Perangai Ilmiah Nehruvian
Iwan Pranoto ; Guru Besar Matematika ITB
|
KOMPAS, 15 Juni 2015
Pengetahuan ilmiah
sebagai kumpulan fakta sudah diceramahkan lewat persekolahan, tetapi
pengetahuan ilmiah tidak bermakna sebagai kata benda semata. Saat belajar
pengetahuan ilmiah, sesungguhnya yang utama berlatih menerapkan keterampilan
ilmiah, lalu membiasakannya, merasuk ke dalam diri, sampai akhirnya menjadi
perangai.
Perangai ini
sebenarnya yang semakin dibutuhkan pada era sekarang. Jika "Tabel Periodik"
di pelajaran Kimia atau "Hukum Penawaran-Permintaan" di pelajaran
Ekonomi mungkin saja sudah terlupakan, tetapi perangai yang pernah bersemai
saat belajar pengetahuan ilmiah perlu tetap tumbuh dan subur di diri tiap
manusia, walau sudah lama meninggalkan pendidikan formal.
Perangai ilmiah
Perangai hasil
pengalaman belajar pengetahuan ilmiah itu oleh bapak bangsa India, Jawaharlal
Nehru, diistilahkan sebagai scientific
temper atau perangai ilmiah. Perdana Menteri India pertama ini, yang oleh
anak-anak India dipanggil Paman Nehru, menjabarkan perangai ilmiah sebagai
perangai bertualang guna menggali kebenaran dan pengetahuan baru. Lebih
lanjut, perangai ilmiah melibatkan sikap keterbukaan seseorang untuk berani
mengubah pendapat lamanya berdasar bukti baru, menolak menerima gagasan tanpa
pembuktian, berpijak pada fakta yang dapat teramati, dan memiliki
kedisiplinan menggunakan akal (Nehru, 1946).
Namun, tidak sebatas
di dunia sains semata, PM Nehru justru berpendapat bahwa perangai ilmiah
diperlukan manusia dalam kehidupan guna menyelesaikan permasalahan
sehari-hari yang dihadapinya. Bahkan, tiap warga negara memerlukan perangai
ilmiah guna berbangsa.
Maka, bukan kebetulan
jika di dalam konstitusi Republik India dirumuskan tugas utama warga dalam
berperangai ilmiah. Terjemahan Ayat 51A butir (h) itu: "Setiap warga
negara India memiliki (salah satu) tugas utama untuk mengembangkan perangai
ilmiah, kemanusiaan, dan semangat mencari-tahu serta memperbaiki diri."
Ini warisan besar
Pandit Jawaharlal Nehru yang hari lahirnya, 14 November, ditetapkan sebagai
Hari Anak India karena beliau juga sangat mencintai anak-anak. Namun, sama
seperti sahabatnya di Indonesia, yakni Presiden Soekarno, PM Nehru juga bapak
bangsa yang memiliki banyak dimensi.
Ada pendapat negatif
bahwa perangai ilmiah itu baru bagus di tataran konstitusi tertulis semata.
Akan tetapi, tak kurang banyak pendapat positif juga. Kenyataannya, pada
pelajar India, dari pendidikan dasar sampai tinggi, perangai ini dapat
diamati dan dirasakan. Bagi yang pernah merasakan studi bersama pelajar dari
India, umumnya akan mengakui bahwa perangai ilmiah ini memang melekat. Salah
satu wujud perangai ilmiah ini ialah kecakapan pelajar India dalam bertanya
sekaligus berdebat di ruang kelas sampai tempat kerja.
Ini diutarakan juga
oleh penerima Hadiah Nobel, Prof Amartya Sen. Beliau berpendapat bahwa
gambaran masyarakat India yang terkenal argumentative
atau gemar berdebat merupakan perwujudan budaya India sendiri dan perangai
ilmiah yang dirumuskan eksplisit dalam konstitusi. Terlebih, beliau
melanjutkan, perangai ilmiah sudah menjadi budaya masyarakat India sejak
lama, jauh sebelum menjadi republik. Ini dapat disimak dari kisah klasik Mahabharata
yang penuh rentetan perdebatan. Oleh karena itu, perangai ilmiah itu sesuatu
yang alami bagi masyarakat India. Perangai ini bukan dicomot dari budaya
Barat.
Keberhasilan
Pada awal masa
kemerdekaan, saat anggaran sangat terbatas dan kemiskinan merajalela, PM
Nehru dengan mantap menegaskan untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah. Nehru
meyakini bahwa melalui pengetahuan ilmiah, Republik India akan berjaya di
masa depan.
PM Nehru memelopori
pendirian lembaga strategis, seperti Indian
Institute of Technology (IIT), Indian
Institute of Management (IIM), dan All
India Institute of Medical Sciences (AIIMS). PM Nehru juga mengajak
pebisnis seperti Tata dan Birla untuk sungguh-sungguh terlibat memajukan
sains dan teknologi, bukan sekadar pencitraan "balas budi" atau
CSR. Hari ini, rakyat India memanen buah hasil pemikiran visioner Jawaharlal
Nehru itu.
Tahun lalu, badan
penelitian angkasa India, ISRO, berhasil mengirimkan wahana guna meneliti
iklim Planet Mars. Dunia berdecak kagum, bukan saja karena India negara Asia
pertama yang berhasil melakukan penelitian di Planet Mars, tetapi misi ini
langsung berhasil pada percobaan pertama dan biayanya hanya sekitar
sepersepuluh biaya misi serupa yang dilakukan NASA. Juga berkat inovasi hemat
cerdasnya, memungkinkan energi yang dibutuhkan sangat kecil. Ini sebuah
ilustrasi implikasi keberhasilan pengembangan perangai ilmiah di masyarakat
India (de Souza, 2014). Namun, saat
perayaan keberhasilan misi ke Planet Merah itu, sayangnya, nyaris tak
disinggung peran besar Guru Nehru.
Bukti lain
keberhasilan pengembangan perangai ilmiah dapat dilihat pada peningkatan
peluang hidup rakyat India. Pada tahun 1960-an, peluang hidup rakyat India
hanya sebesar 32, tetapi hari ini menjadi 67. Padahal, peningkatan ini
terjadi tanpa peningkatan pendapatan per kapita yang relatif sebesar itu.
Menurut Brahmachari, peningkatan peluang hidup ini hanya mungkin terwujud
karena capaian teknologi pembuatan obat yang baik, generik, dan terjangkau
masyarakat luas. Tentu ini semua hasil kemajuan pengetahuan ilmiah dan dampak
kesuburan perangai ilmiah (Brahmachari,
2012).
Paman Nehru telah
menorehkan warisan perangai ilmiah ini dalam sanubari anak dan dunia
pengetahuan ilmiah India. Tantangan yang dihadapi PM Nehru dalam merekacipta
republik saat itu sangat berat, bukan saja karena minimnya dana, masyarakatnya saat itu masih disandera superstitious atau ketakhayulan. Pada
satu sisi, Nehru ingin masyarakat India berpikir mengkritik mitos, tetapi
pada sisi lainnya Nehru ingin masyarakat mengembangkan kebijaksanaan dengan
mendalami mitologi India klasik dan karya Sansekerta. Dalam hal ini, sejarah
yang akan menilai sukses tidaknya.
Yang pasti, Pandit
Nehru merupakan salah satu guru agung bagi sains, budaya, sekaligus
kebernegaraan India. Pada abad ke-21 ini, di saat masalah kemiskinan dan
penyediaan pendidikan dasar bermutu masih menggelayuti India, perangai ilmiah
Nehruvian sekali lagi ditantang menunjukkan keampuhannya guna mendorong anak
bangsa melahirkan inovasi khas India yang hemat cerdas. Dengan begitu impian
dari negara demokrasi terbesar ini menjadi pusat pembangkit inovasi dunia
dapat terwujud. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar