Menyadap
Kebijakan
Herry Gunawan ; Pendiri plasadana.com
|
TEMPO.CO,
30 November 2013
Australia menyadap komunikasi telepon Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono serta sejumlah pejabat lainnya. Tentu pantas
dipersoalkan. Namun ada penyadapan lain yang lebih berbahaya: penyadapan
kebijakan. Tak sekadar mendengarkan pembicaraan, tapi juga berusaha
mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Kasus
Bunda Putri sebenarnya masuk kategori ini. Kekuatan yang dimiliki dan
dijual oleh sang bunda, yang sempat disewa menjadi International Advisor
Petronas, perusahaan minyak dan gas bumi asal Malaysia, adalah akses.
Inilah yang sangat dibutuhkan oleh korporasi multinasional ketika berinvestasi
di sebuah negara.
Mungkin
kalau di negara maju seperti Amerika Serikat, pemain seperti Bunda Putri
ini lebih dikenal sebagai pelobi. Namun di sana tempatnya di ruang yang
terang-benderang. Ada deklarasi secara terbuka yang menjelaskan dia bekerja
untuk siapa.
Sekadar
menyebut contoh, kasus pembelian saham Yahoo! oleh Jack Ma, pendiri
Alibaba. Untuk kepentingan tersebut, Jack Ma menyewa pelobi, Duberstein Group Inc. Tugasnya
adalah meyakinkan para pemangku kepentingan di Amerika, termasuk Kongres, yang
khawatir akan campur tangan Cina karena dianggap membelenggu kebebasan.
Sebelum pelobi beroperasi, perusahaan pelobi yang ditunjuk harus
menyampaikan posisinya kepada publik, tidak boleh pura-pura. Begitulah
aturan mainnya.
Namun
yang gelap-gelapan juga ada. Contohnya, skandal yang terjadi di Inggris.
Pada 2012, misalnya, Peter Cruddas mundur dari posisi Wakil Bendahara
Partai Konservatif yang berkuasa. Gara-garanya, dia ketahuan menjual akses
ke Perdana Menteri. Siapa yang ingin bertemu Perdana Menteri David Cameron
bisa dijembatani Cruddas asal menyumbangkan dana Rp 4,5 miliar setahun
untuk partai. Itu merupakan tiket makan malam bersama Perdana Menteri,
sehingga yang bersangkutan bisa menyampaikan hasratnya secara langsung
kepada pembuat kebijakan.
Bunda
Putri, jika melihat kasus yang melibatkan namanya, termasuk pemain di dunia
gelap. Tujuannya membuka jalan bagi klien sekaligus mempengaruhi kebijakan
pemerintah untuk kepentingan yang mempekerjakannya. Orang-orang semacam
Bunda Putri ini tentu tidak sedikit yang beredar di Indonesia. Tujuannya
sama, yaitu membuka akses dan mempengaruhi kebijakan. Sasaran operasi
biasanya bukan pejabat resmi, melainkan pihak atau jaringan yang memiliki
akses menuju pengambil keputusan. Agar tangan pemilik kepentingan tetap
bersih, jejaring itulah yang bekerja secara langsung mempengaruhi kebijakan
atau menyampaikan kepentingannya. Dalam konteks ini, model yang digunakan
adalah mediasi.
Selain
menggunakan saluran kelompok berpengaruh (bukan pejabat), model ini biasa memanfaatkan
saluran media dan asosiasi bisnis. Dari sini pula pesan kepentingannya
dikirimkan. Intinya adalah demi mencapai tujuan, segala kanal dimanfaatkan.
Ada
juga model lobi yang langsung menyasar kelompok berpengaruh, seperti
pejabat. Tentu hal ini lebih efektif dalam mempengaruhi kebijakan, tapi
sangat mudah terdeteksi. Untuk mengelabui pihak tertentu, biasanya
digunakan asosiasi bisnis. Asosiasi inilah yang menjadi perantara melalui
pertemuan terbatas dengan pejabat pembuat keputusan. Dari sinilah operasi
mempengaruhi kebijakan dijalankan.
Para
pelobi di dunia gelap bisa menggiring kebijakan ke arah jalan lurus
versinya sendiri. Jelas ini sangat berbahaya karena bisa menihilkan
kepentingan rakyat dan negara. ●
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar