Pembangunan
Semesta Berencana
Arif Budimanta ; Direktur
Megawati Institute
|
KORAN
SINDO, 29 Oktober 2014
Pembangunan semesta berencana adalah pembangunan yang bersifat
menyeluruh untuk menuju tercapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila. Istilah ini pertama kali dipergunakan pada Ketetapan MPRS Nomor
II/MPRS/ 1960 tentang Garis-garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana Tahun 1961-1969. Meski Ketetapan MPRS ini tidak dapat
diimplementasikan dengan baik karena ada peristiwa Trikora, kemudian Dwikora,
dan akhirnya pemberontakan G30S/PKI, Tap MPRS ini dapat disebut tonggak
kesadaran bangsa Indonesia untuk menyusun perencanaan pembangunan dengan
benar. Ketetapan yang memuat rancangan pembangunan yang disusun oleh Dewan
Perancang Nasional (Depernas) ini kemudian menjadi dasar bagi perencanaan
pembangunan pada masamasa sesudahnya.
Human Centric Development
Sebagai sebuah landasan bagi pembangunan yang menyeluruh, sudah
tentu pembangunan semesta berencana ini tidak hanya menitikberatkan pada
pembangunan fisik semata, tetapi juga pembangunan yang mencakup pembangunan
mental atau karakter bangsa.
Pembangunan harus berpusat pada manusia atau lebih dikenal dengan human
centric development.
Setiap manusia Indonesia harus merasakan gerak dan derap
pembangunan, berpartisipasi di dalamnya dan menikmati hasilnya. Pembangunan
tidak hanya diarahkan untuk mengejar perubahan yang dihela melalui
pertumbuhan yang cepat dan tinggi, tetapi juga memupuk dan menumbuhkan makna
kehidupan bagi kemanusiaan (Haddad,
2014).
Ukuran keberhasilan pembangunan selayaknya bukan hanya
pendapatan nasional, yang selama ini sering dipegang dan dijadikan patokan.
Indikator keberhasilan pembangunan seharusnya melingkupi nilainilai
kemanusiaan dan keadilan sosial. Indikator kemanusiaan dan keadilan ini harus
terukur dan dimanifestasikan dalam rencana pembangunan. Memang tidaklah mudah
menentukan ukuran-ukuran sederhana yang dapat dijadikan ukuran nasional dalam
mengukur keberhasilan pembangunan. Tetapi, ukuran ini harus ditemukan.
Sebagaimana dengan mudahnya kita menggunakan jengkal atau depa
dalam ukuran panjang dan pikul atau keranjang dalam menentukan volume. Di
situlah tantangan bagi perencana pembangunan untuk memasukkan unsur-unsur
nonparametrik menjadi dimensi yang dapat dihitung dan diukur secara
sederhana.
Sasaran pembangunan semesta berencana menyiratkan kehendak
rakyat Indonesia untuk maju dan menjadi bangsa yang memiliki keunggulan peradaban
di antara bangsa-bangsa lain di muka bumi. Rencana besar ini haruslah
melingkupi pembangunan politik, budaya, dan ekonomi. Pembangunan politik
diarahkan untuk mencapai kehidupan politik yang berdaulat. Negara dan bangsa
Indonesia menghendaki seluruh rakyat negeri ini memiliki kedaulatan atas
tanah airnya, atas tumpah darahnya, dan atas bumi Indonesia.
Ini dapat dicapai dengan pembangunan kekuatan bangsa pada
seluruh dimensi. Untuk membangun kekuatan bangsa, diperlukan pengerahan
kemampuan sumber daya manusia, teknologi, dan modal yang memadai sehingga
diperoleh postur kekuatan nasional yang handal. Dalam bidang budaya, bangsa
Indonesia telah menapaki pencapaian besar dunia dalam kebudayaan.
Ada candi-candi merupakan manifestasi keunggulan atas budaya
kerja keras, inovasi, dan tekun dari manusia Indonesia yang tampak dari
arsitektur Indonesia masa lampau. Demikian pula dengan kekayaan intelektual
seperti batik atau ragam kuliner khas merupakan warisan budaya nasional yang
harus dipertahankan, diakui eksistensinya, dan dijadikan alat diplomasi
kebudayaan.
Pembangunan bagi Semua
Di bidang ekonomi, Indonesia harus menjadi negara terkemuka
dalam pembangunan ekonomi dunia. Indonesia selayaknya dapat menjadi contoh
bagaimana memadukan sistem politik yang demokratis dengan sistem ekonomi yang
terbuka. Indonesia tidak boleh lagi mengekor keberhasilan pembangunan ekonomi
negara-negara lain yang menafikan dampaknya terhadap lingkungan.
Pembangunan ekonomi nasional harus menjadikan Indonesia sebagai
negara yang memiliki ekonomi yang mandiri. Tidak tergantung dan dikendalikan
oleh gejolak harga-harga dan pasar di negara-negara maju. Indonesia tidak
boleh hanya dijadikan sebagai ajang investasi pencari rente, yang
keuntungannya habis direpatriasi ke negeri lain. Perekonomian nasional harus
kuat. Bersandarkan pada potensi dan kekuatan ekonomi dalam negeri.
Kekuatan ekonomi dalam negeri itu adalah negara kepulauan yang
subur, di mana sebagian besar rakyatnya bergumul dengan lumpur, tanah, dan
air laut nan asin. Kekuatan ekonomi Indonesia ada pada kemampuannya mencukupi
kebutuhan pangan sendiri dan memberi sumbangsih bagi ketersediaan pangan
dunia. Pembangunan ekonomi nasional adalah pembangunan bagi semua. Tak boleh
ada lagi kemiskinan yang memberikan noktah merah di dahi pemimpin- pemimpin
nasional.
Kesenjangan dan ketimpangan mesti diperkecil. Kue ekonomi yang
besar, harus dapat dinikmati bersama, melalui suatu proses distribusi yang
berkeadilan dalam aras kemanusiaan. Tidak boleh ada lagi rakyat menderita
kemiskinan hingga harus makan nasi aking. Atau ada anak bangsa yang harus
menggali akar-akaran untuk mengganjal perut yang lapar. Dalam kerangka
itulah, pembangunan semesta berencana harus berurat berakar dalam nafas
budaya nasional.
Pemerintah sebagai lokomotif pembangunan memberikan arah atau
panduan jalannya pembangunan nasional. Pemerintah tidak boleh lagi diam dan
tidak peduli terhadap apa yang dialami rakyatnya. Pemerintahan nasional
adalah pemerintahan yang akan memberikan perubahan sosial buat seluruh rakyat.
Program-program pembangunan yang telah dijanjikan Presiden akan
menjadi acuan bagi kebijakan pembangunan nasional masa mendatang. Pemerintah
akan menjadi dirijen bagi orkestra pemenuhan cita-cita kemerdekaan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar