Rumor
sebagai Trik dalam Politik
Seno Gumira Ajidarma ; Wartawan panajournal.com
|
KORAN
TEMPO, 09 Februari 2015
Jokowi disuruh Mega? Jika benar, belum ada faktanya
(5W+1H). Jika salah, rumornya sudah dipercaya.
Rumor bisa berakibat fatal dalam trik politik. Tengoklah
nasib Frank Pentangeli atau Frankie Five Angels, seorang caporegime dalam keluarga Corleone yang dikepalai oleh Michael
Corleone.
Ini memang politik ala mafia Italia alias Cosa Nostra.
Dalam latar 1959-1960, pesaing keluarga Corleone dalam dunia hitam Amerika
Serikat adalah kelompok Yahudi yang dikepalai Hyman Roth. Mengikuti pesan
ayahnya, Vito Corleone, "Jagalah agar kawan-kawanmu dekat, tetapi agar
musuh-musuhmu lebih dekat lagi," Michael siap berbisnis dengan Roth. Ini
menyulitkan Frank Pentangeli di New York yang bentrok dengan Rosatto
Bersaudara, anak buah Roth.
Sebagai anak buah Peter Clemenza, sahabat Vito, Frankie
tidak bahagia ketika Michael meminta proses bisnisnya dengan Roth tidak
diganggu. Akibatnya, Michael menduga Frankie berada di belakang penembakan
dirinya yang gagal, meski faktanya tidak ada.
Maka perhatikanlah trik politik berikut ini. Kepada Hyman
Roth, Michael mengungkap persoalan Frankie, dan menyatakan bahwa Frankie
dianggap sudah mati. Kepada Frankie, Michael menyatakan Roth berada di
belakang penembakan, tetapi ia tetap mau berbisnis, jadi sebaiknya Frankie
berdamai dengan Rosatto Bersaudara.
Ternyata, dalam perbincangan damai, Frankie dikalungi garotte (tali kecil pencekik leher)
oleh Tony Rosatto, sambil berkata, "Michael Corleone says hello",
yang tentu membuat Frankie berpikir bahwa Michael berusaha melenyapkannya.
Tetapi pembunuhan ini gagal, dan Frank Pentangeli membalas dengan siap
bersaksi di depan Senat, bahwa pengusaha Michael Corleone adalah bos mafia.
Menurut Tom Hagen, concigliere
atawa penasihat keluarga Corleone, Hyman Roth "play this
beautifully".
Maka, dalam sidang, tampaklah rombongan Michael membawa
Vincenzo Pentangeli, kakak Frankie, langsung dari Sisilia, Italia,
asal-muasal Mafioso, yang tentu maksudnya sebagai sandera. Frankie pun
menggugurkan semua kesaksiannya. Sebagai ucapan terima kasih, keluarga
Corleone mengirim Tom Hagen ke tempat Frankie ditahan, memintanya bunuh diri,
dan berjanji keluarganya akan diurus.
Alur-bawahan (sub-plot) dalam film The Godfather Part II
(1974), karya sutradara Francis Coppola yang ditulis Mario Puzzo, itu
memperlihatkan bagaimana trik dimainkan dalam permainan kekuasaan. Mengacu
terminologi ilmu sulap, trik adalah pengalihan perhatian agar publik
mempercayai sesuatu yang tidak ada. Hyman Roth berhasil membuat Frank
Pentangeli percaya bahwa Michael Corleone bermaksud membunuhnya, memanfaatkan
trik Michael kepada dirinya, bahwa Frankie dianggap mati. Trik ditandingi
trik. Jika Frankie sempat bersaksi di Senat, Michael Corleone akan habis
tuntas. Padahal secara legal keduanya berbisnis bersama. Kemudian, lewat
pertanyaan tricky kepada Roth, yang
tidak dijawab, tentang siapa yang mengizinkan pembunuhan Frankie, Michael
memilih untuk membunuhnya.
Dalam politik praktis, rumor adalah trik yang sering
digunakan demi tujuan tertentu. Konsep rumor adalah wacana tak resmi dan tak
bersumber, yang berkembang beberapa tahap dalam sistem komunikasi. Sebagai
informasi yang diteruskan dalam setiap tahap, distorsi akan terus
bermunculan. Penerima informasi tidak akan waspada atas tidak akuratnya
rumor, dan berusaha meneruskan suatu versi ke jalur berikutnya dalam jaringan
sosial. Setelah sekian kali distorsi, produk rumor sudah tertandai cukup
berbeda dari sumber aslinya.
Keaslian yang hilang secara selektif dalam informasi
merupakan suatu proses kognitif yang terhubungkan dengan persepsi, perhatian,
kenangan, dan susunan skema. Dalam apa yang disebut skema, berlangsung
internalisasi dan cara menalar, berdasarkan cara-cara mapan untuk membangun
pengalaman, dan biasa digunakan sebagai cara mengerti situasi baru. Artinya,
yang baru dibuat agar sesuai dengan kerangka yang sudah diakrabi.
Media komunikasi massa mempertinggi, menggandakan, dan melakukan
modifikasi atas penafsiran tradisional terhadap rumor, yang sebelumnya
melalui kontak langsung. Keberadaan media yang meneruskan informasi nyaris
secara simultan, menyebabkan pelaporan rumor sebagai fakta bagaikan
legitimisasi, yang segera menjadi pewarisan verbal dalam suatu komunitas.
Proses legitimasi ini memperlambat kehidupan jangka pendek rumor, membuat
yang tidak akurat bertahan di dalam sejarah, mengubah rumor menjadi cerita
rakyat [Saunders dalam O'Sullivan
et.al, (2001): 274-6].
Potensi rumor, sebagai instrumen bagi kepentingan trik
dalam politik, tidak diingkari. Rumor yang sudah telanjur ada bisa
dimanfaatkan, dan jika tidak ada, bisa diadakan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar