada black magic atau paling tidak guru tempatnya belajar menempuh
cara-cara yang tidak lazim di dalam agama dan logika sehingga sejumlah
praktik perolehan ilmunya dianggap kontroversi.
Kuhana lebih populer karena banyak
didatangi para selebritas seperti pebisnis, pejabat, artis, dan politisi.
Para selebritas yang datang ada yang dari kalangan politisi yang mau meminta
bantuan untuk memperoleh kedudukan lebih baik, dari kalangan artis yang ingin
produknya lebih disukai masyarakat, kalangan bisnis yang ingin usahanya lebih
maju, serta para pejabat yang ingin jabatannya bertahan atau naik lebih
tinggi lagi. Di samping kuhana, masih ada satu kelompok lagi yang lebih
dikenal dengan julukan hukama, yatu ahli hikmah atau makrifat, yaitu
orang-orang yang diberi anugerah oleh Tuhan mengetahui yang gaib atau
menyingkap rahasia-Nya. Upaya-upaya yang dilakukan untuk memahami makrifat
dan ilmu-ilmu tingkat tinggi itu antara lain dengan melakukan olah batin
(mujahadah, riyadhah), seperti menekuni ibadah-ibadah wajib dan sunah,
menjauhi seluruh larangan-larangan Tuhan, dan melakukan berbagai amal
kebajikan dengan setulus-tulusnya.
Sebagai imbalannya, Tuhan menganugerahkan
kepadanya berbagai keutamaan, seperti atas kehendak-Nya ia mampu mengobati
penyakit dengan doa. Mampu menunjukkan tanda-tanda karamah (kekeramatan)
seperti kemampuan untuk berpuasa berhari-hari, berjalan di atas air,
memberikan ketenteraman dan pemenuhan hajat-hajat orang lain melalui doanya.
Hukama juga banyak diserbu para selebritas seperti yang ramai mendatangi para
kuhana.
Hati-hati
Kuhana dan hukama berbeda tipis. Bahkan
fungsinya pun juga memiliki persamaan. Ada hukama yang juga dipanggil sebagai
kiai karena memang memiliki pondok pesantren. Akan tetapi, pada saat yang
bersamaan kiai atau hukama itu juga seniman sehingga sulit membedakannya
dengan tokoh kuhana yang lain. Sebaliknya ada beberapa kuhana yang penampilan
sehari-harinya alim, menyerupai ustaz. Apalagi memang ada sejumlah tokoh yang
sulit dibedakan dirinya sebagai hukama atau kuhana. Kalangan kuhana ada yang
juga ilmunya mumpuni seperti kiai. Sebaliknya ada kiai memiliki keterampilan
seperti kuhana. Tokoh yang demikian inilah yang juga menjadi selebritas, laku
di mana-mana di dalam masyarakat. Perbedaan di antara keduanya bisa terlihat
dari pengamalan syariah yang bersangkutan bersama para murid atau
pelanggannya.
Para hukama umumnya memilki kekuatan
syariah dan dan hakikat yang dalam. Amalan-amalan, wirid, dan doa yang
diberikan kepada muridnya umumnya diracik dari ayat-ayat Alquran dan hadis.
Para murid dan santrinya, selain mendapatkan doa dan wirid khusus, juga
mendapatkan wawasan dan ilmu pengetahuan agama karena hukama lebih sering
menjadi penceramah ketimbang membuka praktik pengobatan dan penyembuhan.
Bahkan, tidak sedikit di antaranya yang menyembunyikan kemampuan-kemampuan
supranatural yang dimilikinya. Berbeda dengan kuhana, sering kali ditemukan
mendramatisasi kemampuan yang dimilikinya kepada orang lain, bahkan ada yang
mengiklankan dirinya serbabisa untuk mengobati berbagai penyakit dan
menyelesaikan berbagai konflik dan tekanan batin. Kadang-kadang juga di
antara mereka memiliki semacam impresario, lembaga jasa yang mengorbitkan
dirinya.
Para kuhana tidak diragukan lagi
orientasinya profit dan bisnis. Ada di antara mereka memasang tarif yang
besar dan itu bisa dimaklumi karena mereka juga melibatkan banyak pihak lain.
Hukama lebih banyak memberikan pencerahan dan nilai manfaat kepada orang
banyak, sedangkan kuhana banyak di antaranya yang meresahkan masyarakat,
bahkan tidak sedikit diadukan ke pihak berwajib karena ada unsur penipuan,
pelecehan seksual, dan kriminal lainnya. Masyarakat perlu hati-hati
membedakan di antara keduanya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar