IS
dan Basis di ASEAN
Bambang Soesatyo ; Ketua Komisi III DPR RI; Anggota Fraksi Partai
Golkar; Presidium Nasional KAHMI
2012-2017
|
SUARA
MERDEKA, 29 Mei 2017
“Ancaman terhadap stabilitas
kawasan ASEAN sudah menjadi kenyataan. Kalkulasi ancamannya pun sudah
tereskalasi. Tidak lagi semata-mata ancaman serangan bom terhadap obyek-obyek
tertentu.”
ISLAMIC State of Iraq and Syria (ISIS) atau Islamic State
(IS) sudah sampai pada upaya merealisasikan pendirian basis di Asia Tenggara.
Jika itu terwujud, dia akan menghadirkan ancaman bencana kemanusian di
kawasan ini. Indonesia dan ASEAN harus all out menggagalkannya.
Khusus di Indonesia, TNI dan Polri harus diberi payung
hukum yang kuat untuk melumpuhkan jaringan sel-sel IS yang kini bertebaran di
sejumlah daerah. Selasa sore (23/5) sekitar pukul 15.00 waktu Filipina,
terjadi pertempuran sengit di kota Marawi, Mindanao, Filipina.
Terjadi baku tembak antara militer Filipina dari Brigade
Infantri ke-103 melawan kelompok militan Maute yang nyaris menguasai kota
itu. Saat itu, militan Maute telah mengambil alih sejumlah gedung, rumah
sakit, membakar sekolah dan rumah ibadah.
Maute melancarkan perlawanan sengit untuk mencegah militer
Filipina menangkap gembong teroris Isnilon Hapilon. Sosok Hapilon dikenal
sebagai pemimpin kelompok penculik Abu Sayyaf.
Pihak berwajib Filipina mencatat militan Maute dan Abu
Sayyaf sudah menyatakan sumpah setia kepada IS. Mungkin karena itu, AS
menilai Hapilon sebagai salah satu teroris paling berbahaya.
Serangan militer Filipina hari itu berhasil menewaskan 31
militan Maute. Tetapi pengumuman resmi juga menyebutkan sedikitnya 11 tentara
dan dua polisi Filipina tewas.
Untuk menguasai keadaan sepenuhnya, Presiden Filipina
Rodrigo Duterte telah memberlakukan darurat militer di pulau Mindanao.
Pertempuran di kota Marawi itu sudah lebih dari cukup sebagai bukti
simpatisan dan sel-sel terkecil IS sudah bertebaran di kawasan Asia Tenggara.
Mereka membangun kekuatan untuk mewujudkan basis IS di
kawasan ini, setelah terdesak di Timur Tengah. Anggota ASEAN lainnya akan
terus menyimak kelanjutan langkah pemerintah dan militer Filipina di
Mindanao.
Apakah Filipina mampu menggagalkan niat militan Maute dan
Abu Sayyaf mendirikan basis IS di Marawi? Itulah pertanyaan di benak para
pemimpin ASEAN. Sudah banyak data yang menunjukan sel-sel IS sudah bertebaran
di sejumlah negara ASEAN.
Indonesia baru saja dikejutkan ledakan bom bunuh diri
terminal bus Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5). Polri menduga
pelakunya terkait jaringan Jamaah Anshar Daulah (JAD) yang juga berafiliasi
dengan IS.
Sebelumnya, Densus 88 Anti-teror Mabes telah menyergap
sejumlah orang atau kelompok yang juga terindikasi sebagai sel-sel IS.
Penjelasan resmi otoritas Filipina mengungkap sejumlah WNI bergabung dengan
militan Maute dalam upaya menguasai kota Marawi.
Sementara itu, Sabtu (27/5), pihak berwajib Malaysia
menangkap enam pria berkewarganegaraan Malaysia yang diduga terkait dengan
IS. Dalam pertempuran di Marawi, ada warga Malaysia yang bergabung dengan
militan Maute.
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak pernah mengingatkan
bahwa IS merupakan ancaman nyata bagi negaranya. Pada bulan Agustus 2016,
Polri menangkap enam terduga teroris yang terkait dengan IS. Mereka berencana
melancarkan serangan ke hotel Marina Bay di Singapura.
April 2017, Polisi Filipina juga menangkap pasangan
suami-istri asal Kuwait di Manila. Berdasarkan informasi yang diberikan
otoritas Kuwait, keduanya diduga simpatisan IS. Apalagi, keduanya bepergian
ke Filipina Selatan.
Bencana Kemanusiaan
Semua kegiatan sel-sel IS di kawasan ASEAN itu merupakan
rangkaian proses persiapan mewujudkan basis di Asia Tenggara. Upaya
menjadikan Indonesia sebagai basis makin sulit karena para simpatan IS terus
diburu. Apalagi, Polri dan TNI telah melumpuhkan Santoso alias Abu Wardah,
sosok yang memimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Karena ruang geraknya di Indonesia makin kecil, militan
Maute dan Abu Sayyaf mencoba menjadikan kota Marawi sebagai basis.
Di Timur Tengah, IS terus terdesak akibat gempuran militer
dari negara-negara barat. Para anggota IS tidak lagi pergi ke Afrika. Mereka
memilih datang ke Asia Tenggara, dan langsung bergabung dengan
kelompokkelompok militan lokal yang selama ini berafiliasi dengan IS.
Karena itu, tidak mengherankan jika dalam waktu singkat,
aktivitas dan sebaran ancaman dari sel-sel IS di kawasan ini semakin tinggi
intensitasnya Indonesia, Filipina dan anggota ASEAN lainnya mau tak mau harus
all outmenggagalkan niat IS mewujudkan basisnya di kawasan ini.
Sekali lagi, ISIS tidak lagi sekadar berencana, tetapi
sudah sampai pada tahapan upaya merealisasikan rencana itu.
Penjelasan sangat gamblang tentang langkah-langkah IS itu
tergambar dari serangan militan Maute dan Abu Sayyaf dalam upaya menguasai
kota Marawi dan kemampuan tempur mereka menghadapi militer Filipina.
Khusus mengenai ancaman terhadap Indonesia, Ketua Umum
Pengurus Besar Nahdhatul Ulama, KH Said Aqil Siroj, sudah mengingatkan bahwa
Indonesia merupakan negara tujuan pelarian kelompok IS paling aman di dunia.
Ia mengimbau semua pihak agar waspada. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar