Peran Pemda Kendalikan Harga
Ihwan Sudrajat ; Staf Ahli Gubernur Jawa Tengah
|
SUARA MERDEKA, 18 Juni 2015
PERSOALAN yang selalu
muncul selama Ramadan dan menjadi pekerjaan rumah pemerintah yang tidak
pernah selesai adalah inflasi harga kebutuhan pokok yang sering merenggut
daya beli masyarakat. Ketidakseimbangan harga memunculkan permakluman di
kedua pihak: publik dan pemerintah.
Pada akhirnya ”petaka
harga” bulan Puasa menjadi hal biasa dan hanya muncul jadi berita di tengah
keterbatasan pemerintah untuk mengoreksi, kepasrahan konsumen, dan kekuatan
hegemoni pasar bebas. Sebebas apa pun mekanisme pasar yang menciptakan
keseimbangan penawaran dan permintaan akan barang dan jasa, intervensi
pemerintah tetap diperlukan.
Hal itu untuk mewujudkan
keadilan dalam kompetisi dan mendorong pasar membantu tercapainya tujuan
nasional, yaitu terjaganya inflasi pada tingkat tertentu. Karena itu, kita,
terutama pemkab/pemkot, perlu merespons rencana penerbitan Perpres tentang
Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.
Regulasi itu bertujuan
mengendalikan ketersediaan dan harga serta batasan stok maksimal untuk 14
jenis barang kebutuhan pokok, terutama produk pertanian dan turunannya. Ada
dua pertanyaan kunci yang menentukan tercapai tidaknya tujuan penerapan
regulasi tersebut.
Pertama; kemampuan
pemerintah mengawasi pelaksanaan regulasi tersebut. Kedua; sumber daya
pemerintah untuk mengatasi resistensi pasar atas kebijakan itu. Keberhasilan
pemerintah menjawab dua pertanyaan tersebut akan diperlihatkan oleh tingkat
stabilitas harga yang bisa dicapai.
Jika saja pemerintah
bisa seperti produsen dan pedagang yang mempunyai kemampuan mengendalikan
stok maka jawaban atas pertanyaan tersebut bukan hal sulit. Sayang,
pemerintah hanya mempunyai stok beras, selebihnya pasarlah yang berkuasa.
Siapa pun sulit membayangkan andai pemerintah ingin mengendalikan harga namun
tak mempunyai stok.
Bagaimana bisa
menurunkan harga daging sapi menjelang Lebaran jika pemerintah tidak
menguasai stok? Apakah akan membuat harga eceran tertinggi (HET) daging sapi
dan harga 13 komoditas lainnya? Andai pedagang daging sapi menolak menjual
dengan HET, apakah pemerintah akan menggelontorkan pasar dengan daging sapi
murah? Sudah siapkah stok untuk menerapkan kebijakan tersebut? Pengendalian
ketersediaan barang kebutuhan pokok dan atau barang penting bukan hanya tugas
pemerintah, melainkan juga pemda sesuai dengan UU Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan.
Tugas ini tidak bisa
diterjemahkan secara leksikal karena kemampuan pemda terbatas. Mustahil
meminta pemkab/pemkot menggelontorkan 14 barang pokok ke pasar untuk menekan
harga sehingga sesuai permintaan konsumen.
Operasi Pasar
Paling banter pemda
hanya bisa mengadakan pasar murah dengan APBD yang nilainya puluhan juta
rupiah dan arahnya pun hanya membantu orang tidak mampu, bukan memengaruhi
harga, apalagi menahan inflasi. Menggelontor pasar adalah cara paling sering
dilakukan pemerintah dan merupakan cara tradisional untuk memperbaiki harga,
sebagaimana dilakukan Bulog lewat operasi pasar. Pemda tak mungkin menerapkan
langkah seperti itu.
Tapi sebenarnya pemda
mempunyai cara yang lebih murah dan efektif untuk membuat pasar lebih sehat,
yaitu menyediakan sebanyak mungkin informasi sehingga konsumen bisa membuat
keputusan belanja yang lebih baik dan mampu ”melawan” ketidakadilan pasar.
Kemajuan teknologi informasi harus dimanfaatkan pemda untuk secara optimal
menyosialisasikan kondisi pasar kebutuhan pokok. Hal paling penting
dinformasikan kepada konsumen adalah ketersediaan bahan pokok, terutama
beras, gula pasir, daging sapi, cabai merah dan bawang merah.
Pengalaman saya 3
tahun 6 bulan bertugas di sektor perdagangan menunjukkan pergerakan harga
lima komoditas itu, terutama di bulan Ramadan dipengaruh sentimen pasar.
Sentimen itu tak hanya bicara ketersediaan mengingat simpang-siur pemberitaan
pun bisa berpengaruh terhadap harga.
Pada Lebaran Juli
mendatang, ketersediaan beras, bawang merah dan cabai merah relatif aman
karena masih dalam periode panen di beberapa tempat. Gula pasir saat ini
berada pada periode giling sehingga pergerakan harganya relatif datar, bahkan
saya perkirakan menurun menjelang Lebaran. Informasi seperti ini yang harus
diberikan kepada konsumen agar mereka lebih tenang dalam membeli persediaan
untuk Lebaran. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar