Kamis, 07 Januari 2016

Jaga Keseimbangan Kepentingan Nasional

Jaga Keseimbangan Kepentingan Nasional

  Rene L Pattiradjawane  ;  Wartawan Senior Kompas
                                                       KOMPAS, 06 Januari 2016

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun ini menjadi kenyataan baru bagi model kerja sama kawasan yang terintegrasi. Berbeda dengan kesepakatan sejenis, seperti Uni Eropa, MEA yang diundur pelaksanaannya selama setahun ini memiliki beberapa perbedaan strategis yang diharapkan mampu mendorong dinamika kerja sama ekonomi, perdagangan, dan keuangan di kawasan Asia Tenggara.

Keanekaragaman MEA memang menjadi unik ketika gabungan entitas ekonomi ASEAN menjadi yang ketujuh terkuat dunia dengan nilai produk domestik bruto mencapai sekitar 2,5 triliun dollar AS. Dengan dimulainya MEA, ASEAN diharapkan menjadi entitas ekonomi lima besar dunia setelah AS, Tiongkok, Jepang, dan Jerman.

Perjanjian MEA mengisyaratkan, perbatasan nasional sekarang dan pada masa mendatang memiliki arti ekonomi yang signifikan. Kawasan-kawasan di dalam ASEAN yang sebelumnya sangat tergantung pemerintahan pusat masing-masing dalam menata pertumbuhan ekonomi, sekarang memiliki peluang untuk menyatu dalam pasar ekonomi dan perdagangan yang sangat luas serta bisa memiliki inisiatif-inisiatif baru yang mampu mendorong dinamika pertumbuhan kawasan.

Perlu diingat, MEA hadir sebagai jawaban atas semakin kuatnya Tiongkok dan India, terutama setelah 2017 kedua negara besar Asia ini akan tumbuh sangat signifikan dibandingkan dengan rata-rata dunia. MEA menjadi semakin penting karena dengan kesatuan kekuatan ekonomi, perdagangan, dan keuangan, kawasan Asia Tenggara memiliki peluang berhadapan dengan Tiongkok dan India sebagai entitas regional ketimbang setiap negara ASEAN bergerak sendiri.

Ada beberapa faktor yang menjadi dasar mengantisipasi pertumbuhan MEA. Pertama, sudah ada kecenderungan perekonomian Tiongkok berdampak pada berbagai pertumbuhan yang terjadi di kawasan-kawasan pertumbuhan dunia. Faktor penurunan atau kenaikan dalam perekonomian Tiongkok segera berdampak terhadap ekonomi di banyak negara dunia.

Anjloknya pasar saham Tiongkok di bursa Shanghai dan Shenzhen, awal pekan ini, tidak terkait dengan fundamental perekonomian RRT, ekonomi global, ataupun peristiwa geopolitik lain. Sebab, pada dasarnya, pasar saham Tiongkok memang tidak pernah diperdagangkan atas alasan tersebut, tetapi lebih pada kondisi ekonomi Tiongkok sendiri.

Anjloknya bursa saham Shanghai dan Shenzhen sekarang ini mencerminkan kondisi nyata ekonomi dalam negerinya ataupun fluktuasi mata uang renminbi yang menghadapi penyesuaian devaluasi ketika menjadi salah satu mata uang baru yang diperdagangkan secara global. Interdependensi ekonomi Tiongkok sudah sangat melekat dengan ekonomi global sehingga berbagai gejolak akan segera memengaruhi situasi ekonomi, perdagangan, dan keuangan global.

Kedua, dasar penting dalam MEA sebagai entitas ekonomi dan perdagangan sangat terkait erat dengan keseluruhan gagasan tentang masyarakat ASEAN secara menyeluruh, ditopang oleh pilar politik-keamanan dan pilar sosial-budaya. Artinya, MEA akan menjadi kulminasi baru dalam memperhitungkan kesetimbangan kepentingan nasional ketika setiap negara ASEAN menyesuaikan perimbangan menyeluruh terkait dengan kepentingan nasional masing-masing.

Kesetimbangan dinamis mempertahankan penyesuaian atas kepentingan nasional, mengisyaratkan semakin luas dan mendalamnya praktik-praktik diplomasi ekonomi, diplomasi perdagangan, dan diplomasi keuangan. Aktivitas diplomasi ini tak hanya digunakan untuk menjaga keseimbangan kepentingan nasional antar-ASEAN, tetapi juga ketika berhadapan dengan negara besar, seperti Tiongkok, India, AS, dan Jepang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar