Islam Nusantara Sangat Dinantikan Dunia
Said Aqil Siradj ;
Ketua Umum PBNU
|
KORAN
SINDO, 01 Agustus 2015
Muktamar Ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) akan dibuka di
Jombang, Jawa Timur, malam ini. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj
menuturkan banyak hal mengenai kepemimpinannya dalam lima tahun terakhir.
Said juga banyak menjelaskan perihal Islam Nusantara yang menjadi tema
muktamar kali ini.
Masa jabatan Anda sebagai ketua umum PBNU segera berakhir.
Bagaimana perasaan Anda?
Alhamdulillah, selama ini saya dan seluruh pengurus PBNU
mampu melaksanakan amanat Muktamar Makassar 2010 walaupun tentu di sanasini
banyak kekurangan. Beberapa amanat tidak berhasil dirampungkan karena memang
berat dan sulit. Contohnya agenda mengembalikan dan memperjelas status hukum
aset-aset NU.
Aset yang kecil-kecil memang sudah bisa kembali, tapi
tanah yang berhektare- hektare belum. Saya juga bersyukur, semua lembaga,
lajnah, dan badan otonom periode kali ini berperan aktif. Selama periode ini,
alhamdulillah pembangunan 24 universitas NU, 62 SMK, penarikan kembali 3
rumah sakit NU, dan sebagainya bisa dilakukan dengan baik.
Yang perlu saya tekankan juga adalah soal keuangan. Baru
periode ini, sistem keuangan PBNU terbuka, siapa pun dapat mengawasi. Saya
juga berusaha agar NU menjaga jarak dan hubungan baik dengan semua pihak,
dengan Istana, dengan DPR, dengan Mabes TNI, dengan Mabes Polri, dengan dunia
internasional, dengan siapa saja.
Apa pentingnya Islam Nusantara yang menjadi tema Muktamar
Jombang ini?
Lengkapnya, “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban
Indonesia dan Dunia”. Jadi begini, Islam Nusantara merupakan warisan dari
para wali, terutama Wali Songo, yang berhasil mengislamkan dan mewarnai
dengan dakwah Nusantara bil hikmah
(dengan kebijaksanaan), wal mauwal
mauidhah hasanah (nasihat), wal
mujadalah (diskusi), tidak dengan kekerasan.
Islam yang dibawa Wali Songo ialah Islam yang terbuka dan
melebur dengan tradisi-budaya tanpa ada bentrokan, kecuali tradisi yang
jelas-jelas melanggar syariah. Itu yang harus kita pelihara dan kembangkan.
Kalau ada yang mengira Islam Nusantara anti- Arab, itu keliru. Tidak baca
sejarah. Hubungan Islam Nusantara dengan Timur Tengah sudah lama.
Karakter tawasuth atau moderatnya yang penting. Sekarang
terlihat, dunia Arab dibakar perang saudara tak habis- habis, sementara di
Eropa dan Amerika, islamofobia menggejala di mana-mana. Serbarepot. Walhasil,
wajar kalau Islam Nusantara yang moderat ini sangat dinantinantikan dunia.
Istilah Islam Nusantara ini dikritik karena tidak jelas
secara definisi, komentar Anda?
Begitu tema ini diumumkan, segera mendapat banyak sambutan
di mana-mana. Mereka yang terbiasa dengan olah pikir dan olah rasa
beramai-ramai menyumbang pendapat dan argumen. Ini elok sekali. Datangilah
muktamar, Anda akan menemukan banyak sekali karya ilmiah yang mengulas soal
ini.
Kritik tersebut menurut saya kurang pas. Islam Nusantara
terutama bukan soal definisi, tapi laku keislaman di kepulauan Nusantara yang
usianya panjang sekali dan kaya tradisi. Saya cenderung menempatkan Islam
Nusantara sebagai suatu tipologi atau mumayyizat
atau khashaish yang membuat
kita sebagai muslim Nusantara sangat khas keislamannya.
Islam Nusantara bukan mazhab, tapi bermazhab. Jadi ini
bukan aliran baru. Mazhab kita ahlussunnah wal jamaah, sementara Islam
Nusantara adalah mumayyizat - nya, tipologi Islam yang kita warisi dari
ulama-ulama Nusantara. Nah,dengan mumayyizat inilah kita mendapat jalan
keluar dari kemelut antara negara sekuler dan negara agama. Indonesia bukan
salah satu dari kedua kutub ekstrem itu. Dan sejak awal NU sangat bersungguh-sungguh
mendirikan dan membela kesatuan Republik Indonesia.
Muaranya NKRI?
Jelas dan persis di situ. NU itu kan kekuatan masyarakat
sipil yang salah satu amanahnya adalah menjaga keutuhan bangsa ini. Kalau
soal politik praktis, saya sangat menjauhi dan sebagai ketua umum, NU tidak
saya arahkan ke sana. Kalau politik kebangsaan, iya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar