Aktivitas
Melamun pada Dini Hari
AS Laksana ; Cerpenis dan Esais, tinggal di Jakarta
|
JAWA
POS, 16
April 2017
PADA suatu dini
hari, karena tidak bisa tidur hingga pukul empat padahal sudah memejamkan
mata sejak setengah dua, saya mengambil kertas dan pena, lalu menuliskan
pertanyaan: Apa yang saya tidak tahu?
Tentu saja banyak.
Jauh lebih banyak yang saya tidak tahu ketimbang yang saya tahu, tetapi saya
berpikir untuk menuliskan sepuluh hal saja. Harapan saya, sebelum mencapai
sepuluh, mata saya sudah mengantuk.
Hal pertama yang
muncul, kenapa orang bisa kesurupan. Saya tidak tahu bagaimana penjelasan
tentang kesurupan dalam perspektif neuroscience. Yang saya tahu hanya versi
orang-orang tua zaman dulu. Menurut mereka, orang bisa kesurupan karena
banyak melamun, apalagi pada waktu magrib. Saat matahari terbenam hingga
malam tiba, setan-setan mulai keluar dari sarang dan sibuk bergentayangan.
Mereka akan senang merasuki tubuh para pelamun.
Selanjutnya adalah
soal bakat. Saya tidak tahu apakah ada cara yang akurat untuk mengetahui
bakat seseorang sejak usianya dini. Jika ada, mungkin akan lebih mudah bagi
orang tua untuk membimbing anak-anak berkembang sesuai bakat masing-masing.
Selain itu, orang tua akan tahu sejak awal apakah bakat anaknya membahayakan
atau tidak dan apa yang harus dilakukan sekiranya bakat si anak membahayakan.
Ada teman saya
yang, menurut semua orang di dalam pergaulan kami, memiliki bakat menulis
puisi; saya pikir banyak juga orang lain yang menurut teman-teman mereka memiliki
bakat berpuisi. Itu bukan bakat yang membahayakan, tetapi menyimpan masalah.
Selama beberapa tahun teman saya bergairah menulis puisi, tidak berhasil
mengembangkan diri, dan sekarang menjadi pembuat kandang burung.
Saya terharu
mendengar kabarnya dan pikiran saya mengembangkan skenario seandainya dia
berhasil menjadi penyair atau, setidaknya, ada puisi-puisinya yang dimuat di
koran-koran hari Ahad. Mungkin dia akan menjadi lebih giat mengirimkan puisi,
lalu mengalami kesulitan hidup dan mandek dengan sendirinya, dan pada
akhirnya menjadi pembuat kandang burung juga. Saya kurang berani membuat
skenario bahwa dia kelak menerima Nobel Sastra sekiranya berhasil merawat
bakat kepenyairannya.
Ketidaktahuan saya
selanjutnya, apakah orang tua perlu mengadakan ”rapat perencanaan” dengan
anak-anak mereka, entah setiap hari atau sepekan sekali atau sepekan dua
kali. Kantor-kantor media massa biasa melakukan rapat perencanaan untuk
membahas berita-berita yang akan diturunkan. Sebelum deadline, mereka akan
mengadakan rapat sekali lagi untuk memeriksa hasil peliputan wartawan.
Reaksi spontan
saya, mungkin perlu. Dalam rapat perencanaan itu, orang tua dan anak-anak
bisa membahas persoalan-persoalan aktual yang mereka hadapi serta mencari
penyelesaiannya. Mereka juga bisa membicarakan keinginan anak-anak dan apa
yang perlu dilakukan agar keinginan mereka kelak terwujud. Dengan begitu,
orang tua akan tahu di mana bagian mereka dalam membantu anak-anak mewujudkan
keinginan.
Mungkin keinginan
anak-anak masih akan berubah-ubah. Hari ini ingin menjadi mata-mata, besok
ingin menjadi pembalap, besoknya lagi ingin menjadi masinis kereta api, tidak
ada masalah dengan itu. Yang lebih penting, mereka bisa bersuara dan orang
tua mau mendengarkan mereka. Pada saatnya mereka akan menetapkan satu
pilihan. Juga, alangkah baiknya jika mereka kelak menekuni sesuatu yang sudah
mereka persiapkan sejak awal. Kalaupun nanti menjadi pembuat kandang burung,
dia sudah bersiap diri untuk itu dan tahu bagaimana menjadi pembuat kandang
burung yang bermartabat.
Hal berikutnya lagi
di dalam daftar ketidaktahuan itu: Apakah saya perlu membuat panggung boneka?
Rasa-rasanya ini obsesi kuno bagi saya. Dulu, di sekolah dasar, saya membaca
buku tentang sandiwara boneka, dilengkapi dengan panduan membuat panggung dan
boneka-boneka karakter. Selesai membaca, saya mulai membuat boneka tangan,
seperti Si Unyil, dengan bahan bubur kertas. Jelek sekali hasilnya dan
keinginan membuat sandiwara boneka itu akhirnya saya pendam saja.
Jika sekarang saya membuatnya,
mungkin anak-anak akan senang. Saya sudah membayangkan ada papan
pemberitahuan di rumah dan setiap hari saya bisa memajang pengumuman.
Misalnya, ”Pertunjukan hari ini: Kisah perjuangan para budak melawan
penindasan majikan.” Atau, ”Saksikanlah: Drama Romeo dan Juliet.” Atau,
”Jangan lewatkan: Cerita mengharukan tentang seekor burung kecil memadamkan
kebakaran hutan.” Saya bisa menambahkan bahwa setelah pertunjukan, akan ada
diskusi. Sekalian waktu diskusi itu bisa saya kembangkan menjadi rapat perencanaan.
Mungkin itu perlu saya wujudkan. Saya penyuka dongeng
dan berharap bisa membantu anak-anak saya merancang dongeng yang baik tentang
diri mereka sendiri. Seseorang bisa sengsara atau bahagia, Anda tahu, karena
dongeng yang dia ciptakan tentang dirinya sendiri. Orang juga bisa mengamuk
dan meracau seperti sedang kesurupan setan karena menyimpan dongeng tentang
ancaman-ancaman yang mengepungnya setiap hari atau dongeng tentang konspirasi
jahat. Saya ingin anak-anak saya menyimpan dongeng yang menyehatkan, yang
membuat mereka bisa menjalani hidup tenteram bersama orang-orang lain. Itu
lebih baik ketimbang mereka melamunkan hal-hal mengerikan dan nantinya
membuat meracau seperti orang kesurupan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar