Pemerintahan
Zombi
Kartono Mohamad ; Dokter
|
TEMPO.CO,
02 Desember 2013
Zombi adalah manusia berotak rusak. Ia tidak
lagi mempunyai emosi atau empati terhadap orang lain. Pemerintahan
zombi adalah pemerintahan yang para pejabatnya sudah seperti zombi.
Para birokratnya tidak dapat berpikir lain, kecuali perintah atasan.
Birokrat zombi tidak berani berinisiatif, tidak berani berpikir di
luar bingkai (out of the box).
Soeharto dalam kurun waktu 30 tahun telah
berhasil menciptakan zombi-zombi dalam pemerintahannya. Merit system
tidak berjalan berdasar prestasi dan keberanian mengambil keputusan,
tetapi lebih didasari loyalitas dan kebiasaan menjilat. Hanya ada
beberapa pejabat yang berani berpikir dan bertindak di luar bingkai.
Mereka antara lain Emil Salim dan Haryono Suyono. Tapi eselon
bawahnya semua harus menjadi zombi. Perzombian ini menjadi konis, sampai
masa kepresidenan seterusnya.
Ciri pemerintahan zombi yang kronis ini
adalah tidak adanya intellectual and moral leadership. Banyak pejabat
memiliki titel berderet, tapi tidak mampu berpikir sebagai
intelektual. Intelektual dan sarjana adalah dua hal yang berbeda.
Birokrat zombi tidak mempunyai nurani (conscience)
atau moral. Mungkin saja mereka beragama dan menjalani ritus agama,
tapi itu hanya bagian dari sifat zombi yang bergerak serba otomatis.
Sebab, otaknya sudah rusak. Mereka seperti kodok dalam praktikum
biologi yang diputuskan hubungan otaknya dengan bagian lain tubuhnya,
supaya tetap hidup dan bergerak sehingga dapat dipelajari faalnya. Para
birokrat zombi juga sudah putus hubungan antara nalar dan nalurinya.
Mereka hanya haus darah orang lain. Kalau perlu otak temannya sendiri
juga dimakan. Mengenai hal ini, ada teman yang orang Jepang bilang, "falsafah politikus dan birokrat
Indonesia adalah falsafah panjat pinang. Kalau ada temannya yang mau
naik, akan ditarik dari bawah supaya jatuh. Kalau sudah naik, ia akan
menginjak kepala teman yang di bawahnya."
Ciri berikutnya adalah bergerak karena
direanimasi oleh orang lain, kalau pada zaman Soeharto mungkin oleh
mesin kekuasaan diktator. Di zaman demokrasi neoliberal sekarang ini,
mereka direanimasi oleh pemilik uang. Semboyannya, maju tak gentar
untuk yang bayar. Dan seperti zombi dalam cerita-cerita film, mereka
tidak mau berhenti meskipun dihadang. Kalau ada temannya yang
tertangkap KPK, dianggapnya itu adalah nasib. Salah dia yang ceroboh
sampai ketahuan. Mungkin dia akan ikut mengutuk sambil terus
melakukan korupsi. Berjalan terus layaknya zombi. Tanpa otak dan
naluri.
Birokrat dan politikus zombi akan memarahi
temannya jika berani berpikir berbeda dari atasannya, meskipun dalam
hati tidak sejalan. Kalau menjadi anggota parlemen, mereka mengakunya
wakil rakyat, tapi yang sebenarnya mereka adalah wakil pimpinan
partai. Mereka tidak berani berbicara lain meskipun kebijakan partai
tidak berpihak kepada rakyat. Birokrat dan politikus zombi juga akan
terkejut-kejut melihat fenomena seperti Jokowi-Ahok yang bertindak
tidak seperti birokrat pada umumnya, meskipun di negara lain hal
seperti itu bukan hal yang aneh. Ternyata masih ada yang belum
terkena virus zombi. Kapan pemerintahan zombi akan berakhir? Mungkin
masih puluhan tahun lagi. ●
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar