Dari Muhammadiyah untuk Indonesia Berkemajuan
Ahmad Fuad Fanani ;
Mahasiswa S3 the Universityof Toronto-Canada;
Peneliti
MAARIF Institute for Culture and Humanity
|
KORAN SINDO, 03 Juni
2016
PP
Muhammadiyah belum lama ini mengadakan Konvensi Nasional Indonesia
Berkemajuan (KNIB) pada 23-24 Mei 2016 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(UMY). KNIB yang dibuka oleh Presiden Joko
Widodo (Jokowi) itu mengambil tema ”Jalan Perubahan Membangun Daya Saing
Bangsa”. Selama dua hari berbagai tema dibahas secara mendalam oleh para
pakar dan praktisi. Tema-tema yang dibahas KNIB adalah membangun daya saing
bangsa; mewujudkan cita-cita para pendiri republik, demokrasi, HAM, dan
penegakan hukum, good governance
dan pemerintahan daerah, menggerakkan ekonomi bangsa, revitalisasi agama dan
Pancasila dalam identitas keindonesiaan, dan revitalisasi karakter bangsa.
KNIB
adalah kontribusi Muhammadiyah untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
kebangsaan yang hingga hari ini terus terjadi dan membutuhkan perhatian
serius. KNIB merupakan kelanjutan dari kontribusi Muhammadiyah yang aktif
berperan dalam kebangsaan semenjak sebelum kemerdekaan Indonesia.
Menurut
Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah, KNIB bertujuan untuk membangkitkan
kembali etos perjuangan seluruh rakyat guna mencapai cita-cita Indonesia
Berkemajuan. Indonesia Berkemajuan adalah Indonesia yang seperti
dicita-citakan para pendiri bangsa ini: merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.
Cita-cita
itulah yang harus dipegang teguh dan harus direalisasikan segera. Untuk
menggapai cita-cita itu, tentu saja dibutuhkan keberanian dari bangsa
Indonesia menghadapi tantangan dan menyelesaikan berbagai persoalan bangsa
ini dengan penuh optimisme.
KNIB
sendiri tidak bisa dipisahkan dengan sumbangan pemikiran yang diberikan oleh
Muhammadiyah melalui dokumen ”Indonesia
Berkemajuan: Rekonstruksi Kehidupan Kebangsaan yang Bermakna.”
Pokok-pokok pikiran ini pada era Din Syamsuddin itu telah ditanfidz-kan pada
Tanwir Muhammadiyah di Samarinda pada bulan Mei 2014.
Dokumen
penting itu juga telah disampaikan pada pimpinan lembaga tinggi negara, yaitu
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sebelumnya, pada 2010, PP Muhammadiyah
juga menyusun pokok-pokok pikiran penting tentang persoalan dan masa depan
bangsa melalui naskah ”Revitalisasi Visi dan Karakter Bangsa: Agenda
Indonesia ke Depan”.
Jadi,
KNIB adalah keberlanjutan kontribusi pemikiran Muhammadiyah tentang berbagai
persoalan kebangsaan. Tekad Muhammadiyah untuk berkontribusi pada kebangsaan
dan pencerahan umat, baik secara visi, pemikiran, dan aksi ini telah menjadi
komitmen sejak awal berdirinya.
Indonesia Berkemajuan
Dalam
buku Indonesia Berkemajuan:
Rekonstruksi Kehidupan Kebangsaan yang Bermakna (2014) disebutkan bahwa
Indonesia berkemajuan merupakan suatu pemikiran yang mendasar dan mengandung
rekonstruksi yang bermakna sesuai dengan cita-cita pendiri negara Indonesia.
Cita-cita
itu adalah terwujudnya negara dan bangsa yang maju, adil, makmur,
bermartabat, dan sejajar dengan bangsa dan negara lain yang telah mencapai
keunggulan. Cita-cita itu juga mempunyai dasar pijakan sejarah dari bangsa
ini dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Jadi, Indonesia Berkemajuan
mempunyai landasan historis, filosofis, dan konstitusional yang kuat.
KH
Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah dan tokoh bangsa ini semenjak awal
telah berpesan pada muridmuridnya di Muhammadiyah, bahwa kita hendaknya
menjadi manusia yang berkemajuan. Yaitu manusia yang senantiasa menjalankan
ajaran agama dan hidup sesuai dengan arah gerak zaman.
KH
Ahmad Dahlan juga sering menyampaikan bahwa hendaklah kita menjadi seorang
yang menjalankan Islam yang berkemajuan. Yaitu ajaran Islam yang tidak jumud
dan statis, namun ajaran Islam yang maju, progresif, dinamis, berorientasi ke
depan, dan tidak banyak menyesali masa lalu atau terbelenggu beban sejarah.
Para
tokoh Muhammadiyah yang lain seperti KH Mas Mansyur yang merupakan anggota 4
Serangkai (KH Mas Mansyur, Soekarno, Hatta, dan Ki Hajar Dewantoro), juga
menyampaikan pentingnya Islam Berkemajuan. Ki Bagus Hadikusumo sebagai salah
satu tokoh penting yang merumuskan cita-cita kemerdekaan bangsa ini sering
mengemukakan konsep bangsa yang ”maju dan berkemajuan”.
Soekarno
yang merupakan salah satu Proklamator Indonesia, pernah menjadi pengurus
Muhammadiyah di Bengkulu, dan hingga akhir hidupnya tetap mengaku sebagai
kader Muhammadiyah, juga sering mengemukakan pentingnya gagasan kemajuan.
Indonesia yang maju menurut Soekarno harus dilandasi oleh pemikiran dan
cita-cita, bahwa Indonesia mampu berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah
bersama bangsa lain.
Indonesia
tidak boleh ”menjadi bangsa kuli dan kuli di antara bangsa-bangsa”. Soekarno
juga sering menekankan pentingnya Islam mengadopsi pemikiran modern,
berkemajuan, berpikir rasional, mampu menangkap api Islam dan tidak hanya abu
Islam.
Pemikiran-pemikiran
Soekarno ini bisa jadi banyak dipengaruhi oleh bacaannya yang luas dan
pergaulannya dengan para aktivis Muhammadiyah baik ketika di Surabaya,
Bengkulu, maupun setelahnya. Indonesia Berkemajuan menurut Muhammadiyah
mempunyai banyak dimensi.
Beberapa
di antaranya adalah Pertama, berkemajuan dalam semangat, alam pikir,
perilaku, dan senantiasa berorientasi ke masa depan. Kedua, berkemajuan untuk
mewujudkan kondisi yang lebih baik dalam kehidupan material dan spiritual.
Ketiga, kemajuan untuk menjadi unggul di berbagai bidang dalam pergaulan
dengan bangsa-bangsa lain.
Menurut
Muhammadiyah, Indonesia Berkemajuan dapat dimaknai sebagai negara utama (al-madinahal-fadhillah), negara
berkemakmuran dan berkeadaban (umran),
dan negara yang sejahtera (Indonesia Berkemajuan, 2014). Pemaknaan dan cakupan
dimensi Indonesia Berkemajuan yang sangat luas itu, bisa menjadi modal dasar
bangsa ini untuk maju dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
Kerja ke Depan
KNIB
kemarin menghasilkan enam pokok pikiran yang sangat penting bagi masa depan
bangsa ini. Keenam pokok pikiran itu terdiri dari: perlunya kewajiban
kolektif membangun keunggulan bangsa, perlunya bangsa Indonesia bekerja lebih
keras, cerdas, dan kreatif untuk memecahkan berbagai persoalan bangsa.
Selanjutnya
adalah perlunya konsolidasi demokrasi yang berbasis etik untuk memperkuat good governance dan kepemimpinan
bangsa, pentingnya penegakan hukum dan penguatan Indonesia sebagai negara
hukum, perlunya revolusi mental dan budaya untuk membangun bangsa ini, dan
pentingnya tatanan kehidupan yang berdasarkan Bhinneka Tunggal Ika dan visi
bersama.
Keenam
rekomendasi itu sangat penting bagi bangsa Indonesia untuk menapaki jalan
perubahan agar mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Selama ini Indonesia
sering hanya dilihat secara kuantitas sebagai bangsa yang besar dari jumlah
penduduk dan luasnya wilayah yang dimilikinya. Selain itu, Indonesia
seringnya diperhatikan dunia karena banyaknya sumber daya alam yang dimiliki.
Namun,
aspek kuantitas yang melimpah dan merupakan anugerah itu bisa jadi menjadi
musibah jika tidak dikelola dengan amanah. Pengelolaan yang tidak amanah itu
bisa terlihat dari banyaknya sumber daya alam yang sering dikuasai asing, dan
elite politik kita seakan hanya membiarkanhalituterjadibegitu saja.
Mereka
lebih suka mendapatkan kompensasi dari perusahaan- perusahaan asing
dibandingkan berjuang keras dan kalau perlu mengorbankan nyawanya untuk
kesejahteraan rakyatnya. Jika dulu para pendiri dan pejuang bangsa ini berani
berjuang untuk rakyatnya dengan slogan ”merdeka atau mati”, tampaknya banyak
orang yang sekarang justru lebih suka mengorbankan rakyat atau ”tidak usah
merdeka tapi hidup enak”.
Indonesia
sering diperhatikan bangsa lain juga karena masih bisa menjadi pasar yang
sangat potensial untuk memasarkan produk apa saja. Hal ini karena bangsa ini
banyak yang masih suka menjadi konsumen dibandingkan berani menjadi produsen.
Ini tentu menjadi ironi yang sangat disayangkan masih terus terjadi ketika
Indonesia sudah mengalami kemerdekaannya hampir 71 tahun.
Meskipun
banyak masalah yang masih dihadapi bangsa ini, cita-cita Indonesia
Berkemajuan tetap harus dinyalakan, diperbincangkan, dipancangkan, dan
dibumikan. Bangsa Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk maju
dan unggul seperti bangsa-bangsa lain.
Yang
diperlukan adalah semangat, kerja keras, tidak gampang mengeluh, dan kemauan
untuk bekerja sama antar-elemen bangsa untuk mencapai cita-cita luhur itu.
Banyak potensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang bisa diaktifkan dan
digerakkan untuk kemajuan bangsa.
Saat
ini juga ada ribuan anak bangsa yang sedang menempuh pendidikan baik di luar
negeri maupun luar negeri yang siap berkontribusi untuk Indonesia Berkemajuan.
Keberadaan mereka tentu sangat potensial untuk meningkatkan daya saing
bangsa. Mungkin ada yang mencibir bahwa Konvensi hanyalah bentuk retorika
saja.
Namun,
rumusan yang serius dan visioner yang dihasilkan melalui konvensi seperti
KNIB ini sangat penting sebagai pemandu pencapaian visi bangsa. Bangsa-bangsa
yang besar di dunia juga punya ideologideolog yang visioner yang merumuskan
kemajuan bangsanya.
Justru
ketika tidak ada visi, sebuah bangsa bisa jadi sangat pragmatis dan tidak
punya pandangan jauh ke depan. Maka, kita harus optimistis bahwa Indonesia
Berkemajuan bisa menjadi kenyataan di Indonesia tercinta ini. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar