Sekolah sebagai Ruang Dialog
Anggi Afriansyah ;
Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Jakarta
|
JAWA
POS, 25 September 2015
Merupakan negara dengan karakteristik
masyarakat yang sangat beragam. Negara yang dibangun oleh keragaman kelas sosial
ekonomi, budaya, bahasa, maupun agama.
Munculnya perbedaan gagasan maupun pemahaman
tentang kehi dupan sosial masyarakat dan berbangsa lumrah terjadi. Karena
itu, hubungan antarkelompok yang memiliki perbedaan ideologi, gagasan, maupun
pemahaman politik yang berbeda harus betul-betul dikelola dengan baik.
Potensi penggunaan kekerasan serta terjadinya
dominasi kelompok yang kuat terhadap yang lemah harus mampu diminimalkan.
Yang kuat menindas yang lemah atau mayoritas menyingkirkan minoritas adalah
catatan kelam yang harus dihapus.
Kekerasan atas nama agama, atas nama
mayoritas, dan atas nama persaingan politik masih saja terus terjadi. Jika
itu terus terjadi, bangsa ini akan selalu terombang-ambing dalam konflik yang
tak pernah selesai.
Salah satu sebab terjadinya konflik di beragam
tempat di Indonesia adalah minimnya kemampuan komunikasi lintas budaya
ataupun agama, minimnya kemampuan berdialog. Padahal, menurut Parekh ( 2000),
dalam konteks masyarakat multikultural, dialog antarbudaya merupakan hal yang
sangat penting.
Dialog menjadi penting karena cara pandang
tiap kelompok yang ada di masyarakat pasti berbeda antara satu dengan
lainnya. Oleh karena itu, membangun kebiasaan menyelesaikan setiap
permasalahan melalui dialog menjadi kebutuhan yang sangat mendasar. Sekolah
menjadi salah satu ruang yang dapat dioptimalkan untuk melatih pembiasaan
dialog yang konstruktif.
Pembiasaan dialog bukan perkara mudah. Tapi,
bukan juga hal mustahil yang dapat terus-menerus diupayakan. Sikap terbuka
dan keberanian berdialog dalam kehidupan sehari-hari menjadi penting untuk
terus-menerus dilakukan.
Sekolah adalah medium yang paling tepat untuk
memupuk kebiasaan dan keberanian melakukan dialog. Dialog dilakukan agar ada
sikap saling memahami antarkelompok budaya maupun agama serta meminimalkan
gesekan-gesekan konflik.
Sekolah merupakan wahana internalisasi
akademik, nilai, norma, dan budaya. Pembelajaran dan aktivitas harian di
sekolah sudah seharusnya tidak hanya berfokus pada konstruksi kemampuan
intelektual akademik saja, tetapi juga pada pendidikan karakter serta
pemahaman dunia sosial bagi peserta didik.
Internalisasi pemahaman dunia
sosial dapat dilakukan di sekolah karena peserta didik berinteraksi dengan
guru, staf sekolah, ataupun sesama peserta didik dengan status sosial
ekonomi, budaya, maupun agama yang beragam.
Sudah seharusnya sekolah menjadi tempat di
mana dialog diutamakan, nilai-nilai sportivitas dikedepankan, dan toleransi
menjadi kunci. Dialog menjadi penting agar penyelesaian setiap permasalahan
tak perlu menggunakan kekerasan.
Maraknya penggunaan kekerasan dalam
menyelesaikan permasalahan akhir-akhir ini merupakan tanda bahwa kita belum
terbiasa menyelesaikan permasalahan dengan dialog. Kegagapan berdialog dengan
santun harus segera dicarikan solusinya. Sekolah memegang peranan penting
dalam pembiasaan dialog. Ruang dialog di sekolah harus dibangun dan dirawat.
Jika di lingkungan keluarga peserta didik
berhadapan dengan nilai-nilai yang relatif seragam, di lingkungan sekolah
mereka akan berhadapan dengan nilai-nilai yang lebih beragam.
Apalagi dengan kondisi Indonesia yang beragam
secara sosial ekonomi, budaya, maupun agama. Peserta didik sejak masuk ke
dunia sekolah harus dikenalkan pada semangat kebangsaan serta kesadaran penuh
akan kondisi Indonesia yang beragam.
Karakteristik sekolah negeri yang memiliki
peserta didik dengan latar status sosial ekonomi, budaya, maupun agama yang
lebih beragam memegang peranan penting dalam menginternalisasi kemampuan
berdialog dengan beragam kalangan. Para peserta didik di sekolah negeri
memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk berinteraksi dengan beragam
kalangan.
Sebaliknya, sekolah dengan corak keagamaan
seperti madrasah ataupun sekolah Katolik yang memiliki mayoritas peserta
didik yang berasal dari satu agama tentu memiliki keterbatasan pergaulan
lintas agama di lingkungan sekolah. Sekolah dengan karakteristik tersebut
perlu memiliki program pembelajaran ataupun aktivitas harian yang melibatkan
peserta didik mengenal realitas keragaman yang ada di Indonesia.
Program kunjungan ke tempat peribadatan
masyarakat yang berbeda agama, kunjungan ke sekolah dengan corak keagamaan
yang berbeda, penyelenggaraan kejuaraan bersama antarsekolah, maupun
kegiatan-kegiatan dengan sekolah yang berbeda latar keagamaan penting dilakukan.
Pembiasaan kerja sama lintas agama sejak masih
di sekolah ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa saling percaya dan mengikis
kecurigaan. Dialog-dialog yang dilakukan secara intensif akan mempererat
hubungan persaudaraan.
Melalui pembelajaran di kelas maupun aktivitas
harian di sekolah, peserta didik bisa mendapatkan beragam perspektif
kehidupan. Mereka jadi terbiasa mendialogkan setiap permasalahan yang ada di
kehidupan sehari-hari mereka.
Ruang kelas harus menjadi arena kontestasi
atau pergulatan ide. Pemikiran tiap peserta didik harus dihargai oleh seluruh
elemen kelas. Pembelajaran harus memicu peserta didik untuk menyampaikan
gagasan. Masingmasing peserta didik harus terbiasa mendengarkan pendapat dari
rekan sebayanya ataupun guru yang sedang menyampaikan argumentasinya.
Para peserta didik akan menghadapi zaman
dengan permasalahan yang semakin kompleks. Kemungkinan untuk bertemu dengan
masyarakat dengan status sosial ekonomi, budaya, dan agama lintas bangsa akan
semakin terbuka. Sekat-sekat semakin terbuka.
Oleh karena itu, proses pendidikan di sekolah
harus memberikan pemahaman akan komunikasi lintas budaya dan lintas agama
kepada para peserta didik. Apresiasi lintas budaya, lintas agama, maupun
lintas bangsa menjadi penting diinternalisasikan di sekolah agar peserta
didik tidak alergi terhadap perbedaan.
Dengan pembiasaan dialog sejak di sekolah,
harapannya para peserta didik akan menjadi individu-individu yang sadar bahwa
kehidupan yang damai adalah sesuatu yang bisa diupayakan dan diciptakan.
Mereka adalah cikal bakal pemimpin masa depan negeri ini. Tentu menjadi
harapan bersama jika rasa aman dan damai selalu menyelimuti Indonesia, negeri
yang sangat kita cintai. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar