Konser ISIS di Sarinah Thamrin
Prayitno Ramelan ; Analis Intelijen www.ramalanintelijen.net
|
KORAN
SINDO, 16 Januari 2016
Kamis
(14/1/2015) siang masyarakat Jakarta dikejutkan dengan serangkaian serangan
teror berupa bom bunuh diri dan penembakan oleh sekelompok orang di
lingkungan Gedung Sarinah, Thamrin, Jakarta.
Dalam
serangan tersebut, menurut penjelasan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito
Karnavian, tercatat tujuh korban meninggal dunia dan 24 lainnya mengalami
luka-luka. Di antara yang meninggal, lima orang diduga pelaku, satu warga
sipil, dan satu lainnya warga negara Kanada.
Korban
tewas dikirim ke RS Polri Kramat Jati untuk dilakukan pengecekan data.
Sementara di antara korban yang luka-luka terdiri atas 5 anggota Polri, 4
warga asing (1 warga Belanda, 1 Austria, 1 Jerman, 1 warga Aljazair), dan 15
warga sipil. Para korban luka-luka dirawat di RS Gatot Soebroto, RSCM, RS
Husada, RS Tarakan, dan RS MMC.
Rencana Awal Serangan
Teror
Sebenarnya
rencana serangan ke arah Ibu Kota ini sudah tercium sejak pertengahan
Desember 2015. Dari operasi khusus sejak 18 Desember hingga 23 Desember 2015,
Densus 88 Mabes Polri telah melakukan penggerebekan dan penangkapan jaringan
teror yang mengancam Jakarta. Jumat (18/12/2015) telah ditangkap Iwan alias
Koki di Kota Banjar, Jawa Barat; disusul Asep Urip, 31, dan Zaenal, 35, sore
harinya di Tasikmalaya.
Mereka
diduga memiliki kemampuan merakit bom. Keduanya diduga berencana melakukan
aksi bom bunuh diri pada akhir Desember. Asep diberitakan adalah pengajar
pada Pondok Pesantren Al Mubarok, Tasikmalaya, sedangkan Zaenal yang berasal
dari Sulawesi sejak enam bulan terakhir diketahui menjadi santri di pondok
pesantren tersebut.
Sabtu
(19/12/2015) Densus melakukan penangkapan terhadap Abdul Karim alias Abu
Jundi di Kota Sukoharjo dan menemukan barang bukti di antaranya pupuk urea,
paku, gotri, switching, parang, parafin, buku-buku panduan merakit bom, serta
sebuah peta daerah Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Hingga Minggu
(20/12/2015) dini hari, Densus melakukan penangkapan di wilayah kota dan
Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Terduga
teroris yang ditangkap bernama Indraji Idham Wijaya, 28, alias Imran, Bambang
Sugito alias Teguh alias Basuki, dan Choirul Anam alias Bravo alias Kartolo.
Jaringan tersebut di atas adalah jaringan di bawah kepemimpinan Abu Jundi. Dalam pengungkapan dokumen didapatkan sandi pengganti
dari pengantin sebagai pengebom bunuh diri menjadi serangan konser.
Rabu
(23/12/2015) Densus telah melakukan penangkapan dua terduga teroris di Bekasi
yaitu AH (Arief Hidayatullah) alias AM (Abu Mushab), 31, serta AL di sebuah
rumah kontrakan milik Solihin di Jalan Duku Jaya, Bekasi. Menurut Polri,
Arief bertugas sebagai koordinator dan memfasilitasi warga negara Indonesia
yang ingin berperang di Suriah bersama ISIS.
”Abu
Mushab atau AH, adalah tokoh utamanya, sudah tertangkap,” kata Kapolda Metro
Jaya Tito Karnavian. Sementara AL adalah warga negara China yang berasal dari
Uighur yang merupakan anggota ISIS terkait dengan DPO Polisi, Santoso di
Poso. Saat penangkapan, polisi menemukan banyak bahan baku untuk merakit bom
dan juga ditemukan buku cara membuat/merakit bom.
Kadiv
Humas Polri Anton Charlian menjelaskan, terduga teroris di Bekasi yang
ditangkap berafiliasi dengan ISIS dan kelompok-kelompok radikal lain di luar
negeri. Sedangkan teroris yang berada di Jawa Tengah berafiliasi dengan
kelompok Solo, sementara kelompok Jawa Timur berafiliasi dengan kelompok
Klaten yang memproduksi bom rakitan.
Perubahan Waktu serta
Pelaku Serangan Teror
Sebetulnya
kesulitan utama mendeteksi serangan teror, mereka juga berkemampuan melakukan
desepsi, menyatakan akan menyerang Polda Metro Jaya, Istana, Kapolri, dan
Kedutaan Besar dengan waktu yang belum jelas. Dengan ada informasi akan ada
serangan, kesiagaan aparat ditingkatkan pada peringatan pergantian Tahun Baru
2015-2016 di Jakarta.
Sementara sel teror
yang merencanakan akan melakukan serangan konser pada hari Natal dan Tahun
Baru menjadi batal karena serangan yang mereka rencanakan terbongkar dan bahkan
dua jaringan utama telah ditangkap. Tampaknya mereka melakukan perubahan
rencana atau ”plan B”, di mana serangan dilakukan oleh sel lain.
Seperti
diketahui bahwa dengan pola desentralisasi di kalangan ISIS, sesuai fatwa
pimpinan ISIS Abu Bakr al-Baghdadi di Suriah, agar jaringan ISIS melakukan
serangan ”musuh jauh” di samping ”musuh dekat”, jaringan dinegara-negara di
luar Suriah melakukan serangan dengan pola serangan teror di Paris pada 13
November 2015.
Kapolda
Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian yang kemarin pagi bersama penulis menjadi
narasumber di salah satu stasiun televisi menjelaskan, ”Masih cukup banyak anggota jaringan teroris dalam bentuk sel kecil
yang masih buron. Ini masalahnya. Sekali kita melakukan penangkapan, mereka
bergerak. Ini keunikannya. Mereka terhubung satu sama lain. Mereka memiliki
sebagian kemampuan operasi militer juga. Ketika kita bergerak menangkapi satu
sel, sel lain akan berpindah.”
Nah,
menurut penulis, sel lain itulah yang melakukan serangan ke kawasan Sarinah.
Dari hasil pemeriksaan terhadap Abu Mushab, yang mengakui bahwa dia mendapat
perintah dari Bahrun Naim, yang diketahui juga salah satu anggota jaringan
teroris Indonesia yang membentuk Katibah Nusantara.
Muhammad
Bahrun Naim Anggih Tamtomo alias Naim pada 9 November 2010 ditangkap bersama
ratusan butir amunisi ilegal. Dia diadili PN Surakarta pada 9 Juni 2011 dan
divonis penjara dua tahun enam bulan. Bahrun Naim inilah yang dikatakan oleh
Tito sebagai perencana serangan ke Sarinah. Tito menegaskan, ”Khusus di Asia Tenggara, ada satu tokoh
yaitu Bahrun Naim yang ingin mendirikan Katibah Nusantara,” kata Tito
Karnavian. Keberadaan Bahrun diperkirakan ada di Suriah.
Konser ISIS di Kawasan
Sarinah
Sejak
penangkapan pada Desember 2015, khususnya penangkapan Abu Mushab serta AL,
warga Uighur di Bekasi, penulis memperkirakan bahwa sel ISIS sudah terencana
akan menyerang Jakarta. Dalam pattern
teroris, safe house adalah
pembuktian, ke mana mereka akan menyerang. Safe house di Bekasi dapat dikatakan valid untuk persiapan sebuah
konser di Jakarta.
Setelah
serangan berlangsung, dalam rilis di medianya, ISIS menyatakan resmi
mengklaim bahwa serangan di Sarinah Jakarta tersebut dilakukan oleh ”para
prajurit khalifah”. Target mereka adalah ”warga koalisi perang salib” yang
melawan ISIS, kata pernyataan itu. Mengapa mereka memilih kawasan Sarinah?
Pertama,
Jakarta adalah ibu kota Indonesia, yang merupakan barometer stabilitas
keamanan. Hal ini disadari benar oleh Presiden Jokowi, yang langsung kembali
ke Jakarta dari kunjungannya di Cirebon, kemudian mengunjungi tempat kejadian
perkara (TKP), bahkan pascaserangan. Presiden ingin menegaskan bahwa situasi
sudah kondusif dan aman.
Kedua,
Sarinah adalah bangunan monumental. Walau pusat belanja lama, nama Sarinah
dan Jakarta adalah simbol yang kuat. Gangguan stabilitas keamanan bisa
berimbas ke persoalan ekonomi atau pariwisata serta masalah sosial lainnya.
Selain itu, di Gedung Menara Cakrawala terdapat Kafe Starbucks yang merupakan
simbol Barat, juga terdapat warga negara asing di sana, dan memang terbukti
ada beberapa orang asing yang menjadi korban.
Ketiga,
penyerang melakukan ambush ke pos
polisi di muka Sarinah, meledakkannya, dan berusaha membunuh polisi. Karena
itu, konser di kawasan Sarinah memang sudah mereka rencanakan dengan teliti.
Mereka mengharapkan dampak psikologisnya akan besar.
Analisis Serangan dan
Kesimpulan
Dari
pola serangan, sel penyerang seperti penulis pernah sampaikan jelas
terinspirasi dan termotivasi oleh Paris
attack pada November tahun lalu. Sel di Indonesia terus mengadopsi arahan
amirnya di Suriah itu. Al-Baghdadi tidak peduli, siapa pun yang dianggap
bertentangan akan diserangnya.
Dengan
logo bendera hitam dan potong leher, ISIS telah mendapatkan reputasi untuk
aturan brutal di daerah yang dikendalikannya. Semua diatur dengan hukum
syariat Islam yang sangat keras. Sejak dia menjadi ”khalifah” pada 29 Juni
2014, Al-Baghdadi mendesak umat Islam di seluruh dunia untuk pindah dan
bergabung dengannya.
Nah,
dalam perjalanannya, ISIS yang kini berganti nama menjadi Islamic State telah melakukan
serangkaian serangan teror, tidak hanya di Suriah, tetapi juga di pelbagai
negara lain. Apabila sebuah serangan sukses, IS akan mengakui. Tetapi,
apabila sebuah teror gagal, mereka akan diam saja.
Pejabat
Australia memberikan informasi bahwa Bahgdadi akan membentuk Negara Khalifah
Jauh di Indonesia. Serangan di kawasan Sarinah kali ini lebih merupakan upaya
menunjukkan eksistensi sel ISIS di Indonesia. Bisa diperkirakan bahwa
serangan masa depan sangat potensial karena di Indonesia itu banyak kelompok
kecil yang sebagian besar berorientasi pada ISIS.
Karena
itu, pemerintah sebaiknya lebih tegas menangani masalah ancaman teroris dalam
bentuk mempersempit ruang gerak mereka, memotong aliran dana, dan meneruskan
upaya deradikalisasi, khususnya pembinaan napi terorisme karena di antara
penyerang terdapat napiter eks latihan
militer di Aceh.
Kecepatan
aparat keamanan (Polri) dalam mengantisipasi serta mengendalikan situasi
keamanan dalam waktu singkat sekitar empat jam, penulis akui, sangat sukses
karena dapat mereda kepanikan warga yang butuh kejelasan terhadap peristiwa
teror yang terjadi.
Masyarakat
menjadi lebih tenteram dan pengaruh negatif baik ke bidang ekonomi,
pariwisata, serta lainnya tidak terjadi. Yang diperlukan masyarakat untuk
berhati-hati dengan informasi penyesatan, jangan mudah percaya isu-isu yang
beredar. Tidak perlu takut, tapi tetap waspada. Semoga bermanfaat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar