Dengarkan Kata Taylor Swift…
Azrul Ananda ; Dirut Jawa Pos Koran
|
JAWA
POS, 05 Agustus 2015
Di belakang setiap orang sukses
ada…
***
Di belakang laki-laki yang sukses
ada… Perempuan yang kuat.
Hmmm… Agak klise. Mungkin benar,
tapi agak klise…
Di belakang setiap orang sukses
ada… Tim yang kuat.
Hmmm… Rasanya akurat. Dan rasanya
akan lebih sukses kalau dia membuat sendiri tim yang kuat itu…
Di belakang orang sukses ada… Haters!
Nah, yang ini rasanya tak
terelakkan, tapi mungkin paling harus dinikmati. Semakin sukses seseorang,
semakin banyak pembencinya. Dan itu seharusnya tidak apa-apa, malah semakin
bikin seru!
Ketika kuliah kelas public
relations (PR) dulu, kalimat pertama di buku teks saya berbunyi begini:
”One-hundred percent objectivity is impossible to attain.” Artinya, Seratus
persen objektif itu tidak mungkin dicapai.
Apa pun yang diputuskan, pasti
tidak bisa menyenangkan semua orang. Apa pun yang disampaikan, pasti tidak
bisa memuaskan semua orang. Tidak mungkin 100 persen.
Secara logika demikian.
Makanya, lain kali kalau ada yang
bilang ”Kamu harus objektif!”, balas saja: ”Pakai logika dong! Objektif itu
tidak mungkin 100 persen!”
Kalau dia marah, ya biarin. Berarti
logikanya gak sempurna. Wkwkwkwk…
Kecuali dia ngomong: ”Kamu harus
seobjektif mungkin!”
Nah, itu baru lebih logis…
Anyway, hukum PR ini juga berlaku
untuk lovers and haters, bukan? Tidak mungkin kita membuat semua orang
mencintai kita. Dan sejahat apa pun kita, tidak mungkin bisa membuat semua
orang membenci kita.
Pembunuh berdarah dingin pun
mungkin masih punya pencinta, bukan?
Ketika belum banyak yang kenal,
hidup saya dulu rasanya tenaaang sekali. Semakin banyak yang kenal, memang
semakin banyak rasanya yang mengapresiasi segala hal yang saya lakukan. Di
sisi lain, selalu saja ada yang sirik, mengkritik, bahkan terang-terangan
menghujat.
Nah, itu yang kategori terkenalnya
tanggung seperti saya. Apalagi yang dikenalnya masuk kategori superkondang.
Karena pertumbuhan prestasi, penggemar, dan haters rasanya kok berbanding
segaris…
Menanggapinya pun macam-macam. Ada
yang lebay, sedikit-sedikit ditanggapi. Bahkan sampai menangis-nangis di TV.
Ada yang saking tidak kuatnya mencari pelarian yang enggak-enggak…
Ada yang saking kondangnya dan
saking tinggi jabatannya, sampai berniat mengeluarkan aturan untuk melarang
segala penghinaan terhadap dirinya…
Haruskah sampai segitunya?
Untuk urusan ini, saya harus
angkat topi paling tinggi buat Abah saya sendiri. Buanyak orang yang
menghujat, buanyak orang yang membenci, buanyak orang yang sirik, dianya
tetap cuek-cuek dan do his business.
Dia pernah bilang sama saya: ”Apa
pun yang saya lakukan, orang pasti tidak 100 persen percaya. Saya bilang saya
tidak korupsi, pasti ada yang tidak percaya. Saya bilang tidak mengambil
gaji, pasti ada yang tidak percaya. Ya sudah. Itulah hidup.”
Kalau mau nggoogle, ada banyak
sekali kutipan menyikapi para hater ini.
Ada yang bilang:
”Someone who hates you normally
hates you for one of three reasons. They either see you as a threat. They
hate themselves. Or they want to be you.”
Ada juga yang bilang:
”When people hate on you, it’s
because you’ve got something they want.”
Semuanya klise, hanya ada yang
puitis, puitis medium, dan puitis soro. Tinggal suka yang mana, itu saja.
Pada intinya ya sudah, biarin aja.
Yang paling saya suka? Yang
dipakai Taylor Swift di lagunya, Shake It Off.
Bunyinya:
”And the haters gonna hate, hate,
hate…
Baby I’m just gonna shake, shake,
shake…
Shake it off. Shake it off!”
Kenapa suka yang ini? Karena
sambil mengucapkannya kita bisa bergoyang! Wkwkwkwkwk… ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar