Tahun
Baru 2018
Leak Kustiyo ; Dirut Jawa Pos Koran
|
JAWA
POS, 01 Januari 2018
PADAM sudah pesta kembang
api, 1 Januari datang lagi. Lembar kerja baru dimulai lagi.
Seperti apa tantangan di
tahun yang baru?
Coba kita ingat proses
yang kita tempuh sepanjang tahun kemarin. Hidup akan senantiasa berisi
pengulangan-pengulangan. Kalau ada kejutan di sana-sini sesungguhnya hanya
kumpulan ketidaksengajaan dan kecelakaan, yang beda-beda tingkatannya. Bagi
yang kenyang kecelakaan, akan relatif tenang dan tak mudah kaget.
2018 adalah tahun politik
dengan hajatan pilkada serentak se-Indonesia. Yang kita risaukan adalah:
bagaimana kalau dalam hiruk pikuk politik nanti terjadi kecelakaan-kecelakaan?
Kalau korbannya tergeletak di jalan, larikan ke UGD terdekat. Kita paham.
Tapi, kalau korbannya ternyata adalah pemimpin, yang karena proses politik
yang celaka akhirnya terpilih jadi kepala desa, bupati, gubernur, atau
presiden. Nasib kita semua akan sangat tergantung pada daya tahan, upaya
menyembuhkan diri, dan ketabahan dari pribadi pemimpin-pemimpin tersebut.
Meski ada pemimpin yang
punya bakat hebat memberesi sakitnya sendiri, tapi umumnya pada kesulitan.
Karena proses politik butuh mekanisme penyembuhan secara politik pula.
Sementara yang lazim terjadi dalam mekanisme penyembuhan seperti itu, selalu
ada semacam tawar-menawar yang alot antara pihak yang membawa obat, yang
butuh sehat, dan pencipta rasa sakit.
Kita
sebagai rakyat?
Tetap harus melangkah
karena argo jalan terus. Jarum jam berputar terus, tak ada ruang transit buat
aneka keharusan. Harus bayar listrik, air, angsuran ke bank, bayar pulsa,
makan di luar di akhir pekan, bayar sekolah anak, dan seterusnya. Semua sudah
duduk di kursi waktunya masing-masing dan ketika gilirannya tiba, mereka
harus mendapat pelayanan terbaik: tolong dibayar!
Bila di akhir 2018 nanti
semua ikhtiar berjalan lancar, pilkada serentak aman, target kerja tercapai,
sukses, nah itu harapan semua! Namun, jika semua daya sudah dikerahkan, sudah
kerja keras (bahkan lebih keras daripada kerja yang paling keras), tapi hasil
akhir tetap melempem? Gimana coba...
Sebaiknya tidak patah
arang.
Tapi, bila ternyata tetap
patah juga arangnya?
Silakan mumet bareng! Cari
cara yang baik dan benar, menyenangkan, positif. Tentu dengan gaya
seolah-olah tetap waras.
Tom Hanks, dalam Forrest
Gump, di tengah kebuntuan tingkat tinggi dan situasi kepepet, tiba-tiba
muncul energi "mampu" lagi. Lalu secara instingtif kakinya melangkah,
lari! Lari, dan teruuus berlari. Kalau misalnya sedang di Surabaya, Tom Hanks
akan berlari ke arah timur sampai ujung timur Pulau Jawa, hingga bibir pantai
Ketapang, Banyuwangi.
Karena di depan sudah tak
ada aspal, dia putar badan, lalu lari ke arah barat, teruuus berlari, sampai
mentok di garis pantai Pelabuhan Merak, Banten. Ambil arah kiri, lari lagi
sampai Pantai Parangtritis. Putar balik, lari lagi ke utara sampai pantai
Tanjung Mas, Semarang. Pokoknya baru belok atau putar balik setelah di depannya
laut. Sehat. Cuma agak dramatis dan aneh. Tapi, apa bedanya dengan para
maniak maraton yang sedang mewabah sekarang ini?
Ada pilihan lain misalnya:
bernyanyi. Di daerah Surabaya Barat, ada sebuah pasar sayuran yang besar,
bersih, dan modern yang dibangun pengembang Grup Puncak. Pasar itu untuk
melengkapi kebutuhan penghuni tower-tower apartemennya. Di tengah pasar
sayuran, buah, ikan, dan berbagai makanan itu, tersedia peranti karaoke yang
bisa dipakai siapa saja yang ingin bernyanyi.
Hebat. Bernyanyi di tengah
pasar dengan volume suara yang keras sekali! Praktik perkaraokean bahkan
sudah dimulai sejak pagi-pagi sekali. Dengan Rp 10 ribu bisa pilih lagu
Mandarin, keroncong, oldies, hingga dangdut rap Via Vallen atau Nella
Kharisma. Jaran goyang... jaran goyang... Sebenarnya mudah untuk menciptakan
rasa senang.
Kesuksesan tentu akan
menciptakan rasa senang, tapi ketidaksuksesan juga punya hak untuk tidak
membuat terpuruk.
---
Di ujung timur Jalan Slamet
Riyadi, sebelah utara Alun-Alun Solo, Jawa Tengah, ada air mancur yang lebih
difungsikan sebagai aksesori kota. Karena konstruksi plumbing-nya mungkin
kurang presisi, waktu itu air yang mancur agak kurang akurat. Air tidak
semuanya nyemprot ke ponds, tapi sebagian muncrat ke jalan dan membasahi
pengendara motor yang lewat. Ketika kemarau sedang puncak-puncaknya,
semprotan air desersi itu ternyata dinikmati pengendara yang sedang lewat,
lebih-lebih saat lalu lintas macet. Kaca helm dibuka, air mancur mengenai
muka, hmm... segar.
Situasi panas, hawa yang
kurang menyenangkan, kadang tak sulit-sulit amat untuk diatasi. Kekeliruan,
kekurangan, tak harus mengekspresikan kegagalan. Toh, sambil jalan bisa
dilakukan perbaikan-perbaikan. Yang penting, terus berjalan.
2018 kita sepakati sebagai
tahun politik. Aura seru sudah tergambar sejak awal tahun. Di Jatim,
kontestasi untuk menjadi gubernur 2018 bakal mempertemukan pasangan Gus
Ipul-Anas dengan Khofifah-Emil. Sejak sepuluh tahun lampau pun antara Gus
Ipul dan Khofifah sebenarnya sudah seru. Apalagi kalau kali ini ada pasangan
ketiga cagub La Nyalla Mattalitti yang fenomenal, yang sekarang masih
berjuang untuk mendapat kepastian. Sungguh episode yang dinanti.
Pilgub Jatim bagian
penting dari gawe pilkada serentak secara nasional. Maka kalau saja suhu
politik Jatim panas, panasnya pun sebenarnya cuma sekelas panasnya sebuah
pemanasan. Masih ada kontestasi lanjutan, yaitu pilpres setahun kemudian.
Sebaiknya kita memang
jangan membayangkan hal-hal yang terlalu panas. Semua panas pernah kita
lalui. Pilgub DKI, semua masih kebayang seperti apa heboh dan panasannya.
Tapi, begitu musim hujan datang seperti saat ini, kita bisa rindu dengan
temperatur ala Ahok. Memodifikasi ungkapan Sutan Bhatoegana: ...panas-panas nikmat!
Ahok, kita tahu, sekarang
OK. Beliau tidak kepanasan, tidak kedinginan. Sayangnya, kita sekarang tak
dengar lagi ada pejabat yang gaya bicaranya: loe gue, loe gue. Sepertinya
pada takut kepeleset lidah. Akhirnya, sepi...
Perubahan naik turun suhu
politik dalam beberapa waktu terakhir sebenarnya banyak membawa hikmah. Kita
jadi kian piawai mengatur temperatur. Mau panas, hangat, dingin, tinggal
setel saja. Kita semua sudah paham limitnya. Mestinya tak akan ada panas
politik yang kelewat panas di tahun 2018 ini.
Terus semangat. Selamat
tahun baru. Selalu ada yang baru! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar