Memelihara
Samuel Mulia ;
Penulis Mode dan Gaya Hidup, Penulis Kolom “Parodi” di
Kompas
|
KOMPAS,
07 September 2014
|
Di
suatu hari Minggu, satu minggu yang lalu, saya membuka koleksi foto-foto yang
saya abadikan dari masa lalu sampai sekarang ini. Sebuah perjalanan yang
membuat saya tertawa, tersenyum, dan juga terharu. Perjalanan pertemanan
dengan latar belakang yang beragam.
Sampai akhir menutup
mata
Setelah
puas melihatnya, saya kemudian berbicara dengan diri sendiri. Aahh, alangkah
senangnya mengetahui bahwa ada manusia di dunia ini yang mau berteman dengan
saya, apa pun alasannya.
Ketika
mereka memutuskan menjadikan saya teman mereka, maka sebetulnya di saat
itulah kewajiban saya dimulai untuk menghormati dan memelihara keputusan
mereka itu. Semua pemikiran di atas timbul gara-gara sebuah pesan yang datang
dari seorang teman dekat.
Begini
pesannya. ”Mas, apa pun yang terjadi, we have to stick together, ya. Sampai
akhir menutup mata.” Pesan itu memampukan mata saya berkaca-kaca dan tak
ingat kalau kalimat itu mengandung sebuah pekerjaan rumah yang lumayan berat.
Kalimat
”apa pun yang terjadi” dalam pesan itu mengingatkan saya akan sebuah situasi
yang tak selamanya mulus dan bebas hambatan. Dan pekerjaan rumah yang harus
saya lakukan adalah mempertahankan kekuatan ikatan (stick together) agar
tidak kendor sehingga tujuan sampai akhir menutup mata bisa tercapai. Nah,
memelihara sesuatu itu sebuah tugas yang sungguh berat, apalagi kalau
dibandingkan dengan mendapatkan sesuatu.
Setiap
saat saya dibelikan ibu atau ayah mainan di masa kecil dahulu, mereka akan
selalu mengingatkan untuk memeliharanya dengan baik. Apalagi mengingat bahwa
kami datang dari keluarga yang sungguh biasa-biasa saja.
Tetapi
nasihat itu hanya bertahan sebentar saja dan dipercepat hilangnya dengan
datangnya pemberian barang-barang berikutnya. Pemeliharaan akan hadiah yang
pertama saya lupakan dan berkonsentrasi kepada hadiah yang baru. Demikian
seterusnya, sampai sekarang ini.
Memelihara
itu membutuhkan dua senjata ampuh, yang sejak awal saya ketahui, tetapi
alamak susahnya dijalankan. Senjata pertama adalah berupa kekuatan untuk
bertahan dan senjata yang kedua adalah ketegasan sikap untuk melindungi hal buruk
yang akan mengganggu aktivitas pemeliharaan itu.
Kekuatan.
Sebuah senjata yang dibutuhkan ketika melintasi sebuah situasi bernama ”apa
pun yang terjadi”. Mau gempa, mau hujan, mau terang benderang, mau dollar
naik, mau indeks turun, mau mood
teman saya lagi turun atau sedang naik, saya harus mampu bertahan agar
pemeliharaan itu tidak putus di tengah jalan.
Flirting
dalam urusan asmara atau memiliki rekan bisnis yang bersemangat di awal dan
raib entah ke mana di tengah perjalanan, bahkan mengundurkan diri, itu sebuah
contoh nyata bahwa senjata yang pertama ini sungguh tidak ampuh, bahkan
mandul.
Kemenangan
Ketegasan.
Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya hal-hal buruk yang akan
memengaruhi sebuah aktivitas memelihara. Dalam sebuah perusahaan, seorang
pemimpin harus memiliki ketegasan kalau ada anggotanya yang mulai berpolitik,
mulai mencari jalan untuk menjatuhkan, mulai menunjukkan tabiat menjilat,
mulai memecah belah.
Ketegasan
ini diperlukan agar tujuan perusahaan tidak melenceng dari apa yang sudah
ditentukan dan dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan serta memelihara
rasa aman dalam perusahaan. Ketegasan itu diperlukan agar bisa mencapai
tujuan, yaitu sampai akhir menutup mata.
Contoh
lain. Teman dekat saya itu sudah diperingati teman-temannya untuk tidak
bergaul dengan saya. Kata mereka, mulut dan tabiat saya itu jahat. Demikian
juga yang terjadi kepada salah satu karyawan dalam perusahaan saya. Ia bahkan
diperingati sebelum mengirimkan lamaran kerja.
Tetapi
baik teman maupun karyawan saya itu menyikapi peringatan itu dengan
ketegasan. Maka keduanya sampai sekarang masih bersama dengan saya. Visi yang
jelas dan bisa dilihat dengan jernih oleh mata dan hati hanya bisa terjadi
kalau seseorang berani tegas dalam sikap. Tidak tegas itu memburamkan visi.
Maka
kalau sekarang ini Anda memiliki teman yang setia, Anda dapat bekerja dalam
sebuah perusahaan yang baik dan sehat, Anda memiliki hubungan asmara yang
naik dan turun tetapi masih membuat Anda bahagia, maka seyogianyalah Anda
memeliharanya dengan kekuatan dan ketegasan agar yang Anda cintai dan mereka
yang memutuskan untuk mencintai Anda tak akan merasa disia-siakan.
Kalau
sekarang Anda merasa bahwa semua hal di atas didapati tanpa memelihara, saya
hanya dapat menceritakan bahwa hidup yang sudah saya lakoni selama setengah
abad mengajarkan bahwa keberhasilan untuk mencapai tujuan itu tak akan pernah
mendatangi mereka yang enggan memelihara apa yang dimilikinya.
Jangan
sampai di suatu saat nanti, Anda kecewa dan mulai bernyanyi sebuah lagu
berjudul ”Seandainya”. ”Seandainyaaaa... saja, aku tu dulu gak
gini, aku tu gak gitu....” Percaya saya, memelihara itu mendatangkan
kemenangan. Dan kemenangan itu bukan karena tidak hadirnya problema,
melainkan karena tidak hadirnya kekecewaan! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar