|
MUNGKIN
karena terlalu lama menderita dan nasibya tak kunjung terentaskan oleh
pemerintahan dari satu presiden ke presiden lain, rakyat selalu berharap
kemunculan Satriya Piningit (calon pemimpin yang masih tersembunyi) yang
kemudian menjelma Ratu Adil (raja atau pemimpin yang adil).
Padahal
berharap kedatangan Satriya Piningit atau Ratu Adil bisa jadi seperti berharap
Godot yang tak jelas kapan datangnya, bahkan mungkin tak akan pernah datang.
Satriya Piningit atau Ratu Adil diramalkan kedatangannya oleh Jayabaya, Raja
Kediri (memerintah sejak 1935 hingga 1957), kemudian ditegaskan oleh
Ranggawarsita (1802-1873), pujangga Keraton Surakarta.
Diramalkan
ada tujuh Satriya Piningit sebagai tokoh yang di kemudian hari memerintah atau
memimpin wilayah seluas bekas kerajaan Majapahit (Indonesia), yaitu Satriya Kinunjara Murwa Kuncara, Satriya
Mukti Wibawa Kesandung Kesampar, Satriya Jinumput Sumela Atur, Satriya Lelana
Tapa Ngrame, Satriya Piningit Hamong Tuwuh, Satriya Boyong Pambukaning Gapura,
dan Satriya Pinandita Sinisihan Wahyu.
Satriya Kinunjara Murwa Kuncara,
pemimpin yang akrab dengan penjara (yang membebaskan bangsa ini dari belenggu
penjajah) dan kemudian menjadi pemimpin yang sangat tersohor di dunia
diidentifikasikan sebagai Soekarno alias Bung Karno, Proklamator dan Presiden I
(1945-1967).
Satriya Mukti Wibawa Kesandung Kesampar,
pemimpin berharta dan disegani namun akhirnya dihujat, diidentifikasikan
sebagai Soeharto atau Pak Harto, Presiden II (1967-1998). Satriya Jinumput Sumela Atur (pemimpin yang diangkat hanya untuk
masa transisi) diidentifikasikan sebagai BJ Habibie, Presiden III (1998-1999). Satriya Lelana Tapa Ngrame (pemimpin
yang suka keliling dunia tetapi religius) diidentifikasikan sebagai KH
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Presiden IV(1999- 2001).
Satriya Piningit Hamong Tuwuh (pemimpin
yang muncul membawa karisma keturunan) diidentifikasikan sebagai Megawati
Soekarnoputri, Presiden V (2001- 2004). Satriya
Boyong Pambukaning Gapura (pemimpin yang berpindah tempat, dari menteri
menjadi presiden, dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju
zaman keemasan) diidentifikasikan sebagai Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),
Presiden VI (2004- sekarang).
Satriya Pinandita Sinisihan Wahyu
(pemimpin yang sangat religius sampai-sampai digambarkan bagai begawan dan akan
senantiasa bertindak atas dasar hukum) diidentifikasikan sebagai presiden yang
akan datang. Dalam konteks Jakarta, sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarief Hidayatullah Jakarta, Musni Umar mengidentifikasi Joko Widodo sebagai
Satriya Piningit, yang diyakini akan mampu mengatasi banjir dan kemacetan lalu
lintas, problem terberat Ibu Kota.
Jokowi,
kata Musni, seperti pemimpin berjiwa luhur, membela kebenaran, peduli
masyarakat bawah, dan mengedepankan negara dan bangsa. Ketika keadaan
masyarakat kacau dan resah karena kehidupan tertekan, Satriya Piningit itu
muncul. Benarkah? Kita tidak tahu pasti. Sebagai Satriya Piningit, mungkin
benar, karena sebelumnya Jokowi ’’hanya’’Wali Kota Surakarta tidak
diperhitungkan, namun bisa menembus belantara Jakarta dan menjadi gubernur.
Tapi
sebagai Ratu Adil, Jokowi masih perlu pembuktian. Apalagi belum genap setahun
memimpin. Apakah Jokowi kini juga menjadi Satriya Piningit yang digadang-gadang
bisa menjadi presiden, bersaing dengan Satriya Piningit lain yang kini sedang
digodok Komite Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, dan mungkin Satriya
Piningit lain lagi yang hingga kini belum muncul? Kita juga tidak tahu pasti.
Yang
jelas, berdasarkan hasil jajak pendapat berbagai lembaga survei, pamor Jokowi
tak tertandingi oleh siapa pun, termasuk Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri
yang memboyongnya ke Jakarta. Elektabilitas atau tingkat keterpilihan Jokowi
tertinggi di antara bakal capres lain, termasuk Prabowo Subianto yang
sebelumnya elektabilitasnya tak terkejar.
Suami Pertama
Akankah
Jokowi diajukan partainya sebagai capres 2014? Lagi-lagi kita tak tahu pasti,
meski Megawati melalui Puan Maharani sudah memberikan sinyal atau lampu hijau
bagi pencapresan Jokowi. Sebab PDIP juga punya Satriya Piningit lain, yakni
Muhammad Prananda Prabowo, putra kedua Megawati dengan suami pertama, Lettu
Penerbang Surindro Suprijarso.
Nama
pria misterius generasi ketiga dari trah Soekarno ini sempat mencuat dalam
Kongres PDIPdi Bali 2010. Dia sosok yang dikenal paling dekat dengan ibunya,
selalu mendampingi dalam berbagai kesempatan. Dia juga salah satu orang
kepercayaan Megawati dalam penyusunan pidato, khususnya terkait pendapat atau
pemikiran Bung Karno.
Dia
dikenal sebagai ”kamus berjalannya” Soekarno. Di PDIP ia duduk sebagai Kepala
Ruang Pengendali dan Analisis Situasi (Situation Room) DPP. Prananda tidak
sekadar keturunan biologis Bung Karno tetapi juga keturunan ideologis. Apakah
PDIP akan memunculkan Prananda Prabowo sebagai Satriya Piningit, sehingga dalam
Pilpres 2014 akan ada dua Prabowo yang bertarung, karena sudah pasti Partai
Gerindra mencalonkan Prabowo Subianto? Bisa jadi.
Apalagi
bila nanti ada tuntutan dari berbagai pihak bahwa Jokowi harus menyelesaikan
tugas sebagai gubernur hingga 2017 sehingga ia tak bisa maju dalam Pilpres 2014.
Apakah Prananda Prabowo akan menjadi Satriya Pinandita Sinisihan Wahyu, dan
kemudian Ratu Adil, yang akan mampu mengantarkan Indonesia meraih kejayaan?
Ataukah justru pasangan Jokowi-Prananda sebagai Satriya Piningit? Masih perlu
pembuktian lebih lanjut. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar