Gerak
Cepat Penanganan Bencana
Totok Siswantara ;
Pengkaji
Transformasi Teknologi dan Infrastruktur
|
KORAN
JAKARTA, 02 Februari 2014
Untuk mengatasi bencana alam dibutuhkan personel
gerak cepat dan peralatan yang mampu mengarungi medan yang sulit. Personel
yang mampu melakukan penetrasi semacam itu tentunya adalah dari kalangan
militer. Sayangnya, di negeri ini, belum terbangun mekanisme yang efektif
terkait dengan peran optimal militer dalam penanganan bencana alam.
Mekanisme itu, antara lain mencakup tata
kelola dan standardisasi sistem dan peralatan militer yang secepat mungkin
bisa dioperasikan untuk menangani bencana alam.
Mekanisme di atas tidak hanya melakukan
sinergi antar kelembagaan dalam negeri, tetapi juga terkait dengan
partisipasi negara lain yang mengerahkan aset-aset militernya menuju zona
bencana sehingga spesifikasi sistem dan peralatan militer yang dilibatkan
secepatnya bisa diklarifikasikan dan bisa cepat memulai operasi.
Optimalisasi tanggap darurat bencana yang
melibatkan kekuatan militer antarnegara memerlukan platform bersama. Hal itu
untuk memudahkan operasi dan berbagi informasi untuk membantu negara yang
terkena bencana alam, terutama dalam melibatkan berbagai peralatan militer.
Optimalisasi juga untuk mencari metode mempersingkat durasi penyelematan
korban bencana alam.
Pengalaman penanganan bencana di negeri ini
menunjukkan acap kali durasi atau waktu pengerjaan justru terkendala oleh
banyaknya relawan yang kurang atau tidak keterampilan mengoperasikan
peralatan dan mesin.
Selain itu, pihak militer sudah barang
tentu memiliki peralatan TIK (teknologi informasi dan komunikasi ) yang andal
sehingga sistem informasi bencana bisa diwujudkan dalam waktu yang singkat
untuk menggantikan sistem informasi yang telah lumpuh akibat bencana. Sistem
informasi di atas termasuk penyediaan data geografis yang dapat
menginformasikan keadaan bencana dengan cepat.
Dunia militer yang sangat akrab dengan
masalah pemetaan dengan mudah akan membentuk basis data untuk membangun
sistem informasi bencana alam, meliputi data citra satelit, peta kawasan,
data infrastruktur, data land use, dan lain-lain.
Sistem informasi juga meliputi aplikasi
emergency medical care information system untuk keperluan medis sehingga
tenaga medis dan obat-obatan untuk korban bencana bisa terkelola secara baik.
Puncak musim penghujan dan cuaca ekstrem
pada awal 2014 ini berimplikasi serius terhadap infrastruktur publik.
Infrastruktur publik seperti gedung perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan,
dan bangunan bawah tanah sangat rawan terkena petaka akibat bencana yang tak
terduga seperti banjir.
Kondisinya semakin fatal karena kondisi
struktur bangunan sudah lemah dimakan usia. Kerentanan infrastruktur publik
terhadap bencana alam banjir perlu diantisipasi sedini mungkin dengan cara
berkoordinasi dengan kesatuan militer terdekat.
Salah satu infrastruktur publik yang sangat
rawan menghadapi musim hujan dan cuaca eksrim pada saat ini adalah basement
gedung dan bangunan-bangunan di bawah permukaan tanah lainnya.
Banyak pihak yang tidak sadar bahwa
basement gedung sarat masalah dan selalu diintai malapetaka seperti jebakan
air akibat banjir. Ada baiknya pihak yang terkait segera melakukan evaluasi
total terhadap keamanan di gedung perkantoran dan bisnis dan segera melakukan
pembenahan secara konkret.
Tak bisa dimungkiri lagi bahwa standar
teknis dan tata kelola basement gedung banyak yang bermasalah dan sering
luput dari perhatian Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) bagi
infrastruktur. Kondisinya semakin parah karena sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja (SMK-3) di lingkungan pengelola gedung masih banyak yang
bermasalah.
Apalagi umur operasi infrastruktur semakin
tua sehingga didera oleh biaya perawatan yang sangat tinggi. Ada
kecenderungan pengelola gedung menunda-nunda jadwal perawatan berkala dan
penggantian komponen yang sudah tidak bisa beroperasi semestinya.
Banyak infrastruktur basement gedung yang
berdampingan dengan aliran sungai sehingga rawan bocor dan kondisi destruktif
lainnya. Kondisinya semakin rawan karena banyak tanggul sungai di sekitar
gedung yang dalam kondisi rusak. Kerusakan tanggul sungai semakin
membahayakan ruang-ruang bawah tanah dan merusak konstruksi.
Pemerintah daerah sebaiknya segera
melakukan penguatan manajemen kontrol SKPD bagi infrastruktur kota dengan
cara berkoordinasi dengan kesatuan militer. Apalagi, pada saat ini pranata
infrastruktur perkotaan sedang sakit yang disertai rendahnya budaya
keselamatan lingkungan fisik.
Kondisi ini diperparah lagi dengan lemahnya
implementasi undang-undang tentang bangunan gedung. Ada beberapa titik rentan
bangunan gedung yang berpotensi memakan korban jiwa, tetapi hingga saat ini
masih sering terabaikan.
Untuk mengatasi kerawanan basement gedung
yang dekat dengan aliran sungai dibutuhkan metode dan teknologi pengamanan
sungai yang cepat jika terjadi kondisi darurat yang mengarah kepada jebolnya
tanggul dalam skala besar.
Kasus jebolnya tanggul yang sering terjadi
memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya waktu yang cepat untuk
mengatasi dengan peralatan khusus dan material siap pakai dan mudah dirakit.
Semua itu sebaiknya dibakukan dalam crash manajemen proyek yang mampu
mempersingkat durasi penanganan sehingga bisa cepat mengurangi resiko
bencana.
Mekanisme cepat di atas ditandai dengan
kemampuan untuk membuat kontruksi gabion atau bronjong yang bersifat tepat
guna dan siap guna. Dalam kondisi darurat dibutuhkan personel yang sigap dan
mampu gerak cepat serta teknologi yang bisa membuat bantalan gabion yang
mudah diikatkan ke dalam dasar sungai untuk mencegah penggerowongan
konstruksi gedung dalam tempo cepat.
Selain itu, dalam kasus sergapan banjir di
perkotaan akibat tanggul jebol adalah pentingnya teknologi turap atau bulkhead
yang bisa dirakit dan dipasang secara fleksibel. Pentingnya inovasi teknologi
tepat guna dan tepat material dalam pembuatan turap yang mengedepankan
penggunaan material lokal yang mampu membentuk dinding kokoh untuk sungai di
sekitar gedung.
Bencana banjir yang datang dalam waktu yang
cepat sangat mengancam ruang-ruang di bawah tanah seperti basement gedung
perkantoran dan pusat bisnis.
Juga sangat mengancam ruas-ruas jalan yang
terletak di cekungan atau terowongan yang bisa menyebabkan mobil terjebak
saat terjadi banjir. Dibutuhkan pompa yang mampu menguras air. Jenis pompa
tersebut bisa diintegrasikan dengan peralatan militer yang mampu beroperasi
di medan banjir.
Mitigasi bencana alam di masa mendatang
sebaiknya mengoptimalkan peran militer. Apalagi pihak TNI juga memiliki
komitmen tinggi terhadap operasi nonperang, seperti mengatasi berbagai
bencana alam yang terjadi.
Optimalisasi militer untuk penanganan
bencana juga untuk menanggulangi kepincangan dan kelambatan dalam hal
mitigasi antara pemerintah pusat dan daerah.
Langkah yang paling efektif terkait dengan
hal tersebut adalah meningkatkan kapabilitas kesatuan seperti Korps Zeni yang
dimiliki oleh TNI. Lalu, bersinergi dengan badan penanggulangan bencana
daerah sehingga terwujudlah sinergi yang ideal dalam menghadapi bencana alam.
Korps Zeni TNI yang tersebar di seluruh
kodam semestinya ditingkatkan kapabilitasnya, baik secara teknis (peralatan),
jumlah personel, kecanggihan sistem TIK, maupun materi pelatihan.
Para Tagana binaan Kementerian Sosial yang
telah dibentuk di setiap daerah tingkat dua bisa berlatih di lingkungan Korps
Zeni dengan berbagai materi yang memadai. Penting untuk menyusun materi
latihan khusus dengan berbagai model atau simulasi serta skenario jika
terjadi bencana, termasuk keterampilan menggunakan alat-alat berat serta
pengetahuan praktis tentang konstruksi bangunan sipil hingga permesinan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar