Kamis, 21 November 2013

Penyanyi Dangdut dalam Pusaran Koruptor

Penyanyi Dangdut dalam Pusaran Koruptor
Ardi Winangun  ;   Penggiat di Komunitas Penulis Lapak Isu (Koplaks)
OKEZONENEWS,  20 November 2013


Disebut beberapa artis dangdut dalam beberapa kegiatan yang melibatkan mantan Ketua MK Akil Mochtar semakin memposisikan biduanita dari dunia musik asli Indonesia itu, dangdut is music my country, dekat dengan para koruptor. Sebelumnya beberapa artis dangdut juga disebut dekat dengan Ahmad Fathanah. Bahkan satu di antara artis dangdut itu menjadi istri Ahmad Fathanah. Kalau ditarik mundur ke belakang lagi, ada seorang diva dangdut yang suaminya seorang anggota DPR dari PPP terjerat dalam kasus korupsi.
  
Dengan semakin banyaknya penyanyi dangdut berada dalam pusaran para koruptor bisa mengakibatkan musik ini yang sebelumnya dicap sebagai musik kampungan kemudian naik ke gedongan akan kembali ke posisi awal bahkan lebih buruk lagi predikatnya, musik yang mengiringi para koruptor melakukan aktivitas korupsinya.
 
Musik dangdut adalah musik dari berbagai unsur musik dari India, Melayu, Timur Tengah, dan unsur etnis dan bangsa lainnya, di nusantara yang dari tahun ke tahun mengalami evolusi dan mendapat sentuhan dari jenis musik lainnya. Di tangan pendangdut seperti Rhoma Irama, jenis musik ini mengalami lompatan yang tinggi menjadi sebuah jenis musik yang mampu bersaing dengan rock, pop, dan jazz.

Ketika marak berdiri stasiun televisi, musik ini juga terangkat. Mereka diberi ruang oleh stasiun televisi untuk segmen hiburan. Sebelumnya ada beberapa stasiun televisi yang enggan memberi ruang pada musik dangdut dengan alasan kampungan namun begitu MTV memberi ruang pada musik jenis ini maka seluruh stasiun televisi mengundang para penyanyi dangdut untuk bergoyang dan berdendang. Acara musik dangdut di beberapa stasiun televisi swasta yang pernah kesohor seperti Digoda, Joged, dan Duel Inul.

Meski musik dangdut sudah diberi panggung yang sangat luas di stasiun televisi, dan hal yang demikian mampu mengangkat biduanita dangdut dari biduanita kampung menjadi kaum selebritis, namun posisi penyanyi dangdut hingga sampai saat ini masih dipandang sebelah mata. Dipandang sebelah mata sebab penyanyi dangdut dari dulu hingga saat ini masih sering diperalat dan dijebak untuk kepentingan politik, nafsu, dan kepentingan lainnya seperti pencucian uang. 
Kalau kita lihat dalam masa Orde Baru, para penyanyi dangdut diperalat meski dibayar oleh para penguasa untuk menjadi pengumpul massa dalam kampanye-kampanye (Partai) Golkar. Kalau kita pernah menyaksikan pentas dangdut yang diselenggarakan oleh Golkar pasti kita akan melihat penyanyi dangdut yang ternama seperti Camelia Malik, Iis Dahlia. Nama-nama mereka memang manjur mengundang masyarakat untuk melihat acara yang diselenggarakan oleh partai berlambang pohon beringin itu.

Selepas era reformasi, penyanyi dangdut tidak terkutub dikontrak oleh Golkar namun semua partai mencoba mendekati penyanyi dangdut. Setiap acara kampanye, entah itu kampanye Pilkada, Pileg, Pilpres, pasti ada dendangan dan goyangan penyanyi dangdut. Penyanyi dangdut tak sekadar dijadikan pengumpul massa namun mereka sudah diangkat naik pada taraf yang lebih tinggi, jadi caleg, cabup, cagub, cawalkot bahkan capres. Mereka diposisikan pada calon-calon itu bukan karena kualitas namun lebih pada popularitas. 

Kembali ke masalah mengapa banyak biduanita masuk dalam pusaran koruptor. Jawabannya adalah, sebagaimana uraian di atas bahwa awal dari musik ini adalah musik kampungan.  Sebab musik kampungan maka dari dulu hingga saat ini banyak biduanita lahir dan besar di kampung, wilayah yang tak masuk sebutan metropolitan. Tak hanya itu, biasanya kampung itu sebuah wilayah yang miskin, di mana banyak penduduknya hanya berpendidikan sekolah dasar, lahan tandus, susah mencari pekerjaan sehingga banyak yang menjadi TKW, bahkan ada wilayah bila penduduknya melakukan kawin-cerai dengan orientasi mengejar harta sebagai hal yang lumrah. 

Sebagai seorang biduanita yang perlu hidup glamour dan menor maka penyanyi-penyanyi itu perlu memperoleh tanggapan atau pentas manggung yang sering untuk menopang gaya hidupnya. Tentu tanggapan tidak setiap hari. Tanggapan sering biasanya saat musim panen atau hari raya. Tentu sulit yang demikian bagi biduanita untuk bisa bertahan hidup belum lagi ditambah dengan saingan di antara mereka.

Untuk menopang gaya hidupnya yang glamour itulah ada di antara mereka mencari jalan pintas. Dengan modal wajah yang cantik meski suara pas-pasan mereka mau dimadu, dijadikan istri ketiga atau keempat oleh ‘orang-orang yang tak jelas.’ Siapa orang-orang yang tak jelas itu? Yaitu orang-orang yang mempunyai duit banyak namun tidak jelas dari mana asal duitnya itu. Orang yang demikian ya koruptor.

Bagaimana tidak tergoda kalau sang koruptor itu dengan ringan tangan mentransfer duit sebanyak, misalnya Rp100 juta, kepada biduanita. Bagaimana tidak tergoda kalau sang koruptor membelikan mobil mewah dan rumah mewah. Serta uang harian yang tak sedikit.

Bila para biduanita dangdut masih dibesarkan dalam suasana kemiskinan, pendidikan yang tak tinggi, dan lingkungan yang melumrahkan kawin cerai, maka masih akan banyak lagi biduanita yang akan masuk dalam pusaran koruptor. Agar citra tidak rusak seharusnya mereka mampu menahan diri dan harus mengerti siapa orang yang mendekati dirinya. Jangan hanya orang itu ringan tangan mentransfer uang lalu jadi gelap mata mengiyakan apa saja yang ia mau. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar