Pembangunan Berkelanjutan dan Reklamasi
Rohmad Hadiwijoyo ;
Doktor Ilmu Lingkungan
Universitas Diponegoro Semarang
|
MEDIA INDONESIA,
13 April 2016
DALAM dua tahun
terakhir ini pembangunan di wilayah DKI Jakarta seperti dikebut, mulai
pembangunan jalan tol, MRT, hingga rencana reklamsi 17 pulau yang saat ini
diributkan dan terancam terjadi kebuntuan. Hal itu tidak akan terjadi apabila
dalam membangun sebuah kawasan kota atau megacities
berpegangan kepada tujuan dari pembangunan yang sustainable atau berkelanjutan.
Pembangunan yang
berkelanjutan akan terwujud jika dalam membangun tidak meninggalkan
permasalahan atau liability kepada anak cucu kita kelak. Paul Krugman,
kolumnis internasional New York Times, mengatakan, memasuki era global warming seperti sekarang ini,
pembangunan akan berhasil jika konsisten dalam memperhatikan kaidah-kaidah
lingkungan. Begitu pula usaha atau bisnis, hanya pebisnis atau pengusaha yang
peduli akan kerusakan lingkungan yang akan bisa bertahan.
Ada tiga hal penting
yang diperlukan untuk menjamin pembangunan berkesinambungan. Pertama,
pembangunan yang tidak menghasilkan polusi yang berlebihan. Kedua,
pembangunan akan sustainable jika dalam membangun dapat menggunakan sumber
daya alam secara efisien. Terakhir, hasil-hasil pembangunan tersebut dapat
meningkatkan standar kehidupan yang layak bagi rakyat banyak.
Jumlah penduduk DKI
Jakarta yang terus berambah dalam lima tahun terakhir ini memerlukan
kendaraan untuk mobilisasi atau commuter ke kantor setiap harinya. Jumlah
kendaraan pribadi yang terus bertambah membuat permasalahan kemacetan belum
bisa teratasi sampai sekarang ini. Berbagai cara yang sudah ditempuh, seperti
pembatasan kendaraan pribadi dalam jam-jam tertentu dengan sistem three in one, belum mampu mengurai
kepadatan lalu lintas Jakarta. Kendaraan-kendaraan tersebut memerlukan bahan
bakar fosil sehingga dapat mengemisikan polusi CO2 yang besar. Tingginya
emisi CO2 dari pembakaran energi fosil akan berdampak pada pemanasan global
dan climate change atau perubahan iklim.
Berkesinambungan
Kesadaran masyarakat
untuk beralih kepada transportasi umum sangat penting digalakkan untuk
mengurangi polusi udara Jakarta. Maka diharapkan pembangunan MRT dan jalur
khusus bus (busway) akan dapat mengurangi polusi untuk menuju pembangunan
yang berkesinambungan.
Pemanfaatan sumber
daya alam yang efesien akan mendorong berhasilnya pembangunan. Kebutuhan
sumber daya alam seperti air dan energi untuk menggerakkan pembangunan sangat
krusial. Bertambahnya jumlah penduduk akan dibarengi dengan kebutuhan akan
sumber daya alam. Energi fosil mengemisikan CO2 yang tinggi.
Untuk itu, pemanfaatan
energi alternatif atau terbarukan sangat penting. Selain energi tersebut
ramah lingkungan, energi terbarukan tidak akan habis, misalnya energi listrik
yang berasal dari panas bumi atau geotermal. Sumber energi yang berasal dari
daur ulang sampah juga merupakan energi alternatif yang bisa digalakkan.
Proses membangun akan
menghasilkan sampah dan limbah. Jumlah sampah dari proses pembangunan
tersebut cukup besar di DKI Jakarta. Dengan menggunakan tekhnologi daur ulang
sampah, akan mampu mengasilkan biomassa dan biosolar. Energi yang berasal
dari daur ulang sampah selain ramah lingkungan juga bisa mengurangi tumpukan
sampah Jakarta.
Pembangunan yang bijak
ialah jika hasilnya dapat meningkatkan taraf hidup rakyatnya. Hasil dari
pembangunan harus mampu merubah penghidupan yang layak bagi orang banyak.
Itulah hakikat dari sebuah pembangunan yang berkesinambungan. Apakah rencana
reklamasi 17 pulau yang ada di pantai utara Jakarta merupakan pembangunan
untuk meningkatkan penghidupan rakyat banyak? Terbatasnya lahan dan semakin
mahalnya harga tanah untuk mencukupi kebutuhan perumahan rakyat merupakan
salah satu alasan reklamasi sebagai solusi alternatif.
Seperti di Hong Kong,
Tiongkok, Singapura, atau Jepang, terbatasnya lahan tanah dan mahalnya harga
properti menyebabkan menguruk wilayah laut untuk dijadikan lahan merupakan
suatu opsi. Lahan tersebut biasanya diperuntukkan sebagai kawasan perumahan,
pariwisata, pelabuhan, dan industri. Untuk menghindari dampak lingkungan yang
terjadi, diperlukan kajian analisis mengenai dampak dan lingkungan (amdal)
yang melibatkan semua stakeholder yang ada.
Dengan demikian, dalam
proses reklamasi tidak terjadi permasalahan ke depannya. Beberapa dampak
lingkungan yang terjadi dalam sebuah proses reklamasi pulau ialah musnahnya
habitat sekitar wilayah reklamasi, pencemaran udara dan air laut saat mulai
pekerjaan konstruksi, banjir, erosi, sedimentasi, dan kesenjangan ekonomi
sosial.
Kesenjangan ekonomi
terjadi khususnya bagi nelayan sekitar wilayah reklamasi. Berkurangnya
tangkapan ikan akan menyebabkan berkurangnya pendapatan bagi nelayan.
Sampai saat ini belum
ada ukuran yang bisa jadi acuan untuk menghitung dampak negatif dan
keuntungan dari sebuah reklamasi pantai atau pulau. Dampak yang terjadi dari
sebuah reklamsi bisa diukur dari tujuan reklamasi itu sendiri. Apakah untuk
kepentingan rakyat banyak atau golongan pebisnis semata. Itulah yang
seharusnya jadi kajian dan perdebatan yang sehat di antara legislatif,
eksekutif, pakar hukum, dan para stakeholder.
Akan tetapi, yang terjadi saat ini saling menyalahkan dan saling menyandera
rencana reklamasi itu sendiri. Pada akhirnya rakyat juga yang jadi korban dan
penonton. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar