IS,
Pergolakan dan Perdamaian
Ibnu Burdah ; Pemerhati Timur Tengah dan
Dunia Islam
UIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta
|
KOMPAS,
29 Agustus 2014
DI tengah perbedaan
tajam dan konflik keras di antara berbagai kekuatan di Timur Tengah, ada satu
hal yang menyamakan mereka saat ini, yaitu memandang IS (Islamic State/Dawlah Islamiyyah) di Irak dan Suriah sebagai
ancaman nyata, termasuk bagi negara atau kelompok yang secara langsung atau
tidak turut melahirkan dan membesarkan kelompok ini.
Pemerintahan Obama
yang terus berupaya tak melibatkan kekuatannya di lapangan selama beberapa
tahun terakhir akhirnya turun gelanggang.
Meski berjanji tak
akan menurunkan pasukan di bumi Irak dan serangan akan bersifat terbatas, hal
itu menunjukkan besarnya ancaman IS dalam persepsi pemerintahan Obama.
Keberhasilan kelompok
seradikal itu mengkreasikan sebuah ”negara” di kawasan dan dengan kepercayaan
sangat tinggi yang menuntut semua pihak patuh kepadanya adalah akibat dari
kesalahan kolektif aktor-aktor di kawasan Timur Tengah selama ini. Kesalahan
itu terkristalkan dalam dua hal, yaitu kegagalan menghentikan kekacauan dan
menciptakan perdamaian di kawasan.
Kekacauan
Kelompok-kelompok
radikal sangat sulit tumbuh dan membesar di masyarakat yang sehat, normal,
dan stabil. Mereka memerlukan ladang persemaian berupa abnormalitas
masyarakat, yaitu kekacauan yang biasanya diakibatkan oleh konflik destruktif
dan berkepanjangan.
Kekacauan adalah
persemaian paling subur bagi aksi-aksi kelompok radikal, dari perekrutan
anggota sebanyak-banyaknya, penanaman militansi dan kesetiaan tanpa batas,
hingga penguatan jaringan dan logistik, semuanya akan lancar jika situasi
benar-benar kacau.
Kekacauan merupakan
”madrasah” terbaik bagi mereka untuk melancarkan berbagai aktivitas yang
membuat mereka semakin terlatih dan ”sempurna” sebagai ekstremis radikal.
Harus diakui, salah
satu implikasi dari gerakan protes di sejumlah negara Arab sejak akhir 2010
adalah meletusnya konflik horizontal dan vertikal di mana-mana. Semuanya
berujung pada kekacauan. Inilah ladang subur berkembangnya gerakan-gerakan
radikal.
Kelompok IS adalah
kelompok yang lahir dan dibesarkan oleh situasi semacam ini. Di samping
kekacauan panjang di Irak setelah perang AS-Irak, kemampuan mereka sebagai
ekstremis garis keras juga diasah dengan petualangan mereka dalam perang
destruktif di Suriah selama sekitar tiga tahun.
Kegagalan perdamaian
Keberhasilan kelompok
IS sejauh ini dipastikan tak akan tercapai jika berbagai proyek perdamaian
Timur Tengah berhasil. Mereka tak akan memiliki kekuatan sebesar sekarang
seandainya upaya perdamaian dalam perang Suriah berhasil dicapai.
Taruhlah perdamaian
Geneva II yang merupakan opsi damai yang tersedia selama setahun terakhir. Patut
disesalkan, proyek itu telah kolaps, bahkan sebelum isu-isu penting
dibicarakan.
Berbagai kegagalan
dalam proyek perdamaian lain di Timur Tengah, termasuk Palestina-Israel,
semakin memberikan ruang bagi lahir dan berkembangnya kelompok-kelompok radikal
itu.
Kegagalan upaya
perdamaian memberikan argumen nyata bagi para pengikut kelompok ekstremis
untuk tegas mengambil jalan senjata. Sebab, jalan lain dipandang sudah tak
ada lagi. Upaya perdamaian dan negosiasi adalah kesia-siaan belaka.
Peristiwa-peristiwa
belakangan di kawasan itu juga memperkuat keyakinan mereka bahwa jalan
demokrasi adalah sesat. Bagaimana mereka akan percaya demokrasi ketika
sejumlah pemerintahan hasil pilihan rakyat melalui pemilu dijatuhkan dengan
semena-mena.
Belum hilang ingatan
mereka tentang Hamas dan FIS, keduanya pernah menjadi pemenang pemilu di
Palestina dan Aljazair, tetapi kemudian dijatuhkan secara paksa, tiba-tiba
peristiwa Mesir terjadi.
Pemerintahan pilihan
rakyat lewat pemilu demokratis dijatuhkan oleh militer dan gerakan massa
secara paksa. Bahkan, mereka mengalami nasib yang begitu tragis. Pemerintahan
Nahdhah di Tunisia juga mengalami hal yang kurang lebih sama kendati dengan
pola dan nasib sedikit berbeda.
Semua pengalaman itu
tentu sangat berpengaruh terhadap cara pandang kelompok-kelompok di Timur
Tengah, termasuk kelompok-kelompok ekstrem itu, bahkan suatu saat bisa jadi
terhadap kelompok moderat seperti Ikhwan di Mesir.
Siapa bisa menjamin,
kelompok Ikhwan Mesir akan terus mengambil jalan damai jika terus diperlakukan
seperti sekarang. Mereka bisa semakin yakin bahwa demokrasi sama sekali tak
akan mengantarkan mereka kepada tujuan. Demokrasi tak lain adalah bualan,
bahkan jebakan yang bisa menjerumuskan mereka ke jurang.
Untuk jangka panjang,
satu-satunya jalan yang mesti ditempuh untuk melemahkan dan menghambat
tumbuhnya gerakan-gerakan radikal baru adalah membangun masyarakat kawasan
yang normal, yaitu masyarakat yang aman, damai, dan stabil.
Untuk itu, proses
perdamaian harus terus didorong tanpa lelah dan dengan berbagai terobosan
yang gagah berani. Pada titik ini, keterlibatan Pemerintah RI dalam upaya
mewujudkan berbagai perdamaian di Timur Tengah tampak jelas sebagai bagian
dari kepentingan nasional Indonesia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar