Dunia
Harus Hentikan Perang
Benny Susetyo ; Seorang
Pastor
|
KORAN
JAKARTA, 15 Juli 2014
Israel
terus menggempur militan Palestina di sepanjang Jalur Gaza. Serangan udara
terus dilakukan dan tidak ada tanda-tanda Israel bakal menghentikan atau
mengalihkan lewat serangan darat. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu,
tak akan tunduk pada tekanan internasional untuk menghentikan agresi militer
ke Gaza.
Tindakan
Israel melanggar batas kemanusian universal karena telah melukai hukum
internasional dan tata dunia yang damai. Paus Fransiksus berupaya mendukung
Palestina. Hal itu diperlihatkan dengan mengunjungi negeri tersebut. Menurut
dia, sekarang adalah saatnya mewujudkan perdamaian di tanah tersebut.
Ada
banyak makna simbolis serta kejutan Paus untuk Israel dan Palestina waktu
berkunjung. “Aku bersamamu," kata Paus kepada sekelompok anak-anak
Palestina di kamp pengungsian di Bethlehem. Dia juga menggelar makan siang
pribadi dengan lima keluarga Palestina yang dirugikan Israel.
Bahkan,
kedatangan Paus di Bethlehem langsung dari Yordania naik helikopter memiliki
makna simbolis penting. Kedatangan Paus sebelumnya, sejak Israel menduduki
wilayah Itu pada 1967, selalu dilakukan lewat Israel.
Paus
mendukung terhadap Palestina demi tercipta perdamaian sejati. Maka, tindakan
Israel atas rakyat Palestina jelas melanggar moralitas kemanusiaan, HAM, dan
melukai demokrasi. Israel seperti monster yang menakutkan. Demikian juga para
militansinya yang kerap menjadikan penduduk sipil tak bersalah sebagai tameng
peperangan.
Permasalahan
Israel dan Palestina sudah bergeser dari soal-soal ideologis menjadi problem
kemanusiaan universal. Dengan alasan itulah, maka setiap umat beragama apa
pun dan dari kelompok mana pun yang mencintai perdamaian sudah seharusnya
menggerakkan spirit perdamaian lebih luas.
Bersatu
Paus
Fransiskus terus mendorong agar agama bersatu mewujudkan damai sejati. Agama
dipangil untuk menciptakan tata dunia baru. Dialog antar-agama tidak boleh
berhenti sebatas formalitas belaka. Pembumian makna dialog berarti menepis
segala bentuk yang berbau ritual dan formal, tapi harus lebih menjunjung
tinggi aspek semangat persaudaraan. Lebih jauh lagi, pembumian dialog
bertujuan agar masyarakat bawah menerima cahaya kedamaian demi kehidupan yang
tenang, tanpa ketakutan dan kecemasan.
Membangun
kesadaran keberagaman harus menjadi prioritas. Keberagamaan jangan sekadar
berwajah kesalehan individual, tetapi juga sosial. Kesalehan sosial ditandai
kepedulian secara ekonomis dan menerima umat agama lain. Itu berarti kaum
beragama tidak boleh menghardik umat dari agama lain.
Itulah
wajah agama yang manusiawi karena berorientasi altruistik, bukan egoistik.
Maka, tiap ibadah harus lebih dilandasi sikap hati yang tulus untuk memberi
penghargaan terhadap martabat kemanusiaan. Mempersembahkan korban bukan ritus
utama beragama, tetapi pemihakan pada nilai-nilai kemanusiaan.
Untuk
itu, orang harus lebih dulu berdamai dengan siapa pun termasuk saudara, baru
boleh beribadah atau berdoa. Bila tanganmu masih penuh penindasan, cucilah
lebih dulu agar layak beribadah. Bila dirimu masih membenci sesamamu,
berdamailah dulu, lalu beribadah kepada Tuhan.
Bila
engkau masih berniat membunuh, buang, baru merayakan ibadah. Bila engkau
masih merencanakan balas dendam, batalkan dulu. Peribadahan menjadi memuakkan
dan hanya semu, ketika dalam waktu yang bersamaan tangan kita berlumuran
darah. Begitulah pesan Nabi Yesaya.
Tugas
umat beriman menyucikan dunia dengan menegakkan kemanusiaan dan keadilan.
Keberagamaan bukan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi orang lain.
Mendiang Romo Mangun mengatakan orang yang memiliki religiositas tidak
memikirkan diri sendiri, tapi justru memberikan diri untuk keselamatan orang
lain. Iman harus menghasilkan buah kebaikan, perdamaian, keadilan, dan
kesejahteraan. Jadi, beragama baru dikatakan benar bila kaum beragama mampu
mengendalikan pikiran, emosi, agar tidak menyakiti orang lain.
Upaya
Paus Fransiskus menghadirkan perdamaian dunia sebagai wujud keberimaan yang
otentik. Iman otentik bila agama dihayati dalam wujud cinta kepada kemanusia.
Kemanusian utama menerima sesama sebagai persaudaraan sejati untuk hidup
berdampingan. Erick From mengatakan seluruh cinta di alam semesta merupakan
representasi cinta Tuhan dan menjadi “wujud” cinta terhadap Tuhan.
Erick
From menyatakan cinta tak akan mengerdilkan diri, pasangan, atau siapa pun
yang ada di sekitar. Mencintai seseorang berarti membiarkan dia tumbuh dan
berkembang secara bebas. Cinta itu membebaskan.
Inilah
pentingnya mencintai berdasakan keberadaan Tuhan. Ketika pencina dan yang
dicinta menyadari diri sebagai bagian ciptaan Tuhan, keduanya adalah satu,
walaupun nyatanya tetap ada dua sebagai representasi keutuhan diri. Pencinta
tidak akan melukai sesamanya, apalagi membuat orang lain menderita karena
berbagai hal, termasuk perang. Perang sebenarnya menghancurkan nilai-nilai
kemanusian karena hanya melahirkan penderitaan sesamanya.
Upaya
Paus Fransiksus mewujudkan perdamaian tidak terlepas dari impian dalam
membentuk tata dunia baru. Ini diucapkan saat Paus berada di sebuah tembok
yang bertuliskan “Free Palestine”
(bebaskan Palestina). Paus lalu berdoa di situ. ”Bethlehem terlihat seperti Ghetto, Warsawa” bunyi tulisan lain
sebagai sindiran penderitaan rakyat Palestina seperti penderitaan warga
Yahudi ketika ditindas rezim Nazi.
Dalam
kunjungan tiga hari ke Timur Tengah itu, Paus Fransiskus juga mendukung
kemerdekaan Palestina. Dia sepenuhnya mendorong upaya perundingan damai yang
sudah lama “lumpuh”. Paus lalu
mengundang Presiden Israel dan Presiden Palestina ke Vatikan untuk berdoa
bersama guna mengakhiri konflik abadi, sebagaimana telah terjadi.
”Dalam hal ini, di tempat kelahiran
Raja Damai, saya mengundang Anda, Presiden Mahmoud Abbas bersama Presiden
Shimon Peres untuk bergabung dengan saya dalam doa sepenuh hati kepada Tuhan
atas karunia perdamaian,” kata Paus di Betlehem.
Perdamaian
Palestina akan mewujudkan dunia yang damai seutuhnya. Dunai internasional
haraus segera menghentikan perang di Palestina. Gerakan solidaritas
masyarakat intenasional akan menghentikan aksi melangar hukum. Dunia harus
bersatu menegakkan nilai kemanusian universal. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar