Jembatan
Fenomenal
di
Tangan Perusahaan Fenomenal
Dahlan
Iskan ; Menteri BUMN
|
JAWA
POS, 26 Mei 2014
Mendarat
di Balikpapan dari Bandung, Jumat lalu, saya kaget: semua capres dan cawapres
ada di sana untuk menghadiri Sidang Tanwir Muhammadiyah di Samarinda.
Saya
sendiri punya empat pekerjaan hari itu: meninjau terminal Bandara Sepinggan
yang baru jadi, merencanakan pembangunan jembatan di atas laut terpanjang di
Indonesia, rapat pembangunan transmisi tanpa utang luar negeri, dan membantu
pembangunan bandara baru di Samarinda.
Setelah
meninjau bandara baru Sepinggan, Balikpapan, saya berkesimpulan: sudah siap
diresmikan kapan saja Presiden SBY menghendaki.
Terminal
bandara itu sangat membanggakan. Besarnya dua kali lipat dari bandara baru
Surabaya. Inilah bandara dengan status bintang lima di Indonesia, setingkat
lebih tinggi dari Bandara Kualanamu Medan yang sudah banyak dipuji itu.
Dari
Balikpapan, saya menghubungi Dirut PT Angkasa Pura I Tommy Soetomo yang baru
menjalani transplantasi ginjal di RSCM Jakarta dengan sukses itu. Saya
memberikan pujian yang tinggi kepadanya.
Hampir
tidak ada koreksi sama sekali dari saya. Kecuali hal-hal yang amat kecil.
Saya
terus memuji direksi Angkasa Pura I dan seluruh timnya. Saya juga memuji
kontraktornya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Kian
banyak pengalaman kontraktor BUMN dalam membangun bandara. Ini akan menjadi
modal penting dalam peningkatan daya saing kita di bidang tersebut di dunia
internasional.
Dulu penumpang dari Jakarta
akan merasa kaget ketika mendarat di Balikpapan: betapa ketinggalannya
Bandara Sepinggan. Kini, penumpang dari Balikpapan yang mendarat di Jakarta
justru yang kaget: betapa ketinggalannya Jakarta.
Tentu
ini hanya sementara. PT Angkasa Pura II (Persero) juga lagi membangun
terminal 3 yang modern dan amat besar. Untuk menggambarkan besarnya terminal
3 Bandara Soekarno-Hatta itu, cukup saya sebutkan ini: jumlahkan luas
terminal 1, terminal 2, dan terminal 3 existing,
masih akan kalah luas dengan satu terminal 3 yang baru nanti.
Fokus
berikutnya memang masih banyak: Bandara Pontianak, Jogja, Bandung,
Banjarmasin, dan Semarang. Empat bandara itu memang sudah tidak layak.
Yang persiapannya juga sedang
dikebut adalah pembangunan jembatan di atas laut terpanjang di Indonesia: di
atas Teluk Balikpapan. Jembatan itu panjangnya lebih dari 12 km, akan lebih
panjang daripada jalan tol di atas laut di Bali.
Tingkat
kesulitannya juga lebih tinggi: melintasi laut yang lebih dalam. Harus ada
bentang bebas pilar sampai 400 meter. Juga, harus ada dua bentang lagi yang
panjangnya masing-masing melebihi 200 meter. Jembatan itu akan menghubungkan
Kota Balikpapan dengan Kota Panajam dan sekaligus menghubungkan Kaltim dengan
Kalsel.
Persiapan
perencanaan proyek itu baru dilakukan tiga bulan lalu oleh PT Waskita Karya.
Tentu bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Panajam Paser Utara,
Pemerintah Kota Balikpapan, serta Pemerintah Provinsi Kaltim.
Berbagai
urusan bisa dilakukan dengan cepat. Minggu lalu menteri pekerjaan umum sudah
mengeluarkan persetujuan untuk Waskita Karya sebagai inisiator proyek
tersebut. Kami merencanakan, kalau bisa, Oktober nanti sudah dimulai
pembangunan fisiknya.
Tentu,
saat itu nanti, saya sudah tidak menjabat menteri. Tapi, Gubernur Kaltim
Awang Faroek akan bisa melakukannya. Jangan sampai molor.
Tidak
perlu urusan-urusan politik pergantian pemerintahan mengganggu program
sepenting itu. Apalagi kami merencanakan jembatan di atas laut tersebut bisa
selesai dalam waktu hanya 30 bulan.
Memang
masih ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan sejak hari ini sampai
Oktober nanti: paparan ke DPRD Balikpapan dan Panajam serta penetapan RTRW
dan amdal. Tapi, gubernur Kaltim sangat antusias dengan proyek tersebut.
Beliau menjamin dua hal itu selesai sebelum Oktober. Itu yang beliau
sampaikan kepada saya Jumat lalu.
Saya
jadi teringat jalan tol di atas laut di Bali. Tidak mungkin jalan tol
tersebut bisa diselesaikan secepat itu kalau Gubernur Bali Mangku Pastika
tidak antusias.
Keberhasilan
membangun jalan tol di atas laut di Bali itulah yang memberikan rasa percaya
diri yang luar biasa bagi bangsa ini. Terutama bagi BUMN bidang konstruksi.
Membangun daya saing bangsa harus dilakukan dengan cara-cara seperti ini. Di
semua bidang. Tidak bisa dilakukan hanya dengan pidato-pidato atau
seminar-seminar.
PT Waskita Karya (Persero) Tbk
sendiri, di bawah Dirut M. Choliq, menjadi contoh restrukturisasi perusahaan
yang fenomenal. Tiga tahun lalu Waskita masih berstatus perusahaan sakit.
Masih opname di bawah pengawasan PPA.
Inilah
penyembuhan perusahaan yang sangat cepat. Tidak sempat ribut-ribut karena
tidak ada surat-surat yang bocor di tahap awalnya! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar