Kamis, 12 November 2015

Being silenced in Ubud

Being silenced in Ubud

Andina Dwifatma  ;  The writer lectures at the School of Communication, Atma Jaya Catholic University, Jakarta; Her short story, “One season, and the next”, is published in 17,000 Islands of Imagination: A Bilingual Anthology of Indonesian Writing,
launched at this year’s Ubud Writers and Readers Festival
                                               JAKARTA POST, 11 November 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

The recent Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2015 controversy raises the question: Whatever happened to our much-vaunted freedom of speech?

Three discussion sessions related to communism and 1965 were canceled, including a panel on Bali in 1965, a screening of The Look of Silence by Joshua Oppenheimer, and a photo exhibition of The Act of Killing on 1960s survivors.

I was a participant in the Emerging Writers program. The cancelled discussions extended to other issues that could potentially “disturb the public peace” — or at least that was what local authorities seemed to think.

The discussion of Bali’s reclamation plan was canceled, so was a book launch by fellow author Eliza Vitri Handayani.

Eliza, a novelist who for some time lived in Norway, has written a book about her youth in the early reform period in 1998, entitled From Now On Everything Will Be Different. She talked about neither communism nor 1965 in the book.

During the event Eliza walked around wearing a T-shirt depicting scenes from her novel, and handed out her name cards explaining the cancelation of her book launch.

A rather unique case occurred regarding the canceled launch of the novel The Crocodile Hole by Saskia Wieringa, a lecturer in Amsterdam and a researcher on gender studies. It was canceled evidently because the content included Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia, or Indonesian Women’s Movement) one of the largest Indonesian women’s organizations in the 1950s and 1960s, and an affiliate of the Indonesian Communist Party.

Cleverly, the Yayasan Jurnal Perempuan (Women’s Journal Foundation), the novel’s publisher, moved the event to Nuri’s Nacho Mama’s restaurant, near a main venue of the festival.

Police and intelligence agents monitored the event, some in plain clothes and taking pictures of everyone. A friend who was there asked one of them what the pictures were for and his answer was simply “documentation”.

However, the show passed off well because organizers told the local authorities that it was a mere luncheon where people were free to talk about anything.

Couldn’t the festival committee have used similar tactics? At the opening press conference, Indonesia program manager I Wayan Juniartha said local authorities had not directly prohibited selected discussions, but only refered to certain rules and advised them to cancel them, otherwise the whole festival could have been in jeopardy.

I believe the committee did everything it could with the best interests at heart. However, I cannot help but wonder if there was any way to do more, to fight more, to keep more of the events. Panel names could be replaced. Some things may have had to be compromised, but to just cancel all discussions that might worry authorities was very unfortunate.

The panel discussion on Bali’s planned reclamation, for example, was the least we could do for Bali’s best interests.

Perhaps the panel could not provide practical solutions, but at least they could have conveyed the concerns of local intellectuals (participants in the “writers and readers festival”, right?) to the people of Bali, where the event was held. If this could not be done, maybe we should not bother talking about history and reconciliation, among themes mentioned by the organizers.

The reason used by local authorities to advise the committee to cancel some sessions was also questionable. One panel discussion about Papua did make it through this so-called censorship, featuring Papuan journalist and novelist Aprila Wayar. I was present there, and Aprila talked loudly and forcefully about injustices in Papua.

Aprila repeatedly declared that Papua does not benefit from its status as part of Indonesia. There was no intelligence agent present during the discussion.

Festivals like the UWRF should be an arena of free expression, of exchanging ideas and experiences. Not only about literature, but also social and political contexts, because literature should not and need not be separated from them. It is precisely by involving as many elements of the community as possible that the festival gets its meaning.

The issue of communism and the year of 1965 has always been full of controversy. Screenings of Oppenheimer’s movie are almost always banned, yet many campuses and communities across Indonesia have managed to screen it anyway, and they clearly have neither greater resources nor funds than the UWRF.

This year’s festival made me realize that the issue is not merely censorship of discussion of communism and 1965. It is not about a case of cracking open an old wound or a reconstruction of history.

It is far bigger than that: we are being silenced. We are being denied our rights as citizens to discuss what is important to us. When voting for President Joko “Jokowi “ Widodo, I never imagined people in certain regions in this country would not be able to discuss their own problems in a festival held in their own land.

Even more troubling is to guess in which direction we are heading as a nation.

3 komentar:

  1. Halo,
    Nama saya FARRELL INDAH dari Jakarta, Indonesia, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada MOTHER JULIANA karena telah membantu saya mendapatkan pinjaman yang baik dan menghilangkan rasa malu setelah lama mengalami kekecewaan dari begitu banyak perusahaan pinjaman palsu. Saya seorang petani besar, beberapa waktu lalu saya kehilangan segalanya karena banjir di jakarta, saya sangat tertekan tidak ada untuk mengandalkan, bisnis saya hancur, saya harus mulai mencari pinjaman dari mana-mana, tidak ada yang siap membantu bukan mereka berakhir up tricking dari sedikit uang yang tersisa dengan saya. Saya melewati banyak hal sampai suatu hari saya menemukan kesaksian ADHIARJA BAYU berbicara tentang bagaimana dia diberikan pinjaman oleh ibu JULIANA.

    saya segera menghubungi Ibu ADHIARJA BAYU melalui email hanya untuk mengonfirmasi betapa benarnya IBU JULIANA setelah serangkaian bukti yang dia berikan kepada saya. Saya senang menghubungi IBU dan kebenaran dia benar-benar dikirim oleh Tuhan. Begitulah cara saya bisa mendapatkan pinjaman sebesar Rp900.000.000 dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa mengeluarkan apa-apa, saya hanya diminta mengisi formulir permohonan pinjaman dan dalam waktu singkat uang itu ditransfer ke rekening bank saya. hati saya dipenuhi dengan kegembiraan ketika saya mendapatkan peringatan, sekarang saya sepenuhnya kembali ke bisnis pertanian saya dan saya hidup bahagia dengan keluarga saya semua berkat IBU JULIANA DAN STAF perusahaannya karena telah menyelamatkan keluarga saya.

    Sejak hari itu saya telah memutuskan untuk bersaksi kepada dunia tentang apa yang dilakukan oleh IBU JULIANA untuk saya dan keluarga saya.
    Jadi saya menyarankan semua orang yang membutuhkan pinjaman untuk menghubungi IBU JULIANA

    E-MAIL: (julianaloans@gmail.com),
    WHATSAPP +1 (678) 881 8428,

    Dan saya jamin Anda akan terkejut sama seperti saya terkejut oleh IBU. Anda juga dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut tentang IBU, email saya:

    (farrellindah53@gmail.com)
    dan Anda masih dapat menghubungi ADHIARJA BAYU yang kesaksiannya saya lihat melalui

    email: (adhiarjabayu@gmail.com).

    Semoga Allah terus memberkati dan mencintai IBU JULIANA karena mengubah status keuangan saya seumur hidup.

    BalasHapus
  2. Hamza serenah J.

    jika saya tidak membagikan kesaksian saya tentang bagaimana saya menerima kredit dari perusahaan dan ibu yang sangat andal, itu berarti saya tidak ingin kemajuan sesama warga negara saya, kesaksian saya mengejutkan, saya tinggal bersama istri saya di Kota Medan Di Indonesia, dan kami diberkati dengan dua anak, pada satu titik dalam hidup kami sebagai suami dan istri, hidup menjadi sangat tak tertahankan bagi kami setelah suami saya kehilangan barang-barangnya di laut lepas, karena suami saya adalah importir dan pengekspor barang, dan karena peristiwa yang mengerikan ini, suamiku tidak dapat mengatasinya dengan baik dan dia berhutang budi kepada bank dan individu dan kemudian kami memutuskan untuk mencari pinjaman online dan kami pertama kali menghubungi seorang wanita dari Nigeria untuk mendapatkan pinjaman dan semuanya sia-sia kami kehilangan semua uang kami lagi dengan meninggalkan pemberi pinjaman palsu dari Nigeria ini yang menipu kami untuk membayar hampir Rp30.000,000 - dan akhirnya kami tidak mendapatkan pinjaman, jadi hidup menjadi begitu tak tertahankan bagi kami dan anak-anak kami dan kami tidak punya cukup uang untuk makan setiap hari dan rawat anak-anak kita dengan baik . Kemudian pada hari yang setia ketika saya mencari di internet, kemudian saya menemukan kesaksian dari seorang teman tentang bagaimana dia mendapat pinjaman dari pemberi pinjaman tepercaya, Ny. Juliane Woodrich, dan saya sangat tersentuh oleh kesaksiannya, dan kemudian saya menghubungi teman saya dan dia mengirimi saya bukti tentang hal ini dan menceritakannya kepada saya dan saya harus menghubungi Mrs. Juliana dan kemudian saya mengajukan pinjaman 1,5 miliar (Rp 1.500.000.000) dan pada awalnya saya berpikir bahwa Mrs. Juliana tidak akan dapat pinjami saya jumlah ini tetapi semua untuk kemuliaan Allah yang menuntun saya, pinjaman saya disetujui setelah saya menyadari bahwa saya perlu mendapatkan dokumen pinjaman saya sebagai bukti bahwa saya adalah pembeli yang bertanggung jawab, dan setelah itu pinjaman saya berhasil disetujui dan dipindahkan ke rekening bank saya dan seluruh proses hanya memakan waktu 4 jam dan saya sangat berterima kasih, saya memujanya dan ketika saya memeriksa saldo akun kredit saya ada di sana jadi saya memutuskan saya harus membagikan kesaksian saya tentang perbuatan baik Mrs. juliana jadi saya ingin mendorong Siapa saja yang meminta pinjaman untuk dihubungi Ms. Juliana melalui email:

    julianaloans@gmail.com
    WHATSApp +1 (678) 881-8428
     
    dia adalah pemberi pinjaman nyata dan pemberi pinjaman bagi mereka yang dalam kesulitan keuangan. Anda juga dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut melalui email: serenahhudson007@gmail.com

    Anda juga dapat menghubungi teman saya yang memperkenalkan saya kepada Ibu Juliana Luka Marko melalui email: lukamarkop@gmail.com untuk informasi dan pertanyaan lebih lanjut.

    Selamat tinggal dan semoga Allah terus memberkati Anda.

    BalasHapus
  3. Saya Suryanto dari Indonesia di Kota Palu, saya mencurahkan waktu saya di sini karena janji yang saya berikan kepada LADY ESTHER PATRICK yang kebetulan adalah Tuhan yang mengirim pemberi pinjaman online dan saya berdoa kepada TUHAN untuk dapat melihat posisi saya hari ini.

    Beberapa bulan yang lalu saya melihat komentar yang diposting oleh seorang wanita bernama Nurul Yudianto dan bagaimana dia telah scammed meminta pinjaman online, menurut dia sebelum ALLAH mengarahkannya ke tangan Mrs. ESTHER PATRICK. (ESTHERPATRICK83@GMAIL.COM)

    Saya memutuskan untuk menghubungi NURUL YUDIANTO untuk memastikan apakah itu benar dan untuk membimbing saya tentang cara mendapatkan pinjaman dari LADY ESTHER PATRICK, dia mengatakan kepada saya untuk menghubungi Lady. Saya bersikeras bahwa dia harus memberi tahu saya proses dan kriteria yang dia katakan sangat mudah. dari Mrs. ESTHER, yang perlu saya lakukan adalah menghubunginya, mengisi formulir untuk mengirim pengembalian, mengirim saya scan kartu identitas saya, kemudian mendaftar dengan perusahaan setelah itu saya akan mendapatkan pinjaman saya. . Lalu saya bertanya kepadanya bagaimana Anda mendapatkan pinjaman Anda? Dia menjawab bahwa hanya itu yang dia lakukan, yang sangat mengejutkan.

     Saya menghubungi Mrs ESTHER PATRICK dan saya mengikuti instruksi dengan hati-hati untuk saya, saya memenuhi persyaratan mereka dan pinjaman saya disetujui dengan sukses tetapi sebelum pinjaman dipindahkan ke akun saya, saya diminta membuat janji untuk membagikan kabar baik tentang Mrs. ESTHER PATRICK dan itulah mengapa Anda melihat posting ini hari ini untuk kejutan terbesar saya, saya menerima peringatan Rp350.000.000. jadi saya menyarankan semua orang yang mencari sumber tepercaya untuk mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Mrs. ESTHER PATRICK melalui email: (estherpatrick83@gmail.com) untuk mendapatkan pinjaman yang dijamin, Anda juga dapat menghubungi saya di Email saya: (suryantosuryanto524@gmail.com)

    BalasHapus