Selasa, 04 Februari 2014

Gerak Cepat Penanganan Bencana

Gerak Cepat Penanganan Bencana

Totok Siswantara  ;   Pengkaji Transformasi Teknologi dan Infrastruktur
KORAN JAKARTA,  02 Februari 2014
                                                                                                                        
                                                                                         
                                                      
Untuk mengatasi bencana alam dibutuhkan personel gerak cepat dan peralatan yang mampu mengarungi medan yang sulit. Personel yang mampu melakukan penetrasi semacam itu tentunya adalah dari kalangan militer. Sayangnya, di negeri ini, belum terbangun mekanisme yang efektif terkait dengan peran optimal militer dalam penanganan bencana alam.

Mekanisme itu, antara lain mencakup tata kelola dan standardisasi sistem dan peralatan militer yang secepat mungkin bisa dioperasikan untuk menangani bencana alam.

Mekanisme di atas tidak hanya melakukan sinergi antar kelembagaan dalam negeri, tetapi juga terkait dengan partisipasi negara lain yang mengerahkan aset-aset militernya menuju zona bencana sehingga spesifikasi sistem dan peralatan militer yang dilibatkan secepatnya bisa diklarifikasikan dan bisa cepat memulai operasi. 

Optimalisasi tanggap darurat bencana yang melibatkan kekuatan militer antarnegara memerlukan platform bersama. Hal itu untuk memudahkan operasi dan berbagi informasi untuk membantu negara yang terkena bencana alam, terutama dalam melibatkan berbagai peralatan militer. Optimalisasi juga untuk mencari metode mempersingkat durasi penyelematan korban bencana alam.

Pengalaman penanganan bencana di negeri ini menunjukkan acap kali durasi atau waktu pengerjaan justru terkendala oleh banyaknya relawan yang kurang atau tidak keterampilan mengoperasikan peralatan dan mesin.

Selain itu, pihak militer sudah barang tentu memiliki peralatan TIK (teknologi informasi dan komunikasi ) yang andal sehingga sistem informasi bencana bisa diwujudkan dalam waktu yang singkat untuk menggantikan sistem informasi yang telah lumpuh akibat bencana. Sistem informasi di atas termasuk penyediaan data geografis yang dapat menginformasikan keadaan bencana dengan cepat. 

Dunia militer yang sangat akrab dengan masalah pemetaan dengan mudah akan membentuk basis data untuk membangun sistem informasi bencana alam, meliputi data citra satelit, peta kawasan, data infrastruktur, data land use, dan lain-lain.
Sistem informasi juga meliputi aplikasi emergency medical care information system untuk keperluan medis sehingga tenaga medis dan obat-obatan untuk korban bencana bisa terkelola secara baik.

Puncak musim penghujan dan cuaca ekstrem pada awal 2014 ini berimplikasi serius terhadap infrastruktur publik. Infrastruktur publik seperti gedung perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan, dan bangunan bawah tanah sangat rawan terkena petaka akibat bencana yang tak terduga seperti banjir.

Kondisinya semakin fatal karena kondisi struktur bangunan sudah lemah dimakan usia. Kerentanan infrastruktur publik terhadap bencana alam banjir perlu diantisipasi sedini mungkin dengan cara berkoordinasi dengan kesatuan militer terdekat.
Salah satu infrastruktur publik yang sangat rawan menghadapi musim hujan dan cuaca eksrim pada saat ini adalah basement gedung dan bangunan-bangunan di bawah permukaan tanah lainnya.

Banyak pihak yang tidak sadar bahwa basement gedung sarat masalah dan selalu diintai malapetaka seperti jebakan air akibat banjir. Ada baiknya pihak yang terkait segera melakukan evaluasi total terhadap keamanan di gedung perkantoran dan bisnis dan segera melakukan pembenahan secara konkret.

Tak bisa dimungkiri lagi bahwa standar teknis dan tata kelola basement gedung banyak yang bermasalah dan sering luput dari perhatian Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) bagi infrastruktur. Kondisinya semakin parah karena sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK-3) di lingkungan pengelola gedung masih banyak yang bermasalah.

Apalagi umur operasi infrastruktur semakin tua sehingga didera oleh biaya perawatan yang sangat tinggi. Ada kecenderungan pengelola gedung menunda-nunda jadwal perawatan berkala dan penggantian komponen yang sudah tidak bisa beroperasi semestinya.

Banyak infrastruktur basement gedung yang berdampingan dengan aliran sungai sehingga rawan bocor dan kondisi destruktif lainnya. Kondisinya semakin rawan karena banyak tanggul sungai di sekitar gedung yang dalam kondisi rusak. Kerusakan tanggul sungai semakin membahayakan ruang-ruang bawah tanah dan merusak konstruksi.

Pemerintah daerah sebaiknya segera melakukan penguatan manajemen kontrol SKPD bagi infrastruktur kota dengan cara berkoordinasi dengan kesatuan militer. Apalagi, pada saat ini pranata infrastruktur perkotaan sedang sakit yang disertai rendahnya budaya keselamatan lingkungan fisik.

Kondisi ini diperparah lagi dengan lemahnya implementasi undang-undang tentang bangunan gedung. Ada beberapa titik rentan bangunan gedung yang berpotensi memakan korban jiwa, tetapi hingga saat ini masih sering terabaikan. 

Untuk mengatasi kerawanan basement gedung yang dekat dengan aliran sungai dibutuhkan metode dan teknologi pengamanan sungai yang cepat jika terjadi kondisi darurat yang mengarah kepada jebolnya tanggul dalam skala besar.

Kasus jebolnya tanggul yang sering terjadi memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya waktu yang cepat untuk mengatasi dengan peralatan khusus dan material siap pakai dan mudah dirakit. Semua itu sebaiknya dibakukan dalam crash manajemen proyek yang mampu mempersingkat durasi penanganan sehingga bisa cepat mengurangi resiko bencana.

Mekanisme cepat di atas ditandai dengan kemampuan untuk membuat kontruksi gabion atau bronjong yang bersifat tepat guna dan siap guna. Dalam kondisi darurat dibutuhkan personel yang sigap dan mampu gerak cepat serta teknologi yang bisa membuat bantalan gabion yang mudah diikatkan ke dalam dasar sungai untuk mencegah penggerowongan konstruksi gedung dalam tempo cepat.

Selain itu, dalam kasus sergapan banjir di perkotaan akibat tanggul jebol adalah pentingnya teknologi turap atau bulkhead yang bisa dirakit dan dipasang secara fleksibel. Pentingnya inovasi teknologi tepat guna dan tepat material dalam pembuatan turap yang mengedepankan penggunaan material lokal yang mampu membentuk dinding kokoh untuk sungai di sekitar gedung.

Bencana banjir yang datang dalam waktu yang cepat sangat mengancam ruang-ruang di bawah tanah seperti basement gedung perkantoran dan pusat bisnis.
Juga sangat mengancam ruas-ruas jalan yang terletak di cekungan atau terowongan yang bisa menyebabkan mobil terjebak saat terjadi banjir. Dibutuhkan pompa yang mampu menguras air. Jenis pompa tersebut bisa diintegrasikan dengan peralatan militer yang mampu beroperasi di medan banjir. 

Mitigasi bencana alam di masa mendatang sebaiknya mengoptimalkan peran militer. Apalagi pihak TNI juga memiliki komitmen tinggi terhadap operasi nonperang, seperti mengatasi berbagai bencana alam yang terjadi. 

Optimalisasi militer untuk penanganan bencana juga untuk menanggulangi kepincangan dan kelambatan dalam hal mitigasi antara pemerintah pusat dan daerah.
Langkah yang paling efektif terkait dengan hal tersebut adalah meningkatkan kapabilitas kesatuan seperti Korps Zeni yang dimiliki oleh TNI. Lalu, bersinergi dengan badan penanggulangan bencana daerah sehingga terwujudlah sinergi yang ideal dalam menghadapi bencana alam. 

Korps Zeni TNI yang tersebar di seluruh kodam semestinya ditingkatkan kapabilitasnya, baik secara teknis (peralatan), jumlah personel, kecanggihan sistem TIK, maupun materi pelatihan.

Para Tagana binaan Kementerian Sosial yang telah dibentuk di setiap daerah tingkat dua bisa berlatih di lingkungan Korps Zeni dengan berbagai materi yang memadai. Penting untuk menyusun materi latihan khusus dengan berbagai model atau simulasi serta skenario jika terjadi bencana, termasuk keterampilan menggunakan alat-alat berat serta pengetahuan praktis tentang konstruksi bangunan sipil hingga permesinan. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar