Minggu, 04 Mei 2014

Siapa Pantas Mendampingi Jokowi?

Siapa Pantas Mendampingi Jokowi?

Lenita Safithry  ;   Wartawan lepas setelah 17 tahun berkarier sebagai jurnalis di media asing
MEDIA INDONESIA,  03 Mei 2014
                                                
                                                                                         
                                                      
SETELAH pemilu legislatif berakhir dan bentukbentuk aliansi elektoral untuk pemilihan presiden sudah mulai terlihat, pertanyaan besar berikutnya ialah siapa yang dipilih Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadi calon wakil presiden. Pentingnya pilihan itu lebih dari sekadar mengunci aliansi yang akan mendukung Jokowi dalam pemilihan presiden mendatang dan membawanya pada kemenangan. Pilihan tersebut juga akan sangat menentukan keberhasilan dalam memimpin negara, jika ia mejadi pemenang pemilihan presiden.

Apa yang harus Jokowi cari pada sosok seorang wakil presiden? Jokowi membutuhkan pasangan wakil presiden yang memenuhi beberapa kriteria. Prioritas pertama ialah untuk mengamankan pencalonan dirinya sebagai presiden. Calon wakil presidennya harus bisa membantu membawa dukungan yang cukup untuk memenuhi ambang batas guna memastikan pencalonannya, karena suara untuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mengusung Jokowi tidak bisa mencapai 20% kursi di DPR atau 25% suara yang didapat di pemilu legislatif, angka yang dibutuhkan untuk menominasikan presiden. Cawapres Jokowi tidak harus berasal dari partai besar. Ia bisa saja yang berasal dari partai kecil atau sosok yang memiliki pengaruh yang cukup terhadap partai kecil untuk memastikan pencalonan Jokowi.

Langkah kedua ialah memenangi pemilihan presiden, terutama di babak pertama yang akan berlangsung pada 9 Juli mendatang. Kemenangan mutlak satu tahap pada pemilu presiden akan memastikan kans Jokowi lebih kuat untuk menghindari hal-hal yang tak terduga pada proses kampanye. Menunggu putaran kedua pemilihan presiden pada September akan berisiko, karena akan memberikan waktu yang lebih lama bagi lawan-lawan politik Jokowi untuk melemahkan pencalonannya. Jadi, sangat penting bahwa calon wapres merupakan sosok yang bisa memberi nilai tambah.

Tersentralisasi

Siapa pun sosok pendamping Jokowi harus membantu ia mendapatkan suara dari segmen penduduk yang belum menjadi kekuatannya untuk mengamankan lebih dari 50% suara pada Juli, sehingga pemilu yang berlangsung dua tahap dapat dihindari. Yang penting untuk dipahami bahwa meskipun Jokowi populer, dukungan terhadapnya hanya tersentralisasi di daerah-daerah tertentu. Pola daerah pemungutan suara dalam pemilihan DPR menunjukkan bahwa PDIP hanya memenangi posisi teratas pada setengah dari provinsi di Indonesia. Jokowi membutuhkan cawapres yang bisa memberikan kontribusi kemenangan pada provinsi-provinsi lainnya.

Kedua, kampanye pemilihan presiden yang akan datang mungkin akan menjadi salah satu yang terberat, dengan banyaknya kampanye hitam yang mungkin akan menargetkan Jokowi. Kelompok-kelompok yang selama ini khawatir akan niat Jokowi mengatasi korupsi dan kroniisme memiliki kepentingan besar untuk menjegal kemenangannya. Oleh karena itu, penting bagi Jokowi untuk memiliki pasangan yang dapat membantunya mengatasi adanya kemungkinan buruk tersebut.

Ketiga, pasangannya harus memperkuat, tidak menghancurkan citra Jokowi. Dia sebaiknya wajah baru dan mampu melengkapi daya tarik Jokowi sebagai pemimpin baru yang bersih dan benar-benar peduli kepada masyarakat Indonesia. Sejarah karier yang panjang dalam pengabdian kepada bangsa pasti akan memberi nilai tambah. Terakhir, Jokowi membutuhkan calon wapres yang punya sejarah bersih sepanjang kariernya.

Peran ketiga calon wakil presiden ialah untuk membantu memastikan bahwa Jokowi akan sukses pada masa jabatan pertamanya, yang bisa memudahkannya memenangi masa jabatan kedua.

Oleh karena itu, wakil presiden untuk Jokowi harus memiliki beberapa kelebihan. Pertama, ia harus menjadi pelengkap Jokowi untuk memperkuat kepemimpinannya serta mengompensasi kesenjangan dalam pengalamannya. Kebutuhan utama ialah sang cawapres harus bisa menutupi kekurangan dan pengalaman Jokowi di bidang keamanan nasional serta kebijakan luar negeri.

Kedua, mengingat keluhan yang muncul bahwa Jokowi hanya memiliki pengalaman mengelola kota, sosok yang dibutuhkan harus memiliki pengalaman substansial dalam administrasi tingkat nasional. Pengalaman mengelola sebuah organisasi nasional yang besar. Ketiga, ia harus setia, dapat dipercaya, mendukung Jokowi mengarungi pasang surut yang tak terelakkan pada setiap jabatan, seperti keteguhan Wakil Presiden Joe Biden mendampingi Presiden Barack Obama di Amerika Serikat.

Terakhir, cawapres ini harus cukup punya pengetahuan mengelola pemerintahan, bisa memberi masukan-masukan positif kepada presiden dan cukup berani untuk menyatakan tidak setuju terhadap presiden bila diperlukan, serta bisa mencarikan jalan keluarnya. Hal itu untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil ialah yang terbaik untuk negara.

Siapa dia?

Tidak ada calon yang jelas yang memenuhi semua kriteria tersebut. Namun, ada calon potensial yang mendekati kriteria tersebut, yang menurut pakar bisa menjadi ‘kuda hitam’ dalam pertarungan pemilu presiden ini. Panglima TNI Jenderal Moeldoko ialah salah satu tokoh yang digadang-gadang menjadi sosok pendamping Jokowi.

Sebagai prajurit, karier Moeldoko memang tidak dapat menggalang dukungan partai politik di DPR untuk mendukung kepemimpinan Jokowi nantinya. Namun, terlepas dari masalah di atas, Moeldoko merupakan sosok yang bisa memberikan nilai plus bagi Jokowi. Ia lulusan terbaik angkatannya di akademi militer dan memiliki prestasi dalam setiap penempatan, baik di medan tempur atau manajerial. Ia berpengalaman dalam keamanan administrasi dan nasional sepanjang perjalanan karier ke posisi puncak militer.

Moeldoko memiliki perspektif internasional dan pemahaman yang mendalam akan isu-isu penting yang aktual, seperti ketegangan di Laut China Selatan, yang akan dihadapi oleh presiden berikutnya. Memiliki cawapres militer bisa membantu melawan citra kepemimpinan yang kuat dari calon lawan terkuatnya, yakni mantan Komandan Pasukan Khusus Prabowo Subianto. Ia juga dapat memecahkan dukungan dari keluarga dan purnawirawan TNI kepada Prabowo. Karena pada akhirnya, tahun ini adalah tahun pertarungan antara Jokowi dan Prabowo. 
Moeldoko memang bukan calon yang sempurna, tetapi dia yang paling mendekati kriteria yang dibutuhkan dalam kontestasi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar