Belenggu
Infrastruktur Pantura
Toto Subandriyo ; Peminat
Masalah Sosial-Ekonomi,
Alumnus
IPB dan Magister Manajemen Unsoed
|
JAWA
POS, 21 Juli 2014
SUDAH dapat dipastikan para pemudik Lebaran yang akan melintas
di jalur pantura Jawa tahun ini tersiksa oleh kemacetan yang menggila.
Pasalnya, menjelang H-10 Lebaran, Jembatan Comal yang berada di jalur mudik
utama pantura Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, ambles sehingga tidak dapat
dilalui kendaraan. Diperkirakan, H-3 Lebaran jembatan tersebut baru bisa
dibuka dan dilintasi kendaraan kecil.
Tanda-tanda kemacetan yang menggila itu secara kasatmata
terlihat ketika arus mudik dari arah Jakarta dialihkan melalui jalur selatan
Tegal–Purwokerto sejak 18 Juli 2014. Hingga 20 Juli 2014, saat artikel ini
ditulis, kemacetan yang menggila di jalur Tegal–Purwokerto itu menjadi trending topic di media jejaring
sosial. Arus lalu lintas arah Tegal–Purwokerto lumpuh puluhan kilometer.
Meski semua berubah di negeri ini, tampaknya pola pikir
pemerintah pusat dalam mengatasi permasalahan infrastruktur jalan/jembatan
nyaris tidak pernah berubah. Meski kemacetan di jalur pantura selalu
berulang, tidak terlihat perubahan signifikan dari cara pemerintah mengatasi
permasalahan tersebut. Nyaris tidak terlihat langkah dan kebijakan solutif
jangka panjang untuk menyelesaikan permasalahan secara fundamental.
Seperti sudah menjadi tradisi tahunan, setiap memasuki bulan
puasa dan menjelang Lebaran seperti sekarang kemacetan jalur pantura Jawa
yang merupakan jalur mudik utama di negeri ini menggila. Kemacetan parah itu
berdampak serius terhadap aktivitas masyarakat. Mulai waktu tempuh yang
semakin lama, hilangnya kesempatan yang sudah direncanakan, hingga terganggunya
aktivitas sosial-ekonomi.
Awal bulan puasa tahun lalu kemacetan parah juga terjadi di ruas
jalan Pati–Rembang. Sebuah harian yang terbit di Semarang pada 6 Juli 2013
memuat berita berjudul Terjebak Macet, Bayi Meninggal. Mobil ambulans yang
membawa bayi tujuh bulan bersama sang ibu itu terjebak macet dua hari. Bayi
nahas tersebut berangkat dari Jakarta dan rencananya dibawa pulang ke kampung
halamannya di Madura.
Pengalihan Beban
Menurut Peter M. Senge (1999), pola dan cara pemerintah
mengatasi permasalahan seperti itu dikenal sebagai pola pengalihan beban (shifting the burden). Penyelesaian
masalah dilakukan hanya pada gejala (symptom)
sesaat. Untuk sementara gejala permasalahan berkurang atau hilang, namun
beberapa waktu kemudian muncul kembali.
Jalur jalan yang juga dikenal dengan nama Jalan Daendels itu
terbentang dari Anyer, Provinsi Banten, hingga Panarukan, Situbondo, Provinsi
Jawa Timur. Jalan sepanjang 1.000 kilometer itu merupakan urat nadi
perekonomian nasional terpenting. Jalur transportasi yang tidak pernah tidur,
siang malam berbagai jenis moda transportasi darat menyemut di sepanjang ruas
jalan.
Permasalahannya, secara umum pemerintah negeri ini seperti
terbelenggu oleh kondisi buruknya infrastruktur. World Economic Forum (WEF) menyebut infrastruktur menjadi masalah
terbesar ketiga di Indonesia setelah persoalan korupsi dan inefisiensi
birokrasi. Pembangunan sarana infrastruktur jalan/jembatan sangat diperlukan
untuk mewujudkan konektivitas antarwilayah yang dalam jangka panjang
bermanfaat menekan biaya logistik. Saat ini biaya logistik di Indonesia
termasuk sangat mahal, mencapai 14,08 persen.
Dalam ilmu pengembangan wilayah, dikenal teori dorongan kuat (big push theory). Teori itu menyatakan
bahwa untuk mempercepat pembangunan ekonomi di suatu wilayah, bangunlah dulu
infrastruktur. Semua yang lain akan berkembang menetes (trickle down effect). Menurut teori tersebut, cara kerja
’’sedikit demi sedikit’’ tidak akan mendorong ekonomi pada lintasan
pembangunan, tetapi jumlah investasi infrastruktur yang besar menjadi syarat
mutlak.
Paling tidak, tiga alasan pokok mengapa pembangunan
infrastruktur harus diutamakan. Pertama, pembangunan infrastruktur akan
menciptakan banyak lapangan kerja. Angka pengangguran bakal berkurang dan
tingkat pendapatan masyarakat akan meningkat. Kedua, pembangunan
infrastruktur dasar, infrastruktur teknologi, serta infrastruktur sain secara
langsung akan mempengaruhi iklim investasi. Ketiga, pembangunan infrastruktur
sangat menentukan integrasi sosial-ekonomi suatu wilayah/daerah dengan
wilayah/daerah lainnya serta membuka isolasi fisik dan nonfisik.
Audit Jalan
Untuk mengurai berbagai permasalahan tersebut, pemerintah
semestinya tidak menumpuk beban arus mudik dan arus balik Lebaran hanya di
jalur pantura. Menurut perhitungan teknis, kapasitas Jalan Daendels saat ini
sudah overload. Diperbaiki seperti apa pun tidak lama pasti akan rusak lagi.
Oleh karena itu, selain penegakan hukum bagi para pelanggar aturan,
pemerintah pusat harus memberdayakan jalan-jalan alternatif yang
menghubungkan antarkabupaten/kota sepanjang jalur pantura.
Koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota/provinsi perlu
digalang lebih intensif untuk perbaikan jalan alternatif yang notabene bukan
tanggung jawab pemerintah pusat. Alasan klasik kurangnya anggaran yang
dimiliki pemerintah kabupaten/kota/provinsi menjadikan kondisi jalan
alternatif itu secara umum sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, selain
perbaikan fisik, perlu dilakukan audit jalan, pemasangan rambu-rambu lalu
lintas, serta pemasangan lampu penerangan jalan. Audit jalan yang memadai
dapat meminimalkan terjadinya kecelakaan.
Untuk mengurangi beban kepadatan Jalan Daendels dan lebih
memperlancar roda perekonomian nasional, pemerintah dituntut untuk melakukan
akselerasi pembangunan tol trans Jawa dan jalur ganda kereta api. Tol yang
direncanakan sepanjang 897,7 kilometer, terbentang dari Anyer hingga
Banyuwangi, akan sangat membantu mengurai kemacetan di Jalan Daendels.
Lebih jauh, pemerintahan baru nanti harus membuat terobosan
dalam pembangunan infrastruktur. Janji-janji yang telah ditebarkan semasa
kampanye kemarin untuk membangun berbagai sarana infrastruktur, termasuk
gagasan membangun tol laut, harus segera diwujudkan. Angkutan
penumpang/barang dengan menggunakan kapal sangat membantu mengurangi
kepadatan pengguna jalan di jalur pantura. Upaya-upaya tersebut dapat
mengurai permasalahan kemacetan yang selalu menyandera di jalur pantura. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar