Kristen
Palestina Menentang Israel
Zuhairi Misrawi ; Intelektual Muda Nahdlatul
Ulama;
Analis Pemikiran dan
Politik Timur-Tengah di The Middle East Institute, Jakarta
|
DETIKNEWS,
25 Januari
2018
"Kami mencintai Israel, tapi Israel
selalu menindas kami", ujar seorang Pendeta di Bethlehem, Palestina yang
disiarkan oleh televisi CNN Internasional.
Perjuangan Palestina untuk meraih
kemerdekaan masih panjang, karena Israel terus melakukan manuver untuk
menindas warga Palestina. Tidak peduli kelompok manapun, baik Muslim maupun
Kristen sama-sama mendapatkan perlakukan diskriminatif oleh Israel. Sebab itu,
warga Kristen di Palestina juga bernasib sama: masa depan yang suram, tidak
menentu, bahkan gelap-gulita.
Fakta tersebut mengisahkan kesedihan yang
amat mendalam bagi warga Kristen Palestina. Kisah pilu mereka tidak
mendapatkan perhatian luas, bahkan terlupakan. Padahal penderitaan mereka
tidak kalah pedihnya dari apa yang dialami oleh warga Muslim.
Bahkan, Israel kerap membentuk narasi
konflik dan benturan antara kelompok Muslim dan Kristen di Palestina, tetapi
narasi tersebut selalu gagal. Hubungan antara komunitas Muslim dan Kristen
Palestina sangat kokoh. Keduanya saling bahu-membahu menentang penjajahan
Israel dan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan kemerdekaan
Palestina.
Dalam setiap peristiwa genting, baik warga
Muslim maupun Kristen di Palestina selalu bersama-sama, bergotong-royong
melawan kebijakan diskriminatif Israel. Yang paling anyar soal kebijakan
Trump dan Netanyahu yang ingin memindahkan ibu kota Israel dari Tel Aviv ke
Jerusalem. Umat Kristen Palestina keras menentang kebijakan Trump, karena
akan berdampak terhadap nasib warga Kristen di Jerusalem Timur.
Ketika Israel membuat kebijakan untuk
memasang alat pemindai di pintu masuk Masjid al-Aqsha, warga Kristen
Palestina ikut menentang kebijakan tersebut karena dianggap bertentangan
dengan hak kebebasan beribadah warga Muslim. Warga Kristen ikut turun ke
jalan menentang kebijakan Israel. Di saat umat Muslim melaksanakan shalat
Jumat, justru umat Kristen yang menjaga dan melindungi warga Muslim dari
tindakan brutal tentara Israel.
Intinya, umat Kristen Palestina tidak
pernah absen dari perjuangan bersama-sama warga Muslim menentang Israel dan
mewujudkan kemerdekaan. Derita Palestina pada hakikatnya adalah derita
seluruh warga Palestina, baik Muslim maupun Kristen.
Warga Muslim dan Kristen Palestina
menyadari betul, bahwa musuh utama dan bersama mereka adalah Israel.
Bertahun-tahun, Israel telah membuat mereka sengsara, terusir, bahkan hilang
nyawa karena kekejaman tentara Israel. Karenanya tidak ada alasan untuk tidak
saling bahu-membahu untuk menentang Israel.
Toleransi dan harmoni antara warga Muslim
dan warga Kristen di Palestina melahirkan harapan. Kondisi obyektif mereka
jauh lebih baik daripada relasi antar-agama di berbagai dunia Arab lainnya
yang masih diliputi kabut konflik dan intoleransi.
Warga Muslim Palestina menyadari, bahwa
Palestina merupakan tanah kelahiran Yesus. Dari Palestina inilah ajaran
Kristen disebarluaskan ke seantero dunia. Dalam setiap peringatan Natal,
warga Muslim selalu merayakan Natal bersama-sama warga Kristen hampir di
seluruh gereja Palestina. Bahkan, Mahmoud Abbas selalu menghadiri perayaan
Natal di Gejera Bethlehem.
Sebaliknya, warga Kristen juga menyadari
bahwa Jerusalem merupakan kota suci bagi warga Muslim, karena Nabi Muhammad
SAW melakukan perjalanan Isra' dan Mi'raj dari Masjid al-Aqsha yang berada di
Jerusalem ke Sidratul Muntaha. Begitu pula ketika Jerusalem jatuh di bawah
kekuasaan Islam, Umar bin Khattab menghormati eksistensi gereja dan umat
Kristen di Palestina.
Kesadaran perihal sejarah dan pentingnya
toleransi inilah yang menjadikan hubungan antara warga Muslim dan warga
Kristen Palestina sangat mengagumkan. Bahkan kita tidak pernah mendengar
friksi di antara kedua komunitas ini. Konon, warga Muslim dipercaya untuk
memegang kunci Gereja Makam Kristus di Jerusalem untuk menghindari konflik di
antara berbagai denominasi Kristen atas gereja bersejarah tersebut.
Maka dari itu, pemandangan ini sebenarnya
dapat menyadarkan kita, bahwa masalah Palestina bukan masalah perjuangan agama
tertentu, tetapi perjuangan sebuah bangsa untuk mendapatkan kedaulatan dan
kemerdekaan. Memperjuangkan kemerdekaan Palestina adalah memperjuangkan
seluruh warga dan kelompok yang eksis di dalam Palestina. Faktanya, warga
Muslim dan Warga Kristen kerapkali mendapatkan perlakuan diskriminatif yang
sama oleh Israel, karenanya mereka bersama-sama menentang Israel.
Kini, kondisi warga Kristen Palestina terus
memburuk. Pada tahun 1922, populasi warga Kristen Palestina mencapai 10%.
Namun, jumlah mereka terus menyusut sejak berdirinya Negara Israel di tanah
Palestina pada tahun 1948 dan perang 1967.
Saat ini populasi warga Kristen sekitar 1%
dari total populasi warga Palestina. Mereka tersebar di Tepi Barat (40.000
warga), Jerusalem Timur (5.000 warga), dan Gaza (1.250 warga). Jumlah
terbesar berada di Bethlehem, tanah kelahiran Yesus. Kita juga masih bisa
menyaksikan gereja-gereja berdiri tegak di seantero Palestina.
Walaupun jumlah warga Kristen terus
mengalami penyusutan akibat migrasi ke beberapa negara di Timur-Tengah,
seperti Jordania, Mesir, dan Libanon, serta beberapa negara Eropa dan Amerika
Serikat, namun mereka yang tinggal di Palestina terus berperan dalam bidang
pendidikan, kesehatan, hukum, arsitektur, bahkan politik. Suara mereka sangat
lantang menentang penjajahan Israel.
Eksistensi warga Kristen di Palestina
merupakan salah satu modal sosial yang sangat penting, karena di situlah
rajutan kebangsaan dirangkai. Sejarah Palestina pada hakikatnya adalah
sejarah agama-agama samawi. Palestina akan selalu kokoh jika semua pihak
mempunyai kesadaran sejarah tentang pentingnya menjaga keragaman dan
perjuangan mewujudkan negara yang berdaulat dan merdeka dari penjajahan.
Kisah pilu Kristen Palestina dan
komitmennya bersama-sama warga Muslim menentang Israel ibarat oase di padang
pasir. Hemat saya, faksi-faksi politik di dalam negeri Palestina harus banyak
belajar dari warga Kristen Palestina untuk mengutamakan kepentingan bersama
di atas kepentingan faksi politik. Perjuangan Palestina adalah perjuangan bersama
melawan penindasan, penjajahan, dan ketidakadilan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar