Kemenangan
Ide dan Kemenangan Kelompok
Komaruddin Hidayat ; Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
|
KORAN
SINDO, 08 Desember 2017
AKHIR-akhir ini saya membaca beberapa
artikel dan juga mengikuti diskusi seputar persoalan: apakah agama cukup
efektif membentuk moral masyarakat? Secara normatif-teoritis berbagai argumen
dikemukakan bahwa agama diturunkan untuk memperbaiki moral masyarakat. Dalam
kitab suci juga bertaburan statement bahwa agama mengajarkan kebajikan sosial
dan siapa yang melanggarnya akan dijatuhi hukuman di akhirat nanti.
Kemudian berbagai penjelasan
deduktif-normatif agama itu diperhadapkan pada realitas sosial, banyak negara
dan masyarakat yang tidak peduli agama, tapi etika sosialnya lebih baik.
Tingkat korupsi rendah. Mereka bahkan hidup damai, saling menghargai hak-hak
orang lain. Negara terasa hadir melindungi warganya jika memperoleh ancaman
dari siapa pun orangnya.
Sementara di berbagai negara dan
masyarakat yang meneriakkan slogan dan ajaran agama, masyarakatnya ribut
terus, bahkan saling mengancam. Tingkat korupsi tinggi. Demikian juga
pelanggaran atas hak-hak asasi seseorang juga tinggi.
Jadi, masing-masing pihak memiliki
sudut pandang dan argumen berbeda mengenai relevansi dan urgensi agama dalam
pembentukan moral masyarakat. Ada sekelompok orang yang lebih mementingkan
kehidupan akhirat dan tidak serius mengurus dunia.
Sebaliknya terdapat sekelompok orang
lebih peduli membangun kehidupan dunia agar kehidupan dunia enak, aman, dan
indah ditempati, tidak begitu peduli soal akhirat.
Ada lagi masyarakat dan negara yang
menempatkan agama sebagai urusan pribadi. Adapun masalah sosial kenegaraan
diatur dengan hukum positif. Secara retorik tentu ada yang ingin membuat
keseimbangan dunia dan akhirat.
Namun, jika ditimbang secara empiris,
beberapa masyarakat sekuler memang lebih fokus mengatur dan membangun dunia
dengan berbagai teknologi dan instrumen hukum positif sehingga siapa yang
melanggar sanksinya tidak perlu menunggu di akhirat. Langsung dijatuhi hukum
di dunia, seperti Pemerintah China yang tak segan-segan menjatuhkan hukum
mati terhadap para koruptor.
Secara psikologis, mungkin sanksi hukum
di depan mata lebih menakutkan ketimbang ancaman neraka yang pelaksanaannya
setelah mati dan secara empiris siksa neraka itu merupakan keyakinan teologis
yang sulit dibuktikan di dunia saat ini.
Persaingan dan perdebatan seputar peran
agama bagi pembentukan moral masyarakat kadang muncul dalam format kontestasi
antara kemenangan ide dan kemenangan kelompok. Mengingat nilai dan pesan
agama itu universal, maka asumsinya siapa pun yang mengapresiasi dan
menerapkan nilai-nilai agama akan memperoleh kebaikan dalam kehidupan
sosialnya, sekalipun mereka tidak menyatakan beragama dan tidak bertuhan.
Sebaliknya, sekalipun sebuah masyarakat
mengaku beragama dan bertuhan, jika tidak menerapkan nilai-nilai agama dalam
konteks moral-sosial, maka mereka semakin jauh dari spirit agama. Jadi, perlu
dibedakan antara kemenangan ide dan kemenangan kelompok.
Ada kelompok yang mengaku dan
menggunakan slogan serta simbol agama dalam memperjuangkan kepentingan
kelompoknya, misalnya dalam kontestasi politik dan ekonomi, tetapi
meninggalkan nilai-nilai serta etika agama dalam perilaku sosial dan
politiknya.
Sementara masyarakat yang diposisikan
sekuler, bahkan secara teologis kadang dicap kafir, tetapi moral sosialnya justru
lebih dekat dengan pesan-pesan agama. Etika sosial lebih baik. Pemberantasan
korupsi lebih berhasil. Perhatian pada fakir miskin lebih baik. Penghargaan
pada ilmu pengetahuan lebih tinggi.
Akhirul kalam, mengingat agama
diturunkan tidak saja menjanjikan keselamatan di akhirat, melainkan juga
membangun peradaban di muka bumi (fiddunya
khasanah), maka sebuah agama akan mudah tersebar dan diterima masyarakat
selama ajarannya juga telah terbukti atau disertai bukti, prestasi dalam
membangun peradaban di muka bumi. Misalnya agama Islam yang sering
dibanggakan dan dianggap abad keemasan adalah ditandai dengan prestasinya di
bidang ilmu pengetahuan mengalahkan prestasi komunitas agama lain.
Aspek ritual dan teologi, pijakannya
sangat kuat dan berdirinya kokoh sampai hari ini. Tetapi dalam aspek sosial,
ekonomi, dan politik, justru gambarannya suram dan seram. Maka ada yang
kemudian berpendapat, kemenangan Islam itu mestinya ditekankan pada
kemenangan ide, nilai, dan tidak selalu berarti kemenangan kelompok. ●
|
**** ANAPoker ***
BalasHapusTIDAK DI RAGUKAN LAGI HANYA DI SINI KAMU BISA MAIN SEPUASNYA
DENGAN satu ID Sudah Bisa Bermain Semua Games
||POKER | CEME | DOMINO99 | OMAHA | SUPER10 ||
+ Bonus Extra 10% (New Member)
+ Bonus Extra 5% (Setiap harinya)
+ Bonus RakeBack Tanpa Minimal T.O (HOT Promo)
+ Bonus 20.000 (ALL Members)
Tunggu Apa lagi Gabung Main dan Menangkan Uang Tunai Setiap Harinya,
Karena Semua bisa menang disini.
Untuk Registrasi dan Perdaftaran :
WhatsApp | 0852-2255-5128 |