Senin, 20 Januari 2014

Jokowi dan iPad

Jokowi dan iPad

Firman Atmakusuma  ;   Wartawan Tempo
TEMPO.CO,  20 Januari 2014
                                                                                                                       


Jokowi itu mirip iPad. Keduanya sama-sama selalu ditunggu banyak orang, kesayangan media, dikagumi, menjadi trendsetter, dan diselimuti aura misterius.

Orang tahu siapa Jokowi, tanpa harus menyebut jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. iPad juga sama. Tanpa perlu ditegaskan ini adalah tablet bikinan Apple, orang sudah paham.

Banyak warga Jakarta rela berdesakan hanya untuk bisa bersalaman atau berfoto-foto dengan pemilik nama asli Joko Widodo ini. Ia dianggap membawa nilai positif dan perubahan.

Sejak meluncur pada 2010, peminat iPad tak pernah sepi. Orang rela antre berjam-jam demi mendapatkannya. Siapa pun yang pernah memakai tablet ini pasti mengaku puas.

Popularitas Jokowi melejit lantaran media tak pernah bosan memberitakan aksinya. Jokowi naik sepeda, menjadi berita. Jokowi makan di warteg, wartawan langsung mengerubunginya.

Di mata publik Jakarta pada umumnya, mantan Wali Kota Solo ini seolah tanpa cela dibanding para pendahulunya. Ia disukai karena dekat dengan rakyat, bersahaja, dan tak mata duitan.

Jokowi punya ciri khas, yaitu tak segan terjun langsung ke lapangan. Kata blusukan pun jadi identik dengan Jokowi. Jika pejabat lain blusukan, pasti dibilang mengekor Jokowi.

iPad adalah trendsetter. Retina display, chipset 64-bit, dan layar cubit multi-sentuh hanya sedikit dari segudang inovasinya. Tablet lain cuma bisa mengikuti dan menyama-nyamai.

Yang menarik, Jokowi dan iPad memiliki aura misterius. Digadang-gadang untuk menduduki kursi RI-1, Jokowi sering bilang, "Enggak mikirin." Tak ada yang tahu arah isi hati Jokowi.

Misteri itu semakin kental ketika partai pendukungnya, PDI Perjuangan, belum juga membuka kartu truf soal siapa kadernya yang bakal dijagokan untuk menuju Istana Negara. Padahal, di pelbagai survei daftar calon presiden 2014, nama Jokowi jelas selalu bertengger di posisi puncak. Fatal kalau PDIP tak mengusung Jokowi sebagai calon presiden.

Sebelum diperkenalkan kepada publik pada hari-H, tak seorang pun di luar Apple yang tahu secara pasti bentuk dan spesifikasi iPad terbaru. Kemunculan iPad selalu dirahasiakan.

Satu kemiripan lain antara Jokowi dan iPad adalah orang menaruh ekspektasi tinggi terhadap kinerja keduanya. Meski tak perlu lagi menyangsikan kehebatan iPad, tak sedikit orang yang selalu berharap ada fitur baru yang lebih canggih di setiap generasi iPad berikutnya.

Jejak rekam perjalanan karier Jokowi sejauh ini dianggap meyakinkan, walau tak lepas dari catatan di sana-sini. Orang tentu berharap ada sesuatu lebih dari seorang Jokowi jika kelak menjadi orang nomor satu di negeri ini. Indonesia bukanlah Jakarta, apalagi Solo.

Jokowi harus mampu mengatasi masalah korupsi yang kronis, mengurangi jumlah kemiskinan yang terus meluas, mengeliminasi friksi antar-golongan yang kian brutal, mempertahankan pertumbuhan ekonomi tetap positif, dan mencari solusi seabrek permasalahan lain bangsa ini.

Lantas, misalnya Jokowi jadi pemimpin negeri ini, apakah ia akan akrab dengan iPad? Entahlah. Yang pasti, seperti iPad, Jokowi bukan tipe follower. Ia tak suka meniru gaya orang lain.

Itu artinya, Jokowi dan iPad sulit ketemu. Sebab, kebiasaan berpidato membawa sabak digital buatan Apple ini sudah dilakukan pendahulunya.

Tak apalah Jokowi tak memakai iPad. Yang penting, ia harus mampu membawa negeri ini ke arah lebih maju tanpa ragu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar