Senin, 18 Januari 2016

Konser ISIS di Sarinah Thamrin

Konser ISIS di Sarinah Thamrin

Prayitno Ramelan  ;   Analis Intelijen www.ramalanintelijen.net
                                                  KORAN SINDO, 16 Januari 2016

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Kamis (14/1/2015) siang masyarakat Jakarta dikejutkan dengan serangkaian serangan teror berupa bom bunuh diri dan penembakan oleh sekelompok orang di lingkungan Gedung Sarinah, Thamrin, Jakarta.

Dalam serangan tersebut, menurut penjelasan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian, tercatat tujuh korban meninggal dunia dan 24 lainnya mengalami luka-luka. Di antara yang meninggal, lima orang diduga pelaku, satu warga sipil, dan satu lainnya warga negara Kanada.

Korban tewas dikirim ke RS Polri Kramat Jati untuk dilakukan pengecekan data. Sementara di antara korban yang luka-luka terdiri atas 5 anggota Polri, 4 warga asing (1 warga Belanda, 1 Austria, 1 Jerman, 1 warga Aljazair), dan 15 warga sipil. Para korban luka-luka dirawat di RS Gatot Soebroto, RSCM, RS Husada, RS Tarakan, dan RS MMC.

Rencana Awal Serangan Teror

Sebenarnya rencana serangan ke arah Ibu Kota ini sudah tercium sejak pertengahan Desember 2015. Dari operasi khusus sejak 18 Desember hingga 23 Desember 2015, Densus 88 Mabes Polri telah melakukan penggerebekan dan penangkapan jaringan teror yang mengancam Jakarta. Jumat (18/12/2015) telah ditangkap Iwan alias Koki di Kota Banjar, Jawa Barat; disusul Asep Urip, 31, dan Zaenal, 35, sore harinya di Tasikmalaya.

Mereka diduga memiliki kemampuan merakit bom. Keduanya diduga berencana melakukan aksi bom bunuh diri pada akhir Desember. Asep diberitakan adalah pengajar pada Pondok Pesantren Al Mubarok, Tasikmalaya, sedangkan Zaenal yang berasal dari Sulawesi sejak enam bulan terakhir diketahui menjadi santri di pondok pesantren tersebut.

Sabtu (19/12/2015) Densus melakukan penangkapan terhadap Abdul Karim alias Abu Jundi di Kota Sukoharjo dan menemukan barang bukti di antaranya pupuk urea, paku, gotri, switching, parang, parafin, buku-buku panduan merakit bom, serta sebuah peta daerah Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Hingga Minggu (20/12/2015) dini hari, Densus melakukan penangkapan di wilayah kota dan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Terduga teroris yang ditangkap bernama Indraji Idham Wijaya, 28, alias Imran, Bambang Sugito alias Teguh alias Basuki, dan Choirul Anam alias Bravo alias Kartolo. Jaringan tersebut di atas adalah jaringan di bawah kepemimpinan Abu Jundi. Dalam pengungkapan dokumen didapatkan sandi pengganti dari pengantin sebagai pengebom bunuh diri menjadi serangan konser.

Rabu (23/12/2015) Densus telah melakukan penangkapan dua terduga teroris di Bekasi yaitu AH (Arief Hidayatullah) alias AM (Abu Mushab), 31, serta AL di sebuah rumah kontrakan milik Solihin di Jalan Duku Jaya, Bekasi. Menurut Polri, Arief bertugas sebagai koordinator dan memfasilitasi warga negara Indonesia yang ingin berperang di Suriah bersama ISIS.

”Abu Mushab atau AH, adalah tokoh utamanya, sudah tertangkap,” kata Kapolda Metro Jaya Tito Karnavian. Sementara AL adalah warga negara China yang berasal dari Uighur yang merupakan anggota ISIS terkait dengan DPO Polisi, Santoso di Poso. Saat penangkapan, polisi menemukan banyak bahan baku untuk merakit bom dan juga ditemukan buku cara membuat/merakit bom.

Kadiv Humas Polri Anton Charlian menjelaskan, terduga teroris di Bekasi yang ditangkap berafiliasi dengan ISIS dan kelompok-kelompok radikal lain di luar negeri. Sedangkan teroris yang berada di Jawa Tengah berafiliasi dengan kelompok Solo, sementara kelompok Jawa Timur berafiliasi dengan kelompok Klaten yang memproduksi bom rakitan.

Perubahan Waktu serta Pelaku Serangan Teror

Sebetulnya kesulitan utama mendeteksi serangan teror, mereka juga berkemampuan melakukan desepsi, menyatakan akan menyerang Polda Metro Jaya, Istana, Kapolri, dan Kedutaan Besar dengan waktu yang belum jelas. Dengan ada informasi akan ada serangan, kesiagaan aparat ditingkatkan pada peringatan pergantian Tahun Baru 2015-2016 di Jakarta.

Sementara sel teror yang merencanakan akan melakukan serangan konser pada hari Natal dan Tahun Baru menjadi batal karena serangan yang mereka rencanakan terbongkar dan bahkan dua jaringan utama telah ditangkap. Tampaknya mereka melakukan perubahan rencana atau ”plan B”, di mana serangan dilakukan oleh sel lain.

Seperti diketahui bahwa dengan pola desentralisasi di kalangan ISIS, sesuai fatwa pimpinan ISIS Abu Bakr al-Baghdadi di Suriah, agar jaringan ISIS melakukan serangan ”musuh jauh” di samping ”musuh dekat”, jaringan dinegara-negara di luar Suriah melakukan serangan dengan pola serangan teror di Paris pada 13 November 2015.

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian yang kemarin pagi bersama penulis menjadi narasumber di salah satu stasiun televisi menjelaskan, ”Masih cukup banyak anggota jaringan teroris dalam bentuk sel kecil yang masih buron. Ini masalahnya. Sekali kita melakukan penangkapan, mereka bergerak. Ini keunikannya. Mereka terhubung satu sama lain. Mereka memiliki sebagian kemampuan operasi militer juga. Ketika kita bergerak menangkapi satu sel, sel lain akan berpindah.”

Nah, menurut penulis, sel lain itulah yang melakukan serangan ke kawasan Sarinah. Dari hasil pemeriksaan terhadap Abu Mushab, yang mengakui bahwa dia mendapat perintah dari Bahrun Naim, yang diketahui juga salah satu anggota jaringan teroris Indonesia yang membentuk Katibah Nusantara.

Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo alias Naim pada 9 November 2010 ditangkap bersama ratusan butir amunisi ilegal. Dia diadili PN Surakarta pada 9 Juni 2011 dan divonis penjara dua tahun enam bulan. Bahrun Naim inilah yang dikatakan oleh Tito sebagai perencana serangan ke Sarinah. Tito menegaskan, ”Khusus di Asia Tenggara, ada satu tokoh yaitu Bahrun Naim yang ingin mendirikan Katibah Nusantara,” kata Tito Karnavian. Keberadaan Bahrun diperkirakan ada di Suriah.

Konser ISIS di Kawasan Sarinah

Sejak penangkapan pada Desember 2015, khususnya penangkapan Abu Mushab serta AL, warga Uighur di Bekasi, penulis memperkirakan bahwa sel ISIS sudah terencana akan menyerang Jakarta. Dalam pattern teroris, safe house adalah pembuktian, ke mana mereka akan menyerang. Safe house di Bekasi dapat dikatakan valid untuk persiapan sebuah konser di Jakarta.

Setelah serangan berlangsung, dalam rilis di medianya, ISIS menyatakan resmi mengklaim bahwa serangan di Sarinah Jakarta tersebut dilakukan oleh ”para prajurit khalifah”. Target mereka adalah ”warga koalisi perang salib” yang melawan ISIS, kata pernyataan itu. Mengapa mereka memilih kawasan Sarinah?

Pertama, Jakarta adalah ibu kota Indonesia, yang merupakan barometer stabilitas keamanan. Hal ini disadari benar oleh Presiden Jokowi, yang langsung kembali ke Jakarta dari kunjungannya di Cirebon, kemudian mengunjungi tempat kejadian perkara (TKP), bahkan pascaserangan. Presiden ingin menegaskan bahwa situasi sudah kondusif dan aman.

Kedua, Sarinah adalah bangunan monumental. Walau pusat belanja lama, nama Sarinah dan Jakarta adalah simbol yang kuat. Gangguan stabilitas keamanan bisa berimbas ke persoalan ekonomi atau pariwisata serta masalah sosial lainnya. Selain itu, di Gedung Menara Cakrawala terdapat Kafe Starbucks yang merupakan simbol Barat, juga terdapat warga negara asing di sana, dan memang terbukti ada beberapa orang asing yang menjadi korban.

Ketiga, penyerang melakukan ambush ke pos polisi di muka Sarinah, meledakkannya, dan berusaha membunuh polisi. Karena itu, konser di kawasan Sarinah memang sudah mereka rencanakan dengan teliti. Mereka mengharapkan dampak psikologisnya akan besar.

Analisis Serangan dan Kesimpulan

Dari pola serangan, sel penyerang seperti penulis pernah sampaikan jelas terinspirasi dan termotivasi oleh Paris attack pada November tahun lalu. Sel di Indonesia terus mengadopsi arahan amirnya di Suriah itu. Al-Baghdadi tidak peduli, siapa pun yang dianggap bertentangan akan diserangnya.

Dengan logo bendera hitam dan potong leher, ISIS telah mendapatkan reputasi untuk aturan brutal di daerah yang dikendalikannya. Semua diatur dengan hukum syariat Islam yang sangat keras. Sejak dia menjadi ”khalifah” pada 29 Juni 2014, Al-Baghdadi mendesak umat Islam di seluruh dunia untuk pindah dan bergabung dengannya.

Nah, dalam perjalanannya, ISIS yang kini berganti nama menjadi Islamic State telah melakukan serangkaian serangan teror, tidak hanya di Suriah, tetapi juga di pelbagai negara lain. Apabila sebuah serangan sukses, IS akan mengakui. Tetapi, apabila sebuah teror gagal, mereka akan diam saja.

Pejabat Australia memberikan informasi bahwa Bahgdadi akan membentuk Negara Khalifah Jauh di Indonesia. Serangan di kawasan Sarinah kali ini lebih merupakan upaya menunjukkan eksistensi sel ISIS di Indonesia. Bisa diperkirakan bahwa serangan masa depan sangat potensial karena di Indonesia itu banyak kelompok kecil yang sebagian besar berorientasi pada ISIS.

Karena itu, pemerintah sebaiknya lebih tegas menangani masalah ancaman teroris dalam bentuk mempersempit ruang gerak mereka, memotong aliran dana, dan meneruskan upaya deradikalisasi, khususnya pembinaan napi terorisme karena di antara penyerang terdapat napiter eks latihan militer di Aceh.

Kecepatan aparat keamanan (Polri) dalam mengantisipasi serta mengendalikan situasi keamanan dalam waktu singkat sekitar empat jam, penulis akui, sangat sukses karena dapat mereda kepanikan warga yang butuh kejelasan terhadap peristiwa teror yang terjadi.
Masyarakat menjadi lebih tenteram dan pengaruh negatif baik ke bidang ekonomi, pariwisata, serta lainnya tidak terjadi. Yang diperlukan masyarakat untuk berhati-hati dengan informasi penyesatan, jangan mudah percaya isu-isu yang beredar. Tidak perlu takut, tapi tetap waspada. Semoga bermanfaat. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar