Stop
Berbuat Kerusakan
Agoes Ali Masjhuri ; Pengasuh Pesantren Progresif Bumi Shalawat
Sidoarjo Jatim
|
JAWA POS, 16 Mei 2015
JIKA
kita mengubah diri kita, realitas kita akan berubah. Perubahan seseorang
tidak ditentukan realitasnya, melainkan oleh makna yang ia ciptakan dari
realitas itu. Banyak orang mengeluhkan pekerjaan, tapi tidak pernah melakukan
perubahan untuk mengubah hasil yang didapatkan. Banyak orang mengeluhkan
kondisi keuangan, tapi tidak mengubah pola hidup dan tidak mau memperbaiki
keterampilan guna mendapatkan penghasilan.
Rasulullah
SAW bersabda, ”Barang siapa di antara
kalian yang berada di pagi hari sehat jiwanya, sehat badannya, dan memiliki
makanan untuk hari itu, seakan ia telah diberi dunia seisinya.” (HR
Tirmidzi)
Mari
kita berpikir dengan cerdas dan tulus, orang yang mempunyai kekayaan
melimpah, jabatan tinggi, mobil mewah, toh ia akan tidur di satu ranjang dan
hanya makan paling banyak tiga kali sehari.
Mari
kita bandingkan, apa bedanya ia dengan kuli bangunan, dengan pencari rumput
di sawah? Bisa jadi kuli bangunan dan pencari rumput di sawah lebih nyenyak
tidurnya dan bisa menikmati makanan daripada para konglomerat, para pejabat
tinggi yang memiliki kekayaan berlimpah.
Kini
manusia semakin angkuh dengan dirinya. Tidak ada orang lain yang mereka
kenal. Rasa kasih sayang memudar. Cinta empati terkikis. Muru’ah semakin
punah. Kepedulian sirna. Kejujuran tiada. Keharmonisan hubungan antar sesama
punah. Spirit hidup senasib sepenanggungan tergantikan ego dan ambisi saling
mencelakakan. Hampir tidak tersisa lagi sikap simpatik, toleransi, dan empati
antar sesama dalam kehidupan nyata.
Allah
SWT telah berfirman, ”Telah tampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar Rum:41)
Dalam
ayat itu telah ditegaskan bahwa telah terjadi al fasad di daratan dan di
lautan. Al fasad adalah segala bentuk pelanggaran atas sistem atau hukum yang
dibuat Allah, yang diterjemahkan dengan ”perusakan”. Perusakan itu bisa
berupa pencemaran alam sehingga tidak layak lagi dihuni atau bahkan
penghancuran alam sehingga tidak bisa lagi dimanfaatkan. Di daratan,
misalnya, hancurnya flora dan fauna dan di laut seperti rusaknya biota laut
(semua makhluk hidup yang ada di laut baik hewan maupun tumbuhan atau
karang).
Juga
termasuk al fasad adalah perampokan, pembunuhan, narkoba, miras, prostitusi,
dan sebagainya. Perusakan itu terjadi karena perilaku manusia. Misalnya,
eksploitasi (pemanfaatan untuk keuntungan sendiri) alam yang berlebihan,
peperangan, percobaan senjata, dan lain-lain. Itu tidak mungkin dilakukan
orang yang beriman dengan keimanan yang sesungguhnya karena tahu bahwa semua
perbuatannya akan dipertanggungjawabkan nanti di depan Allah.
Tegasnya,
manusia sebagai khalifah di bumi selain memperoleh hak untuk menggunakan apa
yang ada di bumi, juga memikul tanggung jawab yang berat dalam mengelolanya.
Dari sini terlihat pandangan Islam bahwa bumi memang diperuntukkan manusia.
Dengan demikian, manusia tidak boleh memperlakukan bumi seenaknya sendiri.
Hal tersebut ditunjukkan oleh kata-kata bumi yang disebut 453 kali dalam
Alquran. Sedangkan kata langit 320 kali. Itu mengandung pelajaran tentang
kebaikan dan kesucian bumi. Debu dapat menggantikan air dalam bersuci.
Allah
SWT berfirman, ”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (QS Al Qashash:77)
Dengan
ayat itu, kita dapat mengambil pelajaran, ada empat nasihat untuk mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan dunia akhirat.
Pertama,
siapa saja yang dianugerahi Allah kekayaan, harta, dan nikmat yang banyak
hendaknya memanfaatkannya di jalan Allah. Patuh dan taat kepada perintah-Nya,
mendekatkan diri kepada-Nya untuk memperoleh pahala sebanyak-banyaknya di
dunia dan akhirat.
Kedua,
setiap orang dipersilakan untuk tidak meninggalkan sama sekali kesenangan
dunia baik berupa makanan, minuman, pakaian, maupun kesenangan-kesenangan
yang lain sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran yang telah digariskan
Allah.
Ketiga,
setiap orang harus berbuat baik sebagaimana Allah berbuat baik kepadanya.
Misalnya, membantu orang-orang yang membutuhkan, menyambung tali silaturrahim,
membantu orang yang terpinggirkan dan dililit kemiskinan, dan lain
sebagainya.
Keempat,
setiap orang dilarang berbuat kerusakan di atas bumi dan berbuat jahat kepada
sesama makhluk karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.
Dzun Nun
Al Mishri berkata, ”Kerusakan memasuki diri manusia karena enam hal. (1)
Mereka memiliki niat yang lemah dalam melakukan amal untuk akhirat, (2) Tubuh
mereka diperbudak hawa nafsu, (3) Mereka selalu mengharapkan perolehan
duniawi, bahkan menjelang ajal, (4) Lebih suka menyenangkan makhluk, bukan
ridha Sang Pencipta, (5) Mereka menuruti hawa nafsu dan tidak menaruh
perhatian kepada sunah nabi, (6) Mereka membela diri menutupi kesalahannya
dan mengubur prestasi para pendahulunya.
Ya
Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau
anugerahi kenikmatan, bukan jalan orang-orang yang Engkau timpai kemurkaan,
bukan pula jalan orang-orang yang tenggelam dalam kesesatan. Sinarilah hati
kami dengan cahaya petunjuk-Mu. Terangilah jalan kami dengan sinar taufik-Mu.
Curahkanlah nikmat-Mu atas kami, bantulah kami untuk banyak berzikir dan
bersyukur atas nikmat-Mu. Hindarkanlah kami dari kealpaan orang-orang yang
terlena dalam kemewahan dunia. Lembutkan hati kami untuk merasakan curahan
rahmat-Mu. Bimbinglah kami untuk membagikan anugerah-Mu untuk hamba-hamba-Mu.
Berilah kami keteguhan hati dan kesabaran. Bangunkanlah kami di tengah
keheningan malam. Gerakkan bibir-bibir kami untuk menyebut nama-nama-Mu yang
suci. Basahkan sajadah kami dengan air mata kekhusyukan ketika kami merintih
di hadapan Rahman Rahim-Mu. Jadikan saat-saat seperti itu sebagai saat yang
paling menenteramkan hati kami. Ya Allah, tunjukkan kepada kami jalan yang
benar itu benar dan beri kami kemampuan untuk mengikutinya serta tunjukkan
kepada kami jalan yang sesat itu sesat dan beri kami kemampuan untuk
menjauhinya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar